Ayam KUB Mempercepat Kedaulatan Pangan

udin abay | Selasa, 12 April 2016 , 21:08:00 WIB

Balitbang Pertanian Kementerian Pertanian telah melakukan penelitian Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) melalui Balai Peneltian Ternak Ciawi sejak 1997-1998. Penelitian pemuliaan atau breeding ayam kampung dengan mendatangkan indukan ayam kampung dari beberapa daerah di Jawa Barat yakni Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Kecamatan Pondok Rangon, Kota Depok, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor dan Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor.

Menurut Kepala Puslitbang Peternakan, Balitbangtan, Dr. Bess Tiesnamurti, MSc, ayam KUB merupakan salah satu galur baru ayam kampung hasil penelitian pemuliaan para breeder yang bekerja selama hampir lebih 9 tahun. Beberapa keunggulan ayam KUB di banding dengan ayam kampung pada umumnya yaitu produksi telur 45-50% disbanding ayam kampung biasa hanya 20% pada pemeliharaan semi intensif dan 30% pada pemeliharaan intensif, puncak produksi telur mencapai 84% pada umur 31 minggu.

Selain itu, bobot telur pertama bertelur seberat 35-36 gram dan akan terus bertambah pada produksi berikutnya, produktifitas telur lebih tinggi pertahunnya yaitu 160-180 butir, umur pertama bertelur 20-22 minggu, konsumsi pakan 80-85 gram, sifat mengeram rendah dan bobot badan dapat mencapai 1.200-1.600 gram.


Bess mengatakan, untuk mempercepat pengembangan ayam KUB, telah dilakukan kemitraan lisensi dengan PT. AKI (Ayam Kampung Indonesia) sejak tahun 2001, selain bentuk kerjasama lain non-ekslusif (tidak mengikat). Hal tersebut dipertimbangkan karena Balitbangtan masih mengharapkan kerjasama perbanyakan bibit dengan mitra lain, mengingat perkembangan permintaan Day Old Chick (DOC) dan Final Stock (FS) masih sangat tinggi.(12/4/2016)

Mulai tahun 2012-2016 Balitbangtan telah mendistribusikan lebih kurang 1,5 juta DOC FS, FS dan Pullet ayam KUB ke beberapa Kabupaten di 28 Provinsi di Indonesia. Pengembangan pembibitan di daerah merupakan salah satu diseminasi atas hasil penelitian, di harapkan berdampak ekonomi bagi masyarakat luas. Selain juga sebagai solusi pemenuhan gizi protein hewani masyarakat yang relatif murah dan mudah di dapatkan, sehingga dapat mendorong percepatan pencapaian kedaulatan pangan nasional. SY