Introduksi Inseminasi Buatan Perbaiki Kualitas Ternak

udin abay | Sabtu, 05 Mei 2018 , 15:51:00 WIB

Swadayaonline.com - Beberapa wilayah sentra peternakan di Provinsi Jambi masih melakukan pemeliharaan ternak dengan sistem kawin alam (INKA). Umumnya wilayah tersebut telah mengalami penurunan jumlah induk dan pejantan berkualitas disebabkan oleh inbreeding.  Akibatnya terjadi penurunan kualitas ternak yang ditunjukkan pada sapi usia dewasa (18 bulan) yang memiliki tinggi badan dibawah 1 m dan penundaan dewasa kelamin. 

"Hal ini yang menyebabkan rendahnya standar harga jual ternak diwilayah tersebut yaitu Rp. 7.000.000/ekor induk dewasa," tutur Rustam, Kepala BPTP Jambi dalam penjelasan tertulis.  

"Oleh karena itu kami memperkenalkan usaha ternak dengan introduksi sistem kawin Inseminasi buatan atau IB pada pemeliharaan yang menggunakan INKA. Hal ini merupakan salah satu tujuan kegiatan SIWAB tahun 2018" jelasnya lagi. 

Introduksi ini memiliki tujuan memperbaiki kualitas ternak dengan menggunakan semen berkualitas dan terseleksi melalui teknologi IB. Target pelaksanaan Intorduksi IB yaitu sentra pemeliharaan ternak sistem INKA yang dikelola dengan manajemen reproduksi yang tidak tepat.  

Bungo yang merupakan kabupaten padat populasi ternak sapi di Provinsi Jambi, yang memiliki beberapa kecamatan dengan pemeliharaan ternak sistem INKA. Kecamatan Tanah Sepenggal dan Tanah Sepenggal Lintas menjadi areal target pelaksanaan Introduksi kegiatan SIWAB karena memiliki populasi yang tinggi bila dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Kegiatan introduksi dengan sinkronisasi fasilitas teknis telah dilaksanakan oleh BPTU Padang Mangatas, Balai Veteriner Bukittinggi, Dinas Peternakan dan Perikanan

Kabupaten Bungo dan BPTP Jambi. Kegiatan yang dilakukan berupa pemeriksaan kesehatan, kondisi reproduksi, treatment suportif, sinkronisasi dan IB.

Pelaksanaan kegiatan tersebut diikuti oleh lebih dari 200 peternak dengan melibatkan 410 ekor sapi induk betina dewasa. Pada pemeriksaan reproduksi didiagnosa sebanyak 122 ekor induk bunting, 10 ekor induk mengalami gangguan reproduksi, 11 ekor induk pada fase estrus dan 55 ekor induk memiliki folikel. Dari hasil pemeriksaan tersebut maka dilakukan treatment suportif pada induk bunting dan yang mengalami gangguan reproduksi, tindakan IB pada induk pada fase estrus dan pemberian hormon (sinkronisasi) untuk mempercepat terjadinya fase estrus pada induk yang memiliki folikel matang. Pada induk yang disinkronisasi akan dilakukan IB setelah 3 kali 24 jam pemberian hormon. Melalui pemeriksaan reproduksi juga diperoleh informasi sebanyak 212 induk memiliki organ reproduksi normal dan diberikan tindakan suportif. 

"Melalui kegiatan introduksi ini, diharapkan akan terjadi perbaikan kualitas ternak  dan meningkatkan harga jual ternak di waktu yang akan datangn"pungkasnya. SY/HMSL