"Si Biji Merah" Potensi Tersembunyi Dari Lereng Gunung Arjuno

udin abay | Sabtu, 05 Mei 2018 , 20:44:00 WIB

Swadayaonline.com - Selain memiliki potensi hortikultura, wilayah kecamatan Karangploso memiliki potensi tanaman kopi yang tumbuh di lereng gunung Arjuno. Adapun kopi yang tumbuh jenis robusta pada ketinggian 500mdpl - 1000mdpl dan kopi arabica tumbuh pada ketinggian mulai 1000mdpl – 2000mdpl. 

Tanaman kopi sebagian kecil pada lahan pribadi milik petani sedangkan sebagian besar ditanam pada lahan PERHUTANI sebagai bentuk pemanfaatan konservasi lahan dibawah tegakan pohon pinus. Luas wilayah tanaman kopi meliputi empat (4) desa yaitu desa Ngenep, Bocek, Donowarih dan Tawangargo. Pengelolaan tanaman kopi masih sangat natural tanpa adanya penambahan pupuk kimia, akan tetapi tanaman kopi dapat tumbuh subur dan berproduksi meskipun belum maksimal.

Salah satu unggulan tanaman kopi di wilayah Tawangargo yang sebagian besar terdapat tanaman kopi jenis Arabica karena didukung dengan topografi wilayah yang cukup tinggi sebagai syarat tumbuh dan berkembangnya kopi Arabica. Kopi Arabica memiliki bentuk biji lebih panjang. Kandungn kafein kopi Arbica juga lebih rendah, yakni 0,8 – 1,4% sehingga tidak terlalu pahit namun memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi. Varietas kopi Arbica memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dri kopi robusta karena memiliki cita rasa khas yang berbeda di setiap daerah tanam.

Tanaman kopi berbuah setahun sekali dan untuk wilayah kecamatan Karangploso terjadi puncak panen pada bulan mei – juli. BPP Kecamatan Karangploso yang terdiri dari empat orang penyuluh pertanian pada hari Jumat, 4 Mei 2018 bersama salah satu petani kopi dusun Sabrangbendo desa Tawangargo (pak Puji ) melakukan kegiatan panen biji kopi jenis Arabica. Pemanenan kopi sangat dianjurkan untuk petik merah karena akan mempengaruhi cita rasa dan nilai ekonomi biji kopi tersebut. Hasil petik kopi diperoleh rata-rata produksi 4-5 kg/pohon.

Melihat potensi produksi yang seharusnya masih bisa ditingkatkan menjadi 6-7kg/pohon, maka perlu perawatan tanaman secara rutin. Hal tersebut menjadikan tantangan bagi penyuluh pertanian kecamatan Karangploso untuk terus melakukan pembinaan kepada petani-petani kopi setempat agar produsktivitasnya dapat ditingkatkan dan mampu berdaya saing di pangsa pasar dunia sebagai bentuk dukungan untuk susksesnya tujuan program nasional pada komoditi kopi.

Selama ini, perawatan dilakukan sebatas pemangkasan cabang, bahkan untuk pemupukan belum dilakukan karena pada awalnya bertani kopi  hanya sebagai sambilan. Tetapi setelah mendapatkan  pembinaan oleh penyuluh, diberikan informasi peluang pasar petani baru tergerak untuk melakukan perawatan. SY/NL