Jambi Juga Punya Jeruk Siam

udin abay | Senin, 21 Mei 2018 , 11:56:00 WIB

Swadayaonline.com - Di bulan puasa seperti ini , konsumsi jeruk cukup meningkat karena segarnya sari buah jeruk membasahi kerongkongan untuk menghilangkan dahaga saat berbuka puasa.  Jeruk Indonesia yang berkembang selama ini adalah jeruk siam/keprok dan jeruk besar dengan lokasi sentra yang berbeda. Umumnya kita mengenal jeruk siam dari Sumatera Utara, Jawa timur dan Kalimantan Barat. Tapi ternyata Provinsi Jambi pun memiliki Jeruk Siam, yang uniknya jeruk ini berkembang di lahan gambut.

Berdasarkan wilayah pengembangannya, komoditi jeruk sebagian besar memang dikembangkan di Luar Jawa. Bahkan luas panen jeruk di Luar Jawa menunjukkan pola perkembangan meningkat sebagaimana pola perkembangan luas panen jeruk di Indonesia dengan kontribusi luas panen jeruk di Luar Jawa sebesar 68,57% terhadap total luas panen jeruk di Indonesia. Jambi sendiri memiliki luas panen Jeruk Siam sekitar 389 ha pada  tahun 2016 lalu dan memang masih sedikit jika dibandingkan total luas panen jeruk siam di Indonesia.

Adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan agroekosistem lahan gambut yang memiliki pertanaman jeruk siam.  Varietas yang ditanam adalah Siam Banjar, Trigas dan Borneo Prima.  Pendampingan teknologi pada kawasan hortikultura jeruk telah dirintis oleh BPTP Balitbangtan Jambi sejak tahun 2015., termasuk di kabupaten Tanjung Jabung Barat.   Kendala utama di tingkat petani adalah penerapan teknologi yang belum optimal dan kebiasaan panen muda sehingga harga jual rendah. Pendampingan teknologi dalam bentuk demplot seluas 1 Ha kembali dilaksanakan pada tahun 2018 melalui kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Hortikultura,tepatnya di Kecamatan Betara, Tanjung Jabung Barat. Pada awal Ramadhan kemarin, tim peneliti turun lapang untuk melakukan pendampingan teknologi. 

“Jeruk siam di Betara ini berkembang di lahan gambut. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa di lokasi kegiatan, lahan bersifat sangat masam dengan pH 3,8, sehingga tidak optimal bagi tanaman jeruk yang membutuhkan pH 6. Aplikasi kapur bertujuan untuk menaikkan pH tanah agar optimal untuk pertumbuhan tanaman,” tutur Hendri Purnama, selaku penanggung jawab kegiatan pendampingan kawasan hortikultura BPTP Jambi. 

“Ameliorasi lahan melalui pemberian kapur dan pemupukan merupakan bagian dari teknologi spesifik lokasi yang disesuaikan dengan kondisi agroekosistem. Pemupukan menggunakan kombinasi pupuk organik dan pupuk kimia sesuai hasil analisis tanah, dilakukan 4 minggu setelah pemberian kapur.,”lanjutnya lagi. 

Teknologi yang juga diterapkan adalah pemangkasan terhadap cabang-cabang non produktif dan tunas air, peningkatan sanitasi kebun melalui penyiangan gulma, pembersihan saluran drainase dan pengendalian OPT. Penerapan teknologi  yang optimal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas jeruk hasil sentra produksi Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. SY/HMSL