Pengembangan Jambu Mete Untuk Meningkatkan Ekspor

udin abay | Kamis, 13 Oktober 2016 , 11:40:00 WIB

Swadayaonline.com - Badan Litbang Pertanian terus meningkatkan dan memanfaatkan inovasi teknologi  guna merevitalisasi peran tanaman perkebunan untuk meningkatkan devisa negara dan kesejahteraan masyarakat Indonesia salah satunya revitalisasi tanaman jambu mete secara konprehensif mendesak untuk dilakukan seiring program pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat di wilayah lahan kering dan beriklim kering.

“Peran konkrit dari semua pihak terkait, diharapkan dapat memecahkan berbagai kendala riil di lapangan seperti akses pendampingan inovasi teknologi, penguatan kelembagaan permodalan, sarana produksi, pemasaran, dan pengembangan nilai tamabah,” ujar Kepala Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) Dr. Ir. Muhammad Syakir pada acara Forum Komunikasi Jambu Mete II di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) Balitbangtan. (12/10/2016).

Produktivitas jambu mete saat ini masih dibawah 500 kg gelondong/ha/th yaitu produktivitasnya masih berkisar 250 sampai 350 kg gelondong/ha/th. “Saat ini Litbangtan telah menghasilkan inovasi yang bisa memecahkan masalah tersebut yaitu dengan melakukan replanting dengan menggunakan 9 varietas unggul tinggi yang adaptif lahan kering yang produktivitasnya 950 sampai 2200 kg gelondong/ha/th yang penerapannya akan serahkan kepada petani. Tinggal sekarang bagaimana pengembangan teknologi bibitnya, apakah dengan pengembangan benih bibit sebarnya atau dengan grafting yang bisa cepat dan lebih hemat waktu pertumbuhan dan produktivitasnya, dan persenteasenya sudah diatas 70 persen keberhasilannya dengan grafting dan secara ekonomoi sudah layak dikembangkan,” tegas Syakir.

Litbang juga sudah menyiapkan inovasi alat untuk kacinya, pemanfaatan alat suling untuk menjadi minyak, pemanfaatan buah semunya juga bisa dimanfaatan berbagai produsk seperti abon, selai, minuman, dan produk lainnya. Syakir mengatakan, selama limbah semu jambu mete seprti kulitnya litbang juga sudah bisa membuat menjadi lebih ekonomis, tinggal bagaimana peran pemerintah, swsta dan petani bersama-sama untuk mengembangkan dan Litbang siap melakukan pengawalan dari segi inovasi teknologinya.

Pengembangan di wilayah perbatasan sudah buat pemetaan tanaman apa yang bisa tumbuh dengan baik dan meningkatkan nilai ekonomi. Litbang sudah ada mapping dan menyiapkan teknologinya yang sduah dipelopori forum prosesor riset balitbangtan. Apa kebijakan yang ada pemerintah sudah ada dasar yang dibuat balitbangtan. Mampu beradaptasi ekosistem sub optimal, dan tahan maha dan penyakit tertentu.

Saat ini aktivitas agribisnis jambu mete di sentra produksi belum berjalan maksimal dan belum mampu memberikan nilai tambah bagi petani. sementera negara lain seperti India dan Vietnam sangat agresif mengelola komoditas tersebut dan mampu memberikan nilaia tambah bagi negaranya, dan kedua negara tersebut juga sangat progresif melakaukan impor dan ekspor dari berbagai negara penghasil jambu mete.

Permasalahan mendasar pengembangan jambu mete di Indonesia adalah pemasaran dan harga yang rendah sehingga kurang menggairahkan minat petani, dan dukungan pemerintah juga sangat kurang dan industri pemrosesan juga snagat kurang bahkan tidak berkembang. Meskipun bila di lihat potensi lahan kering yang tersedia dan potensi agribisnis jambu mete sangat potensial sebagai pilar untuk mensejahterakan masyarakaat di wilayah tersebut.

Menurut Kepala Balittro, Dr. Agus Wahyudi bahwa sentra produksi jambu mete seperti di Gunung Kidul, Pacitan, Madura, NTB, NTT, dan liannya akan terus dikembangkan dengan varietas unggul, sehingga bisa meningkatkan produktivitas dan nilai tambah terhadap kesejahteraan petani. Ekspor jambu mete akan terus ditingkatkan, selain industry hilirnya juga akan terus dikembangkan mengingat saat ini industry hilirnya masih belum berkembang. SY