Spudnik : Bulog Harus Serap Cabai/Bawang Seperti Serap Beras

udin abay | Senin, 07 November 2016 , 22:50:00 WIB

Swadayaonline.com - Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Spudnik Sujono mengatakan, melonjaknya harga cabai belakangan ini bukan karena penurunan produksi tetapi karena tata niaga yang panjang serta datangnya musim penghujan membuat masa panen tertunda. "Saya sudah lapangan, ke sentra produksi cabai dan bawang produksinya tidak turun, tapi hanya tertunda panen saja karena masalah hujan. Karena kalau panen saat hujan bisa busuk," ujarnya di Kantor Ditjen Hortikultura Pasar Minggu. (7/11/2016).

Spudnik mengimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir akan ketersediaan beberapa komoditas hortikultura seperti cabai dan bawang merah hingga akhir tahun, karena pihaknya telah melakukan pemetaan baik produksi, ketersediaan, hingga konsumsi masyarakat. Berdasarkan data pemetaan, memperkirakan ketersediaan cabai merah besar pada November sebesar 91.270 ton sedangkan kebutuhan sebesar 75.761 ton. Bulan Desember ketersediaan sebanyak 92.947 ton dan kebutuhan sebesar 76.472 ton. Selain itu, untuk cabai rawit merah pada November ketersediaan menembus angka 68.816 ton dan kebutuhan hanya 53.810 ton. Untuk Desember ketersediaan 78.167 ton dan kebutuhan sebesar 54.346 ton.

“Berdasarkan data info pangan jakarta pada saat ini harga komoditas cabai cenderung mengalami penurunan. Cabai merah kriting Rp 58.000 per kilogram turun Rp 1.000 dari hari sebelumnya. Cabai merah besar Rp 58.000 per kilogram turun Rp 3.000 dari hari sebelumnya. Untuk jenis rawit merah Rp 44.000 per kilogram turun Rp 2.000 dari hari sebelumnya, dan jenis cabai rawit hijau stabil dengan harga Rp 24.000 per kilogram,” tegas Spudnik.

Ditjen Hortikultura juga sudah bekerjasama dengan Champion yang membina kelompk tani untuk memasok cabai dan bawang ke Jakarta. “Champion/Avalis adalah yang membawahi kelompok tani yang bermitra dengan Ditjen Hortikultura. Hasil panen kelompok tani akan dikumpulkan oleh champion ke Jakarta dengan harga yang telah disepakati. Yang pasti harganya lebih murah namun tetap menguntungkan petani, karena petani binaan tersebut telah mendapatkan bantuan prasarana untuk penanaman cabai/bawang dari Ditjen Hortikultura,” ujarnya.

Spudnik menambahkan, champion/avalis nantinya juga akan menjual panennya ke Bulog yang nantinya Bulog akan menyalurkan ke pasar sehingga harga bisa stabil. Tahun depan kerjasama tersebut harus sudah terbangun, sehingga Ditjen Hortikultura Kementan bisa melakukan dan mengatur pola tanam sehingga ketersediaan produknya bisa rutin. Menurutnya seharusnya Bulog bisa membeli dan menyerap hasil panen cabai dan bawang seperti Bulog menyerap beras sebagai stok untuk stabilisasi harga, disamping juga Pemerintah Daerah (Pemda) untuk lebih berperan menyediakan lahan untuk membuat pengembangan sentra produksi cabai/bawang di masing-masing Provinsi/Kabupaten. Karena saat ini hanya beberapa Kabupaten saja yang menjadi sentra produksi, untuk menutupi kebutuhan daerah terutama Jakarta. SY