Sagu, Mocaf, Talas, dan Kelor Banyak Diminati Pengusaha Pangan Lokal

udin abay | Minggu, 29 Juli 2018 , 19:30:00 WIB

Swadayaonline.com - "Apa yang kita ingjnkan akhirnya tercapai, dari akhir kegiatan ini telah banyak terjalin kerjasama antara BKP dengan pengusaha produsen pertama bkp gapmi beberapa produsen pangan lokal. Selain itu banyak transaksi yang terjadi dimana produaen langsung bertransaksi dan melakukan kesepakatan untuk membeli produk intermedit yang selanjutnya akan dijadkan produk akhir", ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, Agung Hendriadi usai menutup acara Gelar Pangan Nusantara di Katika Expo - Balai Kartini Jakarta. (29/72018).

Agung menambahkan, bahan baku intermedit tersebut seperti singkong, sagu, mocaf, dan kelor. "Untuk kelor juga sudah ada kerjasama dalam bentuk teh kelor dan cake kelor. Karena kelor memang banyak sekali manfaatnya baik untuk ibu mau melahirkan, saat menyusuii, maupun kesehatan bahkan keperkasaan bagi laki-laki, dan kelor memang hanya ada di Indonesia dan akan terus kita kembangkang penanamannya. Sehingga apa yang kita rencanakan adanya kerjasama untuk memasarkan produk baik dalam negeri bisa terwujud, apalagi sampai ekspor", ujarnya.

Pentingnya kreatifitas dan sentuhan inovasi baru menurut Agung perlu didorong dan dikembangkan sampai ke daerah karena Indonesia sangat kaya dan punya bahan pangan berlimpah dan akan kita garap meberikan dampak ekspor. Dirinya mencontohkan seperti tepung terigu yang saat ini masih impor. Dengan banyakmya penggunaan bahan tepung talas, mocaf, sagu, lambat laun bisa menggantikan tepung terigu.

Agung menceritakan saat pertemuannya dengan Dewan Ketahanan Pangan yang akan memformulasikan diversifikasi pangan, sepeti akan membuat kebijakan desain yaitu bagi siapa saja yang membuat produk berbasis tepung terigu, maka diwajibkan memakai 10 persen tepung lain seperri sagu dan pangan lokal lainnya. "Dengan demikian lambat laun sagu akan menjadi penting. Kedua mencoba masyarakat tidak terpaksa untuk memakan atau minum olahan pangan lokal, yaitu dengan memproduksi dan konsumsi pangan yang memang diminati, sehingga tanpa dipaksa mereka akan makan dan minum tanpa terpaksa", katanya. SY