Kopi Lokal, Harga Internasional

udin abay | Selasa, 24 Januari 2017 , 22:14:00 WIB

Swadayaonline.com - Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki banyak kekayaan alam. Letak geografis di garis khatulistiwa, membuat berbagai tumbuhan dapat hidup dengan subur dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran bangsanya salah satunya bidang perkebunan yang menjadi sumber devisa negara dan pendapatan petani,

Kopi sebagai salah satu komoditi andalan perkebunan saat ini menunjukkan performance yang cukup prospektif dari agribisinis, karena pertumbuhan konsumsi dunia cenederung meningkat signfikan. Tahun 2014, volume ekspor kopi Indonesia mencapai 384,8  ribu ton dengan nilai US$ 1.039 juta dan menjadikan Indonesia sebagai produsen utama keempat dunia setelah Brazil, Vietnam dan Kolombia.

Indonesia telah menekspor kopi dalam bentuk green bean ke berbagai negara di Eropa dan Amerika baik jenis arabika maupun robustanya. Masing-masing jenis kopi tersebut memiliki pasar yang berbeda sesuai dengan preferensi konsumen. Kopi Indonesia memiliki cita rasa yang tinggi terutama untuk jenis kopi arabika dan telah diklaim sebagai kopi specialty, hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi citra kopi Indonesia di pasar internasional.

Beberapa sentra produksi kopi spesialty yang dikenal yaitu kopi Gayo, kopi Mandailing, Java Coffee, kopi Toraja, kopi Kintamani, kopi Flores Bajwa dan masih terdapat spesialty lainnya yang juga tak kalah kualitasnya. Hal tersebut mendorong pemerintah bersama petani melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kopinya.

Saat ini, luas areal kopi mencapai 1.230.495 ha dengan produksi 643.857 ton dan produktivitas naisonal rata-rata sebesar 716 kg/ha, yang mayoritas diusahakan oleh Perkebunan Rakyat yang mencapai 96% dan 4% sisanya merupakan perkebunan kopi yang diusahakan oleh swasta dan perkebunan negara. Perbaikan kebun terutama pada kebun yang sudah tua dan tidak produktif lagi dilakukan dengan peremajaan atau penggantian tanaman baru yang unggul dan menggunakan klon dengan produktivitas tinggi serta toleran terhadap organisme pengganggu tumbuhan (OPT).

Menurut Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Ir. Bambang, bahwa produktivitas kopi yang ada saat ini masih di bawah 1 ton per ha, diupayakan dengan penggunaan klon unggul ditargetkan dapat dicapai produktivitas minimal 1 ton per hektar dari potensi optimal yaitu 2 ton per hektarnya. Dalam upaya percepatan peningkatan produksi dan produktivitas kopi nasional melalui peningkatan kualitas pemeliharaan tanaman kopi dengan cara pemeliharaan secara intensif, pemupukan dan pengendalian OPT secara teratur melalui intensifikasi serta rehabiltasi lebih dari 67 ribu Ha pada kurun waktu 2 tahun terakhir.

“Pemeliharaan tanaman kopi didorong dengan cara implementasi penerapan Good Agricultural Practices (GAP) secara konsisten dan berkelanjutan dan melakukan pendampingan dan penyuluhan oleh petugas. Pemberdayaan bagi petani dan kelembagaannya, juga telah dilakukan melalui penumbuhan kebersamaan dan penguatan kelembagaan. Petani dan pengurus kelompok dibekali dengan pelatihan manajerial. Jadi kopi lokal kita, harganya sudah internasional karena sudah diekspor ke beberapa negara” tegas Bambang.

Dalam rangka peningkatan mutu pascapanen, pemerintah telah bantuan sarana antara lain berupa para-para dan alat pengupas biji kopi yaitu huller dan pulper di sentra produksi kopi. Perbaikan mutu menjadi kata kunci dalam upaya mendapatkan peningkatan harga, terutama di tingkat petani, di samping upaya pengembangan Indikasi Geografis kopi. Hingga saat ini telah diterbitkan IG kopi sebanyak 13 sertifikat dengan rincian 9 untuk kopi arabika, 2 untuk robusta dan 2 untuk kopi liberika.

Bambang menegaskan, saat ini masih dalam proses pendaftaran IG kopi untuk 8 lokasi yaitu 4 kopi arabika dan 4 kopi robusta. Keuntungan produk dengan IG yang sudah terdaftar yaitu peningkatan harga yang siginifikan yaitu harga semula untuk kopi robusta Rp. 25.000 per kg dan arabika sekitar Rp 45.000 per kg, menjadi sekitar Rp.  40.000 per kg untuk robusta (meningkat 60%0 dan sekitar Rp. 60.00 per kg untuk arabika (meningkat 50%).

Kualitas kopi Indonesia sudah terbukti diakui oleh dunia, hal ini terbukti dengan prestasi yang diperoleh dalam berbagai event kompetisi kopi di tingkat internasional, salah satunya yaitu dengan diraihnya 6 gelar juara kopi specialty pada forum Specialty Coffee Association of America (SCAA) beberapa waktu lalu,yaitu kopi java preanger dari Jawa Barat. SY