Keanekaragaman Hayati Perlu Dijaga untuk Pertanian Berkelanjutan

udin abay | Kamis, 25 Oktober 2018 , 15:48:00 WIB

Swadayaonline.com - Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tak ternilai. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah keberadaan tiga lempeng, yakni lempeng Asia, Australia dan Pasifik yang merangsang tumbuhnya gunung dan tanah yang subur.

Selain itu Indonesia juga diapit dua samudera yakni Samudera Pasifik dan Samudera India. Karakter dua samudera yang berbeda juga menyebabkan Indonesia memiliki jenis ikan yang sangat beragam.

Terakhir, Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa yang menyebabkan negara ini beriklim tropis, memiliki curah hujan tinggi dan memiliki sinar matahari sepanjang tahun. Kondisi ini tentu memberi manfaat berupa keanekaragaman hayati yang tinggi.

"Keanekaragaman hayati menjadi ciri dan karakter Indonesia. Tidak ada negara lain yang memiliki varietas lokal terkaya dan beragam seperti Indonesia," ungkap tokoh lingkungan hidup internasional, Prof. Emil Salim, dalam acara Seminar Pengembangan dan Pemanfaatan Varietas Lokal Indonesia di Jakarta, Rabu (24/10/2018).

Emil bercerita, monokultur merupakan ancaman terbesar keberlanjutan, untuk itu perlu ada upaya khusus dari pemerintah khususnya Kementerian Pertanian untuk menjaga kekayaan tersebut.

"Kementerian Pertanian adalah penjaga gawang untuk menghindari monokultur. Jadi mari bersama-sama kita menjaga keragaman hayati, dikembangkan dan jangan sampai punah," ujar Emil.

Diakhir pidatonya, Emil memperkuat pernyataan Menteri Pertanian bahwa Belanda sebagai contoh negara yang berhasil menjadikan tulip sebagai  penggerak ekonomi dan identitas bangsanya. Keberhasilan tersebut disebabkan oleh kelebihan Belanda yang mengetahui secara pasti jenis tanaman yang sesuai dengan ekosistem lokal.

"Kita tahu bahwa ginseng merupakan tanaman identitas Korea.  Apakah kita tahu tanaman yang cocok dan sebagai identitas Papua? Apakah kita tahu persis tanaman yang cocok dan menjadi identitas Riau?  Komposisi lahan di berbagai daerah berbeda, jadi mari dikembangkan untuk menjaga keanekaragaman hayati, karena keanekaragaman hayati merupakan kunci terbesar Indonesia," tutur Emil.

Setelah Emil memberikan pidatonya, acara dilanjutkan dengan diskusi sesuai tema seminar yakni Selamatkan Varietas Lokal, Selamatkan Indonesia. Diskusi tersebut melibatkan perusahaan Mekarsari yang diwakili oleh Kepala Divisi Litbang Tanaman Buah, Dr. Azis Natawijaya dan Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PVTPP) Dr. Erizal Jamal. Dr Azis menyampaikan kegiatan konservasi plasma nutfah yang dilakukan secara simultan dengan riset, edukasi publik, wisata dan komersial. Prof Erizal menyampaikan pentingnya perlindungan hukum bagi varietas lokal.  Sementara yang menjadi moderator adalah Kepala BB Biogen, Martur, PhD.

Dari diskusi tersebut Mastur menyimpulkan bahwa Indonesia memiliki banyak sumber daya genetik (SDG) dan perlu dikelola agar dapat memberi manfaat. Konservasi SDG dipadukan dengan kegiatan komersial, riset, edukasi dan wisata menjadi lebih efektif.  Selain itu perlindungan secara hukum dan mendokumentasikannya juga perlu agar SDG Indonesia tidak mudah dicuri pihak luar. SY/HMSL