Mengenal IPDMIP Melalui Diklat

udin abay | Sabtu, 08 Desember 2018 , 21:46:00 WIB

Swadayaonline.com - Indonesia mempunyai iklim cuma dua yaitu kemarau dan penghujan. Di musim kemarau terkadang dijumpai beberapa wilayah yang kekurangan air, salah satu cirinya adalah tanah retak-ratak karena terlalu kering serta panjangnya antrian mengambil atau menimba air dari tempat yang relatif jauh dari perumahan penduduk. Kabar-kabar semacam itu akan banyak mewarnai wajah berita di koran, televisi, radio atau media sosial. Sebaliknya bila musim penghujan, hujan deras disertai petir dan genangan air di mana-mana menjadi pemandangan yang cukup menggelitik mata karena tersebar di beberapa titik di setiap wilayah. Tidak jarang banjir, longsor atau kerusakan infrastruktur lainnya menjadi dampak lanjutan yang terulang setiap kali musim hujan menyapa. Di sinilah kiranya contoh menyolok mata yang menandakan bahwa pengelolaan air menjadi sesuatu yang penting agar kesejahteraan dan kemakmuran serta kelestarian alam dapat kita pertahankan untuk keberlanjutan kehidupan manusia.

Demi kelangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya maka air menjadi sangat penting. Selain telah dibuktikan bahwa manusia dan makhluk hidup lainnya seperti hewan, tanaman, dan lain-lain terdiri atas 60-80% air dalam tubuhnya, dikatakan bahwa tanpa air tak akan ada kehidupan. Sesungguhnya dari airlah Tuhan menciptakan awal kehidupan.

Untuk bertahan hidup setiap makhluk membutuhkan asupan energi. Air bersama karbondioksida serta dibantu cahaya matahari akan menghasilkan karbohidrat (untuk metabolisme tanaman), lalu dari karbohidrat yang tersimpan di bagian-bagian tanaman akan memberi suplai energi kepada manusia dan hewan. Apalagi dengan populasi manusia yang semakin banyak di Indonesia yang mencapai 220 juta orang pasti membutuhkan asupan bahan pangan (energi) yang besar. Di satu sisi guna memenuhi tanggungjawab sebagai regulator, fasilitator dan penjamin ketersediaan bahan pangan, pemerintah telah mencanangkan swasembada pangan (padi, jagung dan kedele) melalui berbagai masukan  tehnologi budidaya sejak beberapa waktu yang lalu dan khusus komoditas padi Indonesia telah mencapai status swasembada.

Di ketahui bahwa budidaya padi di Indonesia sekitar 80% dihasilkan dari sawah beririgasi teknis. Tentu kondisi ini mensyaratkan jaringan irigasi dari primer, sekunder, tersier dan kwarter menjadi sarana irigasi penting yang keberadaan dan pengelolaannya wajib dilakukan secara simultan oleh masyarakat dan pemangku kepentingan. Untuk itu Direktorat Jendral Sumber Daya Air (SDA) bekerjasama dengan IFAD dan ADB membantu menyediakan sarana seperti waduk, embung  dan sarana/ jaringan  irigasi lannya yang secara efektif mulai dilakukan sejak tahun 2016 dan berakhir tahun 2021. Kegiatan ini tidak bisa berdiri sendiri, butuh pendampingan dari para penyuluh yang merupakan ujung tombak pembangunan pertanian di lapangan. Untuk itu diperlukan pelatihan tentang pengelolaan irigasi agar problem tentang air, jaringan dan rantai pasoknya menjadi lebih berdaya guna, berhasil guna dan efektif serta efisien. Kegitan tersebut telah dilaksanakan di BBPP  Ketindan dengan melatih penyuluh pertanian sebanyak 144 orang (terbagi dalam 5 angkatan diklat) dan 35 orang non apapratur (petani/petugas swadaya). Diklat tersebut diberi judul penyegaran IPDMIP, dimulai dari tanggal 15- 28 Nopember 2018, masing-masing diklat dilaksanakan selama 7 hari.

Bekal penting yang diberikan kepada peserta diklat sekaligus petugas yang nanti harus melakukan pendampingan adalah penumbuhan, pengembangan dan penguatan petani di daerah irigasi, teknik pendampingan kelembagaan petani di daerah irigasi, penguatan teknologi dan pengembangan budidaya pada lahan irigasi, optimalisasi pemanfaatan air irigasi dan pengelolaan secara partisipatif, literasi keuangan dan penumbuhan kelompok simpan pinjam,  peningkatan nilai tambah dan pemetaan rantai nilai, perbaikan pangan, gizi dan manajemen SDM RTP serta perencanaan partisipatif kelompok dan desa. Tentu untuk memotivasi para petugas baik penyuluh atau petani pionir ditambahkan motivasi serta gambaran besar kenapa program tersebut dilakukan dan membutuhkan keringat para peserta agar kegiatan yang telah dicanangkan moga-moga dapat tercapai sesuai dengan rencana yang telah termaktub dalam dokumen. 

Keberhasilan program IPDMIP sangat tergantung kepada penyuluh di lapangan, petani selaku pelaku utama, regulator dari pemerintah serta permodalan. ADB dan IFAD selaku penyuplai dana yang disandingkan dengan rupiah murni membutuhkan tanggungjawab besar agar dana tersebut tepat sasaran, tepat target dan tepat tujuan. SY/YNI