Regrouping Lahan Tebu, Jalan Menuju Swasembada Gula

udin abay | Sabtu, 01 April 2017 , 01:35:00 WIB

Swadayaonline.com - Swasembada gula nasional, merupakan salah program Kementerian Pertanian (Kementan) yang sedang berjalan dan berproses. Untuk mensukseskan program tersebut, berbagai sosialisasi dilakukan agar langkah tersebut bisa terwujud dan diterapkan dilapangan. Salah satu program swasembada gula yang disosialisasikan adalah regrouping lahan perkebunan tebu yang dilakukan Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan pada acara 11th Agrinex expo di JHCC Senayan Jakarta. (1/4/2017)  
 
Pada pameran Agrinex kali ini sengaja disosialisasikan program regrouping lahan perkebunan tebu baik yang sudah berjalan dan yang akan dilakukan untuk menuju swasembada gula nasional. Karena swasembada gula, merupakan salahsatu program komoditas strategis yang akan di wujudkan Kementan dan perlu diketahui oleh masyarakat Indonesia.

Regrouping merupakan cara pengelolaan lahan tebu yang miliki petani dalam satu manajemen, karena melihat lahan petani saat ini tidak begitu luas. Lahan petani yang kecil-kecil dan berdekatan, akan dikelola bersama dalam satu koordinasi yaitu ada petani, provider, dan Pabrik Gula (PB), jadi petani tiidak lagi berjalan sendiri-sendiri. Provider adalah pihak ketiga yang mengelola jasa alat dan mesin (alsin), mulai dari alat pengolahan tanah sampai tebang, muat, dan angkut.

Perlu diketahui, selama ini mulai dari pengolahan tanah dan penanaman yang dilakukan petani tidak serempak, padahal pabrik gula dalam melakukan penggilingan ada jadwalnya. Bila kegiatan tersebut dilakukan berbarengan bersama-sama, maka produksinya akan lebih baik dan banyak, sehingga bisa memenuhi quota pabrik dalam melakukan kegiatannya. Provider sendiri bisa dikelola oleh pihak swasta, bisa juga dilakukan oleh petani dalam kelompok tani atau koperasi tebu rakyat.

Saat ini pemerintah melalui Kementan sudah memberikan beberapa bantuan kepada kelompok tani atau koperasi tebu rakyat berupa alsin, benih dan pupuk. Hal tersebut agar bantuan yang diberikan dapat dikelola dan dimanfaatkan bersama salah satunya dalam bentuk divisi upja (unit pengelola jasa alsintan).

Peran PG sendiri nantinya akan menentukan dan mengkoordinir kapan petani harus memupuk, bibit yang dipakai, menanam, tebang, muat, angkut, dan PG sendiri bisa dilakukan pihak swasta maupun BUMN. Untuk masalah bibit yang berkualitas yang akan dipakai, melalui kesepakatan yang sudah dilakuan akan memakai bibit dari P3GI (Pusat Penelitian Perkebunaan Gula Indonesia) merupakan lembaga unit pengembangan bibit tebu. Sudah ada kebun percontohan yang menggunakan bibit P3GI di PTPN 10, dan hasilnya mencapai rendemen 7,5 lebih. Semoga potensi rendemen yang ada bisa menarik lagi minat petani untuk menanam tebu, sehingga tahun 2018 regrouping bisa dilaksanakan serentak didaerah dan swasembada gula akan terwujud. SY