Agripreneur Muda Omzet Milyaran Rupiah Mulai Merambah Generasi Millenial Indonesia

udin abay | Rabu, 09 Januari 2019 , 11:37:00 WIB

Swadayaonline.com - Entreprenuer (wirausahawan) muda pertanian Indonesia makin menjamur dan nama agripreneur mulai mendapat perhatian. Tidak tanggung-tanggung salah satu agripreneur muda yang paling berhasil bahkan ada di ujung paling timur Indonesia, Papua. Utami Super Broiler (USB) dengan nilai invetasi lebih dari 1,5 Milyar Rupiah dan pendapatan bersih hingga 26 Juta Rupiah perbulannya. Octavia Sri Handayani, CEO yang juga seorang mahasiswi Peternakan Semester V pada Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Manokwari, Papua Barat. Bersama rekan-rekan sesama mahawiswanya yakni Saputri Anjar Wati, Muhammad Nasrul, Agus Suprianto, Nurul Syaifuddin dan Yason Manggaprow, Octavia Sri Handayani mendirikan Usaha Ternak Ayam Broiler dengan nama Utami Super Broiler (USB) di tahun 2017 lalu.

Dengan bermodalkan 15 juta bantuan dari program PWMP Kementerian Pertanian, mereka membuat kandang di kampus mereka, di kompleks Polbangtan Manokwari.  Milenial yang terbangung dalam USB ini menangkap peluang dari Program Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP) yang merupakan program baru dari BPPSDMP Kementan dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia pertanian yang terdidik serta mendorong mahasiswa untuk mau menjadi agripreuner.

Keberhasilan milenial dalam agripreneurship tidak terlepas dari kecerdasan mereka memanfaatkan teknologi informasi dan menggunakan kesempatan yang ada. Namun yang paling penting adalah semangat juang dan kegigihan mereka dalam berusaha. Dengan etos kerja yang baik USB mendapatkan Investor yang berani menambahkan modal hingga Milayaran rupiah dan mengembangkan usaha USB hingga memiliki kandang peternakan yang lebih luas dan menghasilkan produksi ayam broiler yang lebih banyak.

Dengan membangun kandang dan membeli bibit ayam broiler ke Surabaya dan Makassar, mulailah mereka melakukan usaha peternakan dengan 100 bibit ayam. Sebulan kemudian mereka mulai panen awal dan bergerak memasarkan hasil ternaknya. Dari penjualan ayam broiler hasil panen awalnya ini, mereka mendapatkan keuntungan bersih Rp. 2.700.000. Hasil penjualan beserta keuntungannya ini mereka investasikan kembali dengan membeli bibit ayam broiler untuk diternakkan kembali. Dengan kerja keras dan keuletan yang militan, usaha peternakan ayam Utami Super Broiler semakin kinclong. Jumlah keuntungan yang diperoleh semakin meningkat. 

Menurut Octavia, laju pertumbuhan usaha peternakan mereka meningkat cepat banyak disebabkan karena mereka secara kreatif mampu mengadopsi model pemasaran yang efektif, efisien serta memanfaatkan perkembangan teknologi digital yang ada. “Kami menerapkan model marketing melalui media on line dan juga langsung menawarkan produk kami melalui door-to door. Dari rumah ke rumah”, kata Oktavia. (7/9/20198)

Dengan prospek usaha yang demikian bagus, menjadikan beberapa investor mulai melirik usaha mereka. Tidak tanggung-tanggung, hanya berselang beberapa bulan berjalan, seorang investor mengajak mereka bekerja sama dan menanamkan investasi untuk usaha mereka. Jumlah investasi yang ditanamkan demikian besar, Rp.1 Miliar.
 “Dengan modal sebesar itu, kami kemudian mengembangkan usaha dengan membuat kandang lebih besar di lahan pak Ery (investor -red). Kandang lebih besar tersebut bisa menampung 12.000 ayam dengan kerjasama bagi hasil Pembagian hasilnya 60-40%. 60% untuk investor dan 40% untuk USB. Kerjasama ini sudah berlangsung selama setahun”, tutur Octavia. Hasil keuntungan melalui kerjasama ini benar-benar menggiurkan. Dalam setahun, usaha peternakan mereka telah mampu meraup meraup keuntungan bersih sekitar 300 juta per tahun.

Kisah tentang kesuksesan usaha peternakan yang dilakoni Octavia dan kawan-kawannya ini mampu menjawab bila dunia pertanian adalah lahan yang demikian cerah untuk meraih kesejahteraan di masa depan. Lahirnya calon-calon agripreneur milyarder muda terbentang luas dan komitmen Kementerian Pertanian di bawah nakhoda Andi Amran Sulaiman untuk terus memciptakan generasi baru petani yang modern layak diapresiasi. SY/PRB