Swadayaonline.com - Rabu (16/01/2019) siiang hari nan sejuk, tidak panas dan tidak pula dingin menggigit. Pengelola lahan praktik, Ade Rohman beserta beberapa siswa PKL dari SMKN 2 Slawi, SMKN 1 Rongga riuh, berbondong-bondong menyiapkan keperluan persiapan lahan yang akan ditanami kubis. Diawali dengan mencampur pupuk kawinan (TSP, KCl dan Urea) dengan perbandingan 1 : 1 : 2. Aroma menyengat dari pupuk ayam/itik menyengat di hidung “hayu neng, ke lahan sebar pupuk.

Kasian warga komplek kebauan” ucap Ade. Berduyun-duyun mereka ke lahan saat itu, lengkap dengan peralatan. Beberapa bedeng telah siap dan sudah disebar pupuk berupa kotoran ayam. Aromanya pun semakin menyengat, tanpa berpanjang lebar siswa PKL menyebarkan pupuk kawinan tersebut. “Tiap 1 kg pupuk ini cukup untuk 1 bedengan, disebar dari ujung ke ujung bedengan.

Setelah ini langsung kita tutup dengan tanah gembur di sekitarnya. Besok dihaluskan tanahnya” jelas Ade Rohman. Ade Rohman merupakan pembimbing langsung siswa PKL, dibantu oleh Jajang. Bagaimana merapikan bedengan, membuat acuan garis lurus antar bedeng dan hal-hal teknis mendetail lainnya. Serius namun tetap ada suasana santai diantara mereka.

Setelah sepekan barulah dibuat lubang tanam dengan jarak 50 x 60 cm dan dilanjut menanam bibit kubis, usia 15 hari setelah masa tanam akan ditambahkan pupuk NPK Mutiara. Tidak hanya itu, pupuk kotoran ayam ini pun menjadi salah satu hal penentu dalam penanaman sayuran. Di bedengan ini menggunakan pupuk jenis pitik. Jenis pupuk kotaran ayam terbagi 3 yaitu Batere, Postal dan Pitik.

Postal merupakan pupuk dengan kandungan 50% gabah, 50% kotoran ayam. Untuk Batere, kandungan kotoran ayam sekitar 70-75% dan 25-30% gabah. Dan jenis Pitik adalah 100% kotoran ayam. Kotoran ayam ini pun berasal dari ayam jenis petelur. Tentunya dalam segi pertumbuhan akan lebih optimal bila menggunakan pupuk yang bagus. Dibutuhkan 95 hari hingga kubis ini panen, penanaman dimulai pertengahan Januari. Sehingga panen diprediksi April akhir. SY/TYA