Hijrah Menjadi Petani, Herman Meraup Untung dari Budidaya Kelinci

udin abay | Senin, 28 Januari 2019 , 20:27:00 WIB

Swadayaonline.com - Siapa yang tidak gemas bila membayangkan hewan berbulu nan unik, imut dan lucu yang bernama kelinci. Kelinci merupakan hewan mamalia dari famili Leporidae, yang memiliki bulu tebal dengan telinga tegak panjang dan lebar. Tidak heran jika banyak orang yang hobi memelihara kelinci. Selain lucu, ternyata kelinci juga memiliki potensi bisnis yang cukup besar. Setelah ras kelinci dari luar negeri banyak yang masuk ke Indonesia, kelinci hias dan pedaging menjadi sangat populer dan menjadi komoditas dengan harga tinggi. Hal ini terjadi karena kelinci memiliki bulu, warna, bentuk tubuh, bentuk kepala, bobot, dan bentuk telinga yang beraneka ragam.

Harga jual kelinci hias lebih tinggi dibandingkan dengan kelinci pedaging. Sekarang sudah banyak orang yang berhasil membiakkan ras dari luar negeri di Indonesia. Inilah yang membuat peluang bisnis kelinci semakin meningkat. Adalah Herman Pelani, pria usia 31 tahun yang rela berhenti bekerja di Organization for Industrial and Cultural Advancement, OISCA untuk membudidayakan kelinci hias. Memiliki jabatan sebagai manager diklat di LPK Jiritsu Nusantara, OISCA serta guru bahasa jepang ternyata tidak membuat pria yang masih masuk dalam kategori usia generasi millenial ini merasa puas.

Kurangnya waktu bersama keluarga karena rutinitas pekerjaan membuat ia memutar otak untuk bisa mendapatkan penghasilan tanpa jauh dari keluarga. “Kelahiran anak saya pada tahun 2015 merupakan awal mula bisnis kelinci saya dimulai. Hadiah 2 (dua) ekor kelinci jantan untuk anak saya membuat saya berfikir mengapa tidak membudidayakan kelinci, selain bentuknya yang unik, prospek bisnisnya pun cukup menjanjikan” kenang Herman. Berbekal pendidikan bidang peternakan dan pertanian dari OISCA Sukabumi Training Center, ia mulai membudidayakan kelinci dengan mencari pasangan untuk kedua kelinci jantannya.

Pemeliharaan serta perawatan kelinci relatif lebih mudah, tidak memerlukan lahan ternak yang luas semakin membuat keputusannya untuk beternak semakin mantap. Tinggal di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi menjadi bonus tersendiri baginya dimana sektor Peternakan merupakan salah satu sektor yang juga sangat potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Sukabumi. Saat ini ia telah memiliki 60 ekor kelinci jenis English anggora yang terdiri dari 56 ekor kelinci betina dan 4ekor kelinci jantan. Ia pun mampu meraih keuntungan bersih Rp.4.000.000,-/bulan. “Alhamdulillah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, saya yakin nantinya akan bisa lebih berkembang dan menguntungkan ”, jelasnya.

Kesuksesan Herman tak lepas dari pendampingan para penyuluh di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kebonpedes yang telah memotivasi dan memberikan bimbingan dalam pengelolaan pemanfaatan pupuk organik dan POC Pupuk cair Organik dari urine kelinci. 3 tahun menggeluti peternakan kelinci hias, herman telah sukses meraih beberapa penghargaan, antara lain Best oposite breed/pejantan terbaik under judge Scot Rodriguez, Arba Show by Indonesian Rabbit Society tahun 2016, Double best off breed/pejantan terbaik under judge Arie Wardhani dan James Goodrich, Arba Show by Kelinci Ganyeng Semarang tahun 2017, Best off breed pejantan terbaik untuk kelinci jenis mini rex under Judge Melisaa Cafeluu Magee, Arba Show by Kelinci Nunusanta ( TMII ) 2017, Triple best off breed (jantan) dan triple best oposite breed (betina) under judge Allen Mesick, Michele Perez dan Arie Wardhani, Arba Show by Indonesia Rabbit Society tahun 2018.

Herman berharap, dari pengalamannya untuk “hijrah” ke dunia pertanian dapat memotivasi rekan-rekan seusianya untuk terjun dan mengengembangkan dunia pertanian. Jangan takut untuk mencoba dan lepas dari zona nyaman, bila semua dilakukan dengan usaha tidak ada hasil yang sia-sia, ungkapnya. SY/NL