Visit Expert Pertanaman Cabai Di Tashkent Region, Republic of Uzbekistan

udin abay | Kamis, 14 Februari 2019 , 15:29:00 WIB

Swadayaonline.com - Pertanian di Republik Uzbekistan merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja tertinggi dan menyumbang 24% dari GDP negara tersebut. Uzbekistan merupakan salah satu negara pengekspor kapas terbesar di dunia, namun akhir-akhir ini Pemerintah Uzbekistan telah mendorong transisi lahan pertanian dari pertanaman kapas yang tidak efisien menggunakan air ke tanaman alternatif yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti tanaman buah dan sayuran. Setelah merdeka pada tahun 1991, di Uzbekistan area untuk sayuran meningkat 140%. Subsektor hortikultura merupakan sumber pendapatan yang sangat penting bagi tenaga kerja di pedesaan dan menyediakan pekerjaan yang signifikan bagi wanita. Tanaman hortikultura memberikan pendapatan yang lebih tinggi untuk petani daripada gandum dan kapas. Negara ini merupakan salah satu produsen terbesar sayuran dan buah segar di antara negara-negara Asia Tengah.

Selama lebih dari satu bulan, dari bulan Agustus sampai bulan September 2018 Kementerian Pertanian RI, atas permintaan dari pihak Kementerian Pertanian Republik Uzbekistan, mengirimkan 4 orang experts (tenaga ahli) budidaya cabai ke beberapa region (setara dengan provinsi di Indonesia) untuk memberikan saran dan masukan guna meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil cabai para petani karena mereka baru pertama kali melaksanakan budidaya cabai di lahan yang luas. Sebelumnya para petani di Uzbekistan menanam cabai di halaman rumah mereka hanya untuk keperluan memasak rumah tangga mereka sendiri.

Uzbekistan memiliki potensi yang besar untuk pertanaman sayuran yang berkelanjutan, hal ini terbukti dengan fakta bahwa volume produk pertanian ini meningkat secara konstan. Negara ini memiliki beberapa keuntungan untuk melaksanakan budidaya cabai, mulai dari iklim yang hangat, musim tanam yang relatif panjang untuk negara subtropis dan melimpahnya air untuk irigasi, terutama yang daerahnya berdekatan dengan aliran sungai. Namun irigasi dengan kanal sangat tidak efisien, banyak air hilang karena evaporasi, aliran permukaan dan absorpsi ke dalam tanah, sebelum dimanfaatkan oleh tanaman. Drainase yang buruk di lahan yang beririgasi menyebabkan deposit garam ketika air menguap, hal ini menimbulkan salinisasi lahan pertanian. Bila salinitas tanah lebih tinggi, tanaman harus bekerja keras untuk dapat menyerap air. Tashkent region terletak di bagian timur laut negara Uzbekistan dengan luas wilayah 15.300 km2 dengan jumlah penduduk sekitar 4.450.000 orang. Tashkent region memiliki sektor pertanian yang sangat berkembang, terutama berbasis irigasi.

Tanaman utama di wilayah ini adalah kapas dan rami, tetapi sereal, buah-buahan dan sayuran juga semakin meningkat luas arealnya. Musim panas berlangsung lama di Tashkent, biasanya dari bulan Mei sampai bulan September dengan suhu sekitar 30o C. Tashkent region terbagi menjadi 15 distrik (setingkat kabupaten), namun hanya 7 distrik yang dikunjungi pada program ini yaitu : Okhangaron, Piskent, Akkurgan, Zangiotta, Qibray, Urtachircik dan Yuqorichirchik. Secara umum tanaman cabai tumbuh dengan baik di Tashkent region, hanya ada beberapa hal dalam budidaya tanaman ini yang perlu ditingkatkan.

Pada umumnya para petani menanam varietas cabai yang berasal dari India dan sebagian kecil dari Taiwan. Hanya sedikit petani yang telah menggunakan pupuk kandang ataupun kompos sebagai pupuk dasar, karena kambing dan sapi di negara ini jarang yang dikandangkan, sebagian besar ternak dilepas di padang rumput kecuali pada saat musim dingin. Namun kepada para petani di Tashkent disarankan untuk memberikan pupuk kandang atau kompos sebanyak 20-30 ton/ha sehingga pertumbuhan tanaman cabai menjadi lebih baik karena pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah dan memegang air dengan lebih baik sehingga pada saat musim panas yang terik, karena di wilayah ini suhu bisa mencapai 40oC, tanaman cabai tidak mudah layu karena kekeringan.

Berbeda dengan di Indonesia, pertanaman cabai di Tashkent region pada umumnya tidak menggunakan mulsa plastik hitam perak (MPHP). Selain itu jarak tanam di dalam barisan pada umumnya terlalu rapat yaitu sekitar 15-20 cm sehingga terlihat berdesak-desakan dan tanaman cabai tidak tumbuh maksimal karena terjadi persaingan antar tanaman dalam memperoleh air, unsur hara dan cahaya matahari, ditambah lagi para petani tidak pernah melakukan perompesan tunas air. Buah cabai yang sudah muncul di pertanaman yang dikunjungi pada umumnya hanya sedikit pada tiap tanaman, selain itu ukurannya juga kurang besar. Oleh karena itu kepada para petani yang dikunjungi disarankan untuk memperlebar jarak tanam agar tanaman tumbuh subur sehingga hasil tanaman berupa buah cabai menjadi lebat dan ukurannya besar, disarankan juga untuk melakukan perompesan tunas liar/tunas air sehingga hasil fotosintat hanya ditujukan ke cabang yang produktif.

Di Tashkent region juga tidak dilakukan penyulaman sehingga sering kali dijumpai ruang kosong di antara tanaman cabai akibat tanaman cabai yang mati, disarankan untuk melakukan penyulaman 7-10 hari setelah tanam agar tidak banyak ruang kosong di antara tanaman dan dengan melakukan penyulaman maka jumlah tanaman per satuan luas tidak berkurang terlalu banyak dari target sehingga target produksi cabai per satuan luas dapat tercapai. Penyulaman dilakukan waktu sore hari dan menggunakan tanaman yang berumur sama dengan yang sudah ditanam di lahan. Banyak dijumpai gulma di sekitar pertanaman cabai yang dikunjungi, kepada para petani disarankan untuk mengendalikan gulma tersebut karena merupakan pesaing tanaman cabai untuk mendapatkan air, unsur hara dan cahaya matahari sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman cabai.

Gulma juga merupakan inang bagi hama dan penyakit sehingga bila tidak dikendalikan dikhawatirkan terjadi serangan hama penyakit pada pertanaman cabai yang akan menurunkan hasil tanaman bahkan bisa berakibat gagal panen. Pada beberapa pertanaman cabai terlihat tanaman yang patah atau roboh, hal ini disebabkan tanaman kekurangan unsur kalsium (Ca), maka disarankan memberikan pupuk yang di dalamnya mengandung unsur Ca. Kalsium merupakan bagian penting dari dinding sel tanaman, unsur ini membentuk senyawa Ca pektat yang menstabilkan dinding sel dan menjadi pengikat antar sel. Selain itu bila tanaman cabai roboh akibat buahnya yang terlalu lebat, petani disarankan untuk menggunakan turus agar tanaman dapat berdiri tegak.

Penyakit layu bakteri ditemukan di beberapa pertanaman cabai akibat serangan bakteri Ralstonia solanacearum. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan melakukan seed treatment, caranya mencelupkan benih cabai ke dalam larutan bakterisida sebelum disemaikan. Bisa juga menanam jagung dengan jarak tanam yang rapat di sekeliling pertanaman cabai sebagai barrier agar serangga vektor penyakit ini tidak memasuki pertanaman cabai.

Penanaman varietas yang resisten dan drainase yang baik juga dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit ini. Bila sudah ada tanaman yang terserang penyakit layu bakteri, segera cabut tanaman tersebut dan dimusnahkan dengan cara dibakar. Rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan famili Solanaceae juga merupakan cara yang baik untuk mencegah penularan penyakit layu bakteri. Buah cabai juga ada yang terserang penyakit Antraknose, dapat dicegah dengan menanam varietas yang resisten terhadap penyakit ini. Daun-daun tanaman cabai yang berada di bawah sebaiknya dipangkas agar tidak terpercik air irigasi yang dapat mengandung bibit penyakit ini.

Buah yang terserang harus dipetik dan dimusnahkan dengan cara dibakar untuk mencegah penularan penyakit ini ke tanaman cabai yang lain. Lakukan juga rotasi tanaman dengan membudidayakan tanaman yang bukan famili Solanaceae. Petani yang dikunjungi di Distrik Urtachirchik belum mengetahui kapan saat yang tepat untuk memanen buah cabai merah sehingga kepadanya dijelaskan bahwa buah cabai merah dapat dipanen bila warnanya sudah memerah sekitar 80-85%, namun pada umumnya dipanen saat warna buah sudah merah seluruhnya atau sesuai dengan permintaan konsumen. Disampaikan juga bahwa sebaiknya panen cabai merah dilakukan saat pagi hari, hasil panen harus segera dibawa ke tempat yang teduh sehingga tidak terjadi penguapan yang menyebabkan buah cabai menjadi layu. Setelah melakukan kunjungan ke pertanaman cabai merah, para tenaga ahli mempresentasikan laporan hasilnya pada Seminar Internasional “Problems and Solutions of Cultivation of Peppers in Uzbekistan” yang diselenggarakan oleh Tashkent State Agrarian University (TSAU) dan dihadiri oleh Wakil Menteri Pertanian Republik Uzbekistan. Pada saat itu sekaligus dilaksanakan pameran skala kecil mengenai varietas tanaman dan hasil pengolahan cabai merah.

Setelah melaksanakan seminar selanjutnya tenaga ahli dari Indonesia juga membantu para dosen TSAU untuk menyusun pedoman budidaya cabai merah bagi para petani Uzbekistan. Referensi Anonim. 2015. SY/CHE