Panen Padi Gogo di Lahan Kering Gunung Kidul

udin abay | Sabtu, 09 Maret 2019 , 21:35:00 WIB

Swadayaonline.com - Balitbangtan melaksanakan panen raya padi gogo di lahan kering tepatnya di kawasan Wono Mengger, Desa Nglipar, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul Yogyakarta (08/03). Padi yang ditanam seluas 100 ha dengan menerapkan teknologi Larikan Gogo (Largo) Super di bawah tegakan tanaman kayu putih. Panen raya dihadiri oleh Bupati Gunung Kidul, Kepala Balitbangtan, Kepala BPTP DIY, Kepala Dinas Pertanian Kab. Gunung Kidul, Perwakilan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY dan Komandan Kodim 0730/Gunung Kidul, Camat Nglipar, Penyuluh dan Poktan yang berjumlah 250 orang.

Dalam sambutannya Bupati Gunung Kidul menyampaikan “Terima kasih kepada Balitbangtan yang sudah menerapkan teknologi dan hasilnya hingga 50%, diharapkan keberhasilan tersebut dapat dikembangkan di kecamatan lain oleh Kepala Dinas Pertanian sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh petani se kabupaten Gunung Kidul”, ucap Badingah.

Kabupaten Gunung Kidul mempunyai beragam potensi perekonomian yang salah satunya bersumber dari sektor pertanian yang menjadi penyangga ekonomi masyarakat disamping pariwisata. Lanjut Badingah “hasil yang meningkat petani harus lebih kreatif sehingga dapat menyajikan produk hasil pertanian untuk wisatawan” Ujar Badingah. Sementara itu Dr. Priatna Sasmita yang mewakili Kepala Balitbangtan menjelaskan bahwa “Balitbangtan sudah menyediakan berbagai teknologi untuk meningkatkan produktivitas padi, salah satunya adalah teknologi Largo Super untuk lahan kering yang hasilnya dapat meningkatkan produktivitas dari 4-5 t/ha menjadi 6-7,4 t/ha”. Lanjut Priatna “berharap hasil panen tersebut agar tidak dikonsumsi atau dijual semua, benih tersebut tidak ada dipasaran sehingga musim tanam berikutnya dapat digunakan kembali untuk ditanam” ucap Priatna.

Berdasarkan hasil ubinan yang dilakukan oleh BPTP Yogyakarta dan Penyuluh Kecamatan Nglipar, produktivitas paling tinggi hasilnya adalah varietas Inpago Unsoed yang mencapai 7,3 t/ha dan varietas Inpago 10 7,4 t/ha. Namun, dari ke tujuh varietas yang di demareakan yaitu varietas Inpago 8, 10, 12, Rindang 1, Rindang 2, Inpari 42 GSR dan Inpago Unsoed petani lebih senang kepada varietas Rindang 2 yang produktivitasnya hanya mencapai 6,8 t/ha. Alasan petani memilih varietas Rindang 2 karena selain tanamannya kokoh dan tinggi, jerami hasil panen dapat digunakan untuk pakan ternak, ungkap Paeran koordinator Poktan Sedyo Utomo. SY/HMSH