Lihat Peluang, 4 Generasi Millenial Pilih Polbangtan

udin abay | Kamis, 14 Maret 2019 , 14:13:00 WIB

Swadayaonline.com - Rendahnya animo siswa lulusan sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan untuk memilih jurusan/program studi pertanian menjadi ancaman tersendiri bagi pembangunan pertanian. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, diantaranya adalah kesan yang menunjukkan bahwa pertanian selalu berhubungan dengan rakyat kecil, petani tua yang tidak berdaya, bergelut dengan lumpur, panas, kotor, dengan penghasilan rendah yang tidak menjanjikan masa depan, tampaknya tidak mudah untuk dihilangkan.

Padahal saat ini bidang pertanian tidak sekedar bercocok tanam di sawah tetapi sudah sangat berkembang. Hal ini bisa dilihat dengan perkembangan teknologi kultur jaringan, hidroponik, aeroponik, rekayasa genetika, teknologi publikasi pertanian dan sebagainya, yang jauh dari kesan kotor dan tak punya masa depan. Atau secara singkat, era teknologi saat ini mengarahkan pendidikan pertanian untuk menghasilkan teknokrat bahkan enterpreneurship pertanian.

Dengan demikian, ruang lingkup pekerjaan sarjana pertanian tidak hanya yang berhubungan dengan budidaya tanaman di lahan tetapi juga lembaga penelitian, instansi pemerintah, perusahaan agrobisnis, perbankan, sampai wirausaha mandiri. Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Peranian (BPPSDMP) memotivasi generasi muda untuk terjun di bidang pertanian.

Dengan melakukan program Regenerasi Pertanian guna menjaga keberlanjutan pembangunan pertanian dengan penciptaan generasi pertanian yang “Berkarakter Socioagripreneur” melalui Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Adalah Fahmi Al Falah asal Medan, Gilang Pratama asal Cirebon, Cecep Arif Syarifudin asal Sumedang dan Salsalabiza asal Jakarta, generasi millenial yang memilih bergabung dalam Polbangtan Bogor.

Bukan hanya mereka saja yang tergabung dalam Polbangtan Bogor, saat ini tercatat 768 mahasiswa tergabung dalam pendidikan tinggi vokasi milik Kementan ini. Memilih meninggalkan rumah dan keluarga untuk menimba ilmu bukanlah suatu hal yang mudah untuk keempat mahasiswa ini, namun adanya rasa ingin tahu yang tinggi tentang dunia pertanian mengantarkan mereka untuk bergabung dalam Polbangtan Bogor. “Latar belakang keluarga saya adalah pertani, dan saya diamanahkan untuk melanjutkan usaha mereka. Namun disatu sisi saya memiliki cita-cita untuk masuk ke sekolah kedinasan. Mendapatkan info bahwa Kementerian Pertanian memiliki sekolah kedinasan, saya langsung mengikuti tes selepas saya menamatkan pendidikan tingkat atas.

Dari Medan saya ke Bogor karena saya ingin mengetahui lebih dalam mengenai sektor peternakan maka saya memilih program studi penyuluhan peternakan dan kesejahteraan hewan, serta kesehatan hewan. Di Medan memang ada Polbangtan Medan tetapi tidak ada jurusan peternakan, jelas Fahmi Al Falah. Berbeda dengan Fahmi, Gilang Pratama, Cecep Arif Syarifudin dan Salsalabiza memilih program studi penyuluhan pertanian berkelanjutan. Ketika ditanyakan alasan mereka bergabung dengan Polbangtan, mereka menyatakan awalnya coba-coba dan ingin mendapatkan pengalaman baru di dunia pertanian.

Namun, setelah beberapa semester meraka merasa jatuh cinta dengan dunia pertanian. “Kami mendapatkan pengalaman baru disini, awalnya kami tidak tau caranya menanam, bercocok tani, mengolah tanah tapi kini kami paham dan bisa melakukannya”, ungkap mereka. Ditambahkan oleh Cecep, ia melihat peluang dari sedikitnya pemuda yang menyukai dan mau terjun dalam dunia pertanian. “Ini merupakan peluang besar, kalau saya tekuni InshaAllah saya bisa sukses dari dunia pertanian. Apalagi di Sumedang kan potensi pertanian cukup tinggi. Kalau bukan kami yang generasi muda siapa lagi yang akan melanjutkan pembangunan pertanian ini, tegasnya.

Keempat mahasiswa ini mengakui masa transisi dari Sekolah Menengah Atas (SMA) umum ke sekolah kedinasan ini hal yang tidak mudah mereka jalani. “Kedisiplinan yang tinggi, adanya gemblengan semi militer sebelumnya tidak pernah kami terima. Kalau biasanya kami santai-santai kini kami harus mengikuti peraturan yang ada. Kami di didik dalam jiwa korsa, jiwa kebersamaan, saling berbagi dengan teman-teman dari berbagai daerah dengan berbagai budaya. Tetapi kami yakin, ini semua hanya proses yang harus kami lalui sebelum mencapai kesuksesan. Apalagi kualitas Polbangatan yang berada di bawah Kementan pastinya lebih baik dibandingkan dengan sekolah atau pendidikan tinggi lainnya”, papar mereka optimis.

Disisi lain Direktur Polbangtan Bogor, Dr. Ir. Siswoyo, MP mengungkapkan bahwa menjadi tugas dan tanggung jawabnya untuk meningkatkan kualitas Polbantan Bogor, khususnya sarana dan prasarananya. Tentunya minat generasi muda untuk menimba ilmu di Polbangtan harus diikuti juga dengan perbaikan serta peningkatan sarana dan prasarana serta kualitas pendidikannya. Transformasi pendidikan dari STPP menjadi Polbangtan merupakan salah satu upaya Kementan untuk meningkatkan den mengembangkan kualitas lulusannya. Ia yakin, dari Polbantan akan lahir generasi millenial mandiri yang mampu untuk mengisi dan melanjutkan pembangunan pertanian. SY/NL