Menyiapkan Generasi Muda Indonesia untuk Pendampingan di Komunitas Adat Terpencil

udin abay | Senin, 08 April 2019 , 18:10:00 WIB

Swadayaonline.com - Kementerian Sosial Republik Indonesia memiliki program Pendampingan Sosial Komunitas Adat Terpencil yang sudah berjalan selama 4 tahun terakhir. Pendampingan dilakukan oleh generasi muda milenial dengan kriteria diantaranya dari sisi usia yang sudah lulus sarjana dan maksimal 30 tahun. Utamanya memiliki minat tinggi mengabdi di Komunitas Adat Terpencil karena cukup lama waktunya selama pengabdian yaitu 8 bulan.

Untuk membekalinya selama menjadi Pendamping Sosial, maka diajarkan tentang pertanian mengingat potensi pertanian di Komunitas Adat Terpencil sangatlah banyak. Karenanya, Kementerian Sosial bekerjasama dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, melatih 45 orang Calon Pendamping Sosial Komunitas Adat Terpencil yang nantinya akan ditempatkan di 45 daerah di 22 provinsi se-Indonesia. Kegiatan dilaksanakan selama 4 hari mulai tanggal 5 – 8 April 2019.

Pembukaan pelatihan, Jumat (05/04/2019) oleh salah seorang widyaiswara BBPP Lembang, Dadi Sumardi. Setelah pembukaan, peserta memperoleh materi tentang Ekologi Tanah dan Pengenalan Tanaman Rimpang yang disampaikan oleh Widyaiswara Spesialisasi Budidaya, Elvina Herdiani. Selanjutnya, Cece Mulyana, memberikan materi tentang pembuatan pupuk kompos dan peserta langsung praktik membuat pupuk kompos dari sisa limbah sayuran dan ternak yang ada di Inkubator Agribisnis BBPP Lembang. Sabtu (06/04/2019), peserta belajar tentang pertanian organik.

Sinta Andayani, Widyaiswara Spesialisasi Budidaya menyampaikan bagaimana pengendalian hama penyakit pada tanaman dengan cara membuat pestisida nabati yang bahan-bahannya dapat diperoleh dengan mudah dan murah karena ada disekitar kita dan tentu saja ramah lingkungan. Senin (08/04/2019), Widyaiswara BBPP Lembang, Rahman Pinem, menyampaikan tentang Budidaya Tanaman Obat. Sebelum penutupan kegiatan, peserta praktik bagaimana mengolah berbagai jenis komoditas pertanian menjadi olahan pangan.

Dipandu Widyaiswara Spesialisasi Pascapanen dan Pengolahan Hasil Pertanian, Wawa Risnawaty, didampingi Pengelola Lahan Praktik Estu Hariani dan Euis Kurniati serta anak SMK yang sedang PKL, dikenalkan olahan seperti kopi herbal yang memadukan kopi dengan tanaman rimpang seperti jahe, lengkuas, cengkeh, serai, dan daun pandan. Yance, peserta dari Ambon menyampaikan, “kopi herbal ini..mantap!! enak banget”, ujarnya sembari menyeruput secangkir kopi herbal hasil praktik. Ini diamini oleh rekannya dari Papua, “wowww.. kopi herbalnya nikmat sekali, ada manis..dan hangatnya terasa sekali…”. SY/CHE