Bank Indonesia Gunakan Teknologi Silase BPTP Sulut

udin abay | Kamis, 11 April 2019 , 14:40:00 WIB

Swadayaonline.com - Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Utara dan Dinas Pertanian Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), tertarik menggunakan teknologi Silase Balitbangtan untuk program penguatan Kluster Integrasi Padi-Sapi. Dalam bimbingan teknis yang berlangsung pada Jumat (5/4) di Bolmut, dilibatkan 60 orang petani cluster dari 3 kelompok tani, masing-masing: Kecamatan Sangkup, Kecamatan Bintauna dan Kecamatan Kaidipang. BPTP Balitbangtan Sulawesi Utara yang diwakili oleh Paulus C.

Paat sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut, menjelaskan tentang potensi pakan dari limbah jerami padi, rumput raja dan jerami jagung. Jika sebelumnya jerami hanya terbengkalai setelah panen, bahkan lebih ironis lagi, biasanya hanya dibakar agar lahan cepat bersih dan memudahkan pengolahan lahan, kini dapat dimanfaatkan salah satunya sebagai pakan ternak. Dalam kalkulasi Paat, setiap panen padi 1 ha dapat menghasilkan sekitar 5 ton bahan kering pakan jerami, yang dapat menghidupi 2-3 ekor sapi. Bila asumsi Indeks Pertanaman (IP) 200, artinya 2 kali panen dalam setahun, maka dapat memasok pakan untuk 4-6 ekor sapi dewasa. “Ini berarti bahwa petani sesungguhnya tidak hanya panen padi, tapi juga pakan ternak.” Imbuh Paat.

“Jika pembakar jerami dilanjutkan maka sesungguhnya sekitar 5 ton pakan per 1 ha hanya jadi abu. Dan petani berkontribusi besar pada pengrusakan ozon.” Lanjutnya. Teknologi Silase, adalah inovasi pengawetan hijauan pakan dalam bentuk tetap segar dan dapat bertahan lama sampai lebih setahun pada kondisi an-aerob. Teknologi ini berbasis fermentasi bakteri an-aerob. Teknik ini, mampu mempertahankan mutu pakan sebagaimana level mutu saat panen.

Kepada para petani, Paat menjelaskan bahwa puncak nilai nutrisi rumput gajah adalah umur 45 hari setelah panen. Dengan teknologi Silase, maka level mutu tersebut dapat dipertahankan terus, sehingga ternak akan mendapatkan pakan Silase pada level mutu yang stabil dan tetap segar dalam Silo (wadah pencampur). “Teknologi ini di desain, untuk solusi masalah jumlah pakan yang sangat melimpah, pada waktu musim panen atau musim hujan dan sebaliknya dalam jumlah yang sangat kurang pada musim tanam atau kering”, sambungnya.

Peneliti yang telah menghasilkan buku “Limbah Pertanian untuk Pakan dan Nutrisi Sapi” ini menjelaskan bahwa walaupun teknologi silase termasuk inovasi yang sudah sangat lama ditemukan, akan tetapi masih tetap relevan diterapkan secara praktis dan mudah. Baik peternakan skala kecil, maupun skala industri. Saat praktek, Paat menguraikan teknik pembuatan silase dengan wadah silo plastik.

Cara pembuatan silase yaitu, pertama hijauan atau rumput dilayukan, dipotong-potong (5-10) cm. Selanjutnya, diberikan tambahan karbohidrat sebagai substrat bakteri, contohnya tetes/molases, tepung jagung, dedak halus, onggok atau ampas singkong, dengan takaran kurang lebih 3% dari bahan silase yang akan dibuat. Semua bahan dicampur rata, kemudian dimasukkan kedalam silo, atau wadah tempat penyimpanan. Bahan-bahan tersebut, dipadatkan lalu ditutup rapat. Panen Silase dilakukan setelah 3 minggu. Silo dapat dibuka dan siap diberikan kepada ternak.

Silo yang baik menurut Paat, dicirikan dengan warna kehijauan dan aroma asam. Tekstur rumput masih jelas, tidak berjamur dan berlendir serta menggumpal setelah di panen. Keunggulan silo yang baik, dapat bertahan 1-2 tahun, bahkan ada yang lebih. Paat mengingatkan agar saat panen di Silo, agar diangin-anginkan terlebih dahulu. “Bila akan digunakan ingat setelah mengambil dari silo lakukan penutupan wadah dengan rapat.” tutup Paat. SY/HMSL