Dudi Gunadi: Pengembangan Desa Organik Mengurangi Ketergantungan Input Produksi

udin abay | Jum'at, 04 Agustus 2017 , 12:46:00 WIB

Swadayaonline.com - Pola hidup sehat yang  ramah lingkungan telah menjadi trend baru dan meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk anorganik, pestisida kimia sintetis dan zat pengatur tumbuh dalam produksi pertanian. Pengembangan Desa Pertanian Organik di subsektor perkebunan adalah embrio untuk menjawab tantangan zaman yang kelak akan menjadi center of excellencedi ranah perkebunan organik.

Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Direktorat Perlindungan Perkebunan sepenuh hati melaksanakan kegiatan yang cukup massive ini, dengan melibatkan 3276 orang petani pekebun dengan keseluruhan luas hamparan 3299,82 ha yang tergabung dalam 150 Kelompok Tani yang tersebar diseluruh penjuru Nusantara. Tahun 2016 adalah tahun inisiasi berupa sosialisasi dan pengadaan input/sarana prasarana produksi yang tentunya disesuaikan dengan kearifan lokal setiap desa.

Direktur Perlindungan Perkebunan, Dudi Gunadi mengatakan tahun 2015 Kementan di berikan tugas untuk mengembangkan 1000 desa pertanian organik dari KSP. Tugas ini dibagi dalam tiga Direktorat yaitu Ditjen Tanaman Pangan 600 desa, Ditjen Hortikultura 250 desa, dan Ditjen Perkebunan 150 desa, tujuannya untuk mengurangi tingkat ketergantungan dari petani terhadap akses input produksi yang tidak dikuasai seperti pupuk, pestisida.

Dengan desa oragnik, diharapkan akan menghasilkan komoditas berkualitas dan sehat dikonsumsi masyarakat, karena komoditas tersebut mempunyai segmen dan peluang pasar yang sangat bagus. “Akhir kegiatan ini diharapkan desa pertanian organik harus disertifikasi, tidak boleh tidak disertifikasi. Tidak mungkin sertifkasi dilakukan tiba-tiba, maka diperlukan proses. Kita mendapatkan untuk mengembangkan 150 desa dan tahun 2015 sudah mulai dipersiapkan untuk mengindendtifikasi calon petani dan calon lokasi program ini,” tegas Dudi.

Petani yang diikutkan petani pekebun organik akan menghasilkan komoditas segar dan dikonsumsi langsung seperti kopi, kakao, jambu mete, kelapa, aren, lada, pala. Sampai hari ini sudah 135 kelompok tani yang ikut program tersebut. Walaupun program tersebut dalam konsep desa, tetapi dimulai dari kelompoktanti yang nantinya diharapkan akan besar dan menarik petani lain untuk mengikuti program desa organik.

Komponen yang diberikan untuk kegiatan desa organik yaitu ternak, bibit palawija, kandang ternak, rumah kompos untuk membuat kompos. Menurut Dudi, pemberian ternak ruminansia 6 ekor atau 30 ekor untuk ternak ruminansia kecil sengaja diberikan sebagai komponen pelengkap bagi pembuatan pupuk di samping untuk menambah penghasilan. Ternak yang diberikan diharapkan nantinya akan berkembang dan kotorannya bisa dijadikan kompos.

“Tujuan awal program ini memang untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk anorganik sehingga tanah dan ekosistemnya menjadi lebih baik. Awal dari kegiatan ini memang bukan target produksi, tapi nantinya akan menuju kesana karena yang terpenting sekarang mengurangi ketergantungan pupuk anorganik sehingga dari segi budidaya lebih efisien, mengurangi efek gas rumah kaca,” tegasnya. Untuk pasar produk organik sangat bagus sekali, terutama kopi dan gula organik baik gula kelapa atau aren. Sebenarnya kondisi petani pekebun kita sudah yang banyak organik, cuma mereka tidak mempunyai recording pencetakan bagaimana terkait penyelenggaraannya.

Untuk mendapatkan produk organik, memang  diperlukan sertifikasi. Agar bisa mendapatkan sertifikasi tersebut melalui tahap yang panjang yaitu sekitar 3 tahun dan paling cepat 18 bulan. Tahapan tersebut seperti budidayakan dengan cara ramah lingkungan, pemakaian pupuk organik, mengikuti program pelatihan prinsip organik, pembentukan internal control system, pendampingan audit internal, pembentukan penyusunan doksis, pendampingan penyusunan doksis, dan memastikan ICS berjalan per asesmen.

Desa Organik

Saat ini Ditjen Perkbunan sampai 2017 sudah membuat desa organik di 23 Provinsi, 71 Kabupaten, dan 135 desa dengan komoditas kopi, kakao, aren, lada, jambu mete, dan teh. Salah satu desa organik yang sudah mengekspor produknya ke Belanda dan Perancis yaitu di Provinsi Banten, sedangkan Provinsi Bali sudah mengekspor produk kopinya ke Jepang. Sertifikasi sendiri terbagi dalam beberapa kategori yaitu sertifikasi yang produknya ramah terhadap burung, ramah terhadap hutan, dan bioself.

Merubah pola sikap petani untuk menjadi perkebunan organik di butuhkan ketekunan, maka peran penyuluh sangat penting sekali. “Merubah pola dan prilaku petani dari awalnya tanpa melakukan pencatatan apa-apa, dia harus mencatat. Diajarkan bagaimana memanage lahannya dan harus tahu berapa produksinya dan apa yang sudah dilakukannya. Penyuluh ini juga dilatih khusus tentang organik. Selain mendapatkan pengetahuan dari latihan, dilakukan pendampingan dari sertifikator kepada penyuluh dan petaninya, sehingga petani bisa mendiri dan bisa mengontrol perkebunannya,” jelas Dudi.

Produk organik produktifitasnya tidak kalah dengan pertanian konvensional, karena ada beberapa petani organik tanamannya berbuah sangat baik dan produktifitasnya meningkat, buah yang dihasilkan lebih sehat dan besar. Pertanian yang dilakukan dengan SOP yang benar seperti pemupukan yang berimbang, serangan OPT itu tidak menjadi dominan. Kalau terjadi serangan OPT yang tinggi, itu karena petani melakukan pertanian sesuai SOP. Bila petani melakukan pertanian organik dengan benar, maka serangan OPT tidak akan terjadi, karena petani selalu melakukan pencatatan dan bila ada indikasi serangan OPT bisa langsung diatasi sejak awal.

Dengan adanya keberhasilan-keberhasilan tersebut, kita tidak boleh berpangku tangan, masih banyak hal-hal yang harus dikerjakan, dalam rangka mendukung suksesnya kegiatan desa pertanian organik ini.  Banyak rintangan-rintangan yang bisa mengagalkan suksesnya program ini antara lain, petani tergoda untuk menggunakan bahan-bahan kimia, kurangnya komitmen dari petani/petugas pendamping dan pemerintah daerah setempat , belum jelasnya harga dan pasar bagi produk perkebunan organik.  Untuk itu semua pihak harus bahu-membahu dan memberikan komitmen yang serius demi tercapainya program Pemerintahan Jokowi. SY