Virus AI Masih Menjadi Penyebab Penurunan Produktivitas Unggas di Indonesia

udin abay | Rabu, 22 Mei 2019 , 21:48:00 WIB

Swadayaonline.com - Pangan merupakan kebutuhan yang keteraediaannya harus cukup, aman, bergizi dan beragam dengan harga yang terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat. Untuk itu Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian telah menyusun rencana strategis tahun 2015-2019.

Direktur Kesehatan Hewan Kementan, Fadjar Sumping Tjatur Rasa, saat membuka acara seminar nasional kesehatan unggas "Menguak Misteri Penurunan Produktivitas Unggas" yang diselenggarakan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) di Menara 165, Jakarta, mengungkapkan rencana strategis tersebut yaitu swasembada protein hewani asal ternak dalam waktu 2 tahun mendatang yang tidak fokus hanya pada sapi saja, tapi keanekaragaman hewani lainnya seperti unggas, antara lain ayam ras, ayam buras, itik, burung puyuh, dapat dikonsumsi masyarakat. (22/5/2019)

"Penyakit unggas yang paling banyak terjadi dari tahun 2017 sampai 2018 antara lain Avian Influenza (AI) H5N1, AI H9N2, ND (Newcastlr Desease), Pullorum, Salmonellosis, dan penyakit unggas lainnya. Untuk meningkatkan kualitas dan keamanan hasil produk asal unggas salah satunya melalui pembatasan penggunaan antibiotik di Indonesia yang tertuang dalam UU No.18 tahun 2018, dan Permentan No.14 tahun 2017 serta Permentan No.22 tahun 2017 tentang pendaftaran dan peredaran pakan", ujar Fadjar Sumping.

drh. Charles Rangga Tabbu, dari Departemen Patologi Fakultas Kedokteran Hewan UGM, mengatakan syarat agar ayam dapat tumbuh dan berproduksi secara maksimal yaitu kelompok ayam dalam satu peternakan harus dalam kondisi sehat dengan cara praktek manajemen peternakan yang baik, baik manajemen DOC, pakan, budidaya, kesehatan, pemasaran produk, dan pengelolaan kotoran atau limbah.

Menurutnya, bentuk penurunan produktivitas yaitu pada hambatan pertumbuhan broiler sehingga target produksi tidak tercapai, hambatan pertumbuhan pada pullet yang menyebabkan gangguan pada fase laying, dan gangguan produksi telur pada layer.

Sedangkan dampak penyakit terhadap pertumbuhan dan produktivitas pada broiler yaitu kematian, hambatan berat badan, tingkat keseragaman berat badan yang rendah, peningkatan jumlah ayam yang diafkir, penurunan kuantitas dan kualitas karkas, serta peningkatan konversi pakan.

Sementara itu, Kepala Balai Penelitian Veteriner Badan Litbang Pertanian, Indi Dharmayanti mengungkapkan virus H5N1 clade 2.1.3 di Indonesia masih menjadi ancaman yang serius terhadap populasi manusia. "Virus ini berubah dengan beberapa cara selain mutasi unggas dengan modifikasi genetik dengan pencampuran materi genetik yang berbeda atau reassorment", tambahnya.

Menurut Indi, sebaran virus influenza di Indonesia terjadi di lingkungan pasar tradisional, peternakan komersil, ayam kampung, beberapa spesies unggas dan mamalia. Virus AI subtipe H5N1 telah mengalami genetic drift dan genetif shift. Virus AI tersebut akan terus berubah, perlu kewaspadaan terutama jika gen donor berasal dari virus AI manusia. "Perubahan predominasi virus H5N1 di Indonesia dan sirkukasi virus baru membutuhkan updating metode, kapabilitas dalam mendeteksi virus dan inovasi tindakan pencegahan pengendalian", ujarnya. SY