Kementan Perluas Wilayah Pengembangan Kelapa Genjah Pandan Wangi

udin abay | Senin, 27 Mei 2019 , 10:15:00 WIB

"Swadayaonline.com - Kelapa Genjah Pandan Wangi memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh varietas yang telah dilepas sebelumnya," ungkap Dr. Ismail Maskromo, Kepala Balai Penelitian Tanaman Palmae Lainnya.

"Ada yang khas dari kelapa ini, yaitu keunggulan pada rasa dan aroma pandan pada air dan daging buahnya, kadar kemanisan air yang tinggi, umur tanaman Genjah, pertambahan tinggi yang lambat dan produksi buah yang tinggi," ungkapnya lagi.

Berbeda dengan tanaman kelapa tipe Genjah pada umumnya, kelapa Genjah Pandan Wangi mulai berbuah lebih awal yaitu 2.5– 3 tahun setelah tanam. Berdasarkan ukuran jarak antar bekas daun yang sempit yaitu hanya 32,50 cm menunjukkan bahwa pertambahan tinggi tanaman kelapa Genjah pandan hanya 48.75 cm setahun dengan asumsi jumlah daun yang dihasilkan pertahun sebanyak 15 helai, dibanding pada kelapa Genjah Kuning Nias dengan jarak antar nodus 5.50 cm, berarti pertambahan tinggi pertahun sepanjang 82.5 cm.

Kelapa pandan wangi adalah salah satu kelapa eksotik dengan karakter spesifik pada buahnya. Aroma wangi pandan pada sabut, air dan daging buahnya serta citarasa pandan dan manis pada air dan daging buahnya, menjadi ciri khas kelapa yang diketahui aslinya berasal dari Thailand dengan nama ‘Aromatic Nam Hom Coconuts.

Kelapa ini sudah cukup lama dikembangkan di Sumatera Utara, dengan tanaman tertua sudah berumur kurang lebih 30 tahun dengan jumlah pohon terbatas. Introduksi dalam jumlah besar dimulai tahun 2003.

Salah satu populasi yang saat ini berumur 15 dan 8 tahun berada di Lokasi Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Populasi lainnnya dilaporkan berada di Kabupaten Langkat seluas 120 ha, dan di Binjai sebanyak 40 pohon.

"Saat ini upaya Badan Litbang Pertanian, Kementan untuk mempertahankan pengembangan kelapa pandan wangi diantaranya dengan memperluas wilayah pengembangan yang tidak hanya di Sumatera Utara juga di wilayah sentra kelapa lainnya, seperti di Sulawesi Selatan," demikian ungkap Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Fadjry Djufry. "Komitmen Indonesia untuk mempertahankan komoditas kelapa unggul sebagai komoditas perdagangan tentunya membutuhkan dukungan sentra-sentra produksi yang kuat baik untuk benih dan buahnya," demikian Dr. Atien Priyanti, selaku Plt Kepala Puslitbang Perkebunan menutup pernyataannya. SY/HMSL