Antisipasi Musim Kemarau dengan Varietas Tanaman Pangan Adaptif

udin abay | Rabu, 10 Juli 2019 , 17:12:00 WIB

Swadayaonline.com - Akhir-akhir ini dampak perubahan iklim telah mengancam keberlanjutan produksi pertanian di berbagai belahan dunia. Perubahan iklim dikhawatirkan berdampak pada turunnya produksi pertanian, terutama tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai yang menjadi bahan pangan bagi penduduk Indonesia.

Berdasarkan  hasil pemantauan curah hujan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) beberapa waktu kedepan wilayah di Indonesia berpotensi kekeringan dengan status Siaga hingga Awas. Sebagian besar wilayah Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara diperkirakan tidak akan mengalami hujan lebih dari 30 hari.

Wilayah yang masuk kategori status Awas adalah sebagian besar Yogyakarta, Jawa Timur (Sampang dan Malang), Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat (Indramayu), dan Bali (Buleleng). Sedangkan wilayah yang masuk status Siaga adalah Jakarta Utara, Banten (Lebak dan Tangerang), Nusa Tenggara Barat, dan sebagian besar Jawa Tengah. Dengan demikian akan terdapat dan 100 Kabupaten/Kota yang terdampak kekeringan pada MK (Musim Kemarau) 2019 dengan total 102.654 hektare (ha) dan Puso 9.940 ha (Ditlin, 4 Juli 2019).

Iklim di Indonesia berbeda dengan negara lain karena saat musim kemarau sebagai dampak dari perubahan iklim bukan berarti tidak ada hujan sama sekali. Beberapa daerah diprediksi masih berpeluang mendapatkan curah hujan dengan kategori rendah.

Menghadapi perubahan iklim bukanlah hal asing bagi Badan Litbang Pertanian yang telah melakukan berbagai penelitian untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim. Salah satu hasil penelitian Badan Litbang Pertanian adalah dilepasnya beberapa varietas unggul padi, jagung, dan kedelai yang toleran terhadap kekeringan. Ada 19 varietas padi yang telah teruji toleransinya terhadap kekeringan di lahan sawah dan lahan tadah hujan.

Untuk lahan sawah, ada 11 varietas padi yaitu varietas Inpari 10, Inpari 13, Inpari 18, Inpari 20, Inpari 38, Inpari 39, Inpari 41 dan Situbagendit. Tiga varietas padi lainnya dengan umur genjah < 105 HSS yaitu Inpari 19, Padjadjaran Agritan dan Cakrabuana Agritan. Untuk padi tadah hujan, ada 9 varietas padi yaitu  padi Inpago 4, Inpago 5, Inpago 6, Inpago 8, Inpago 9, Inpago10, Inpago Lipigo 4 dan Inpago 12. Selain padi, ada 10 varietas jagung toleran terhadap kekeringan yang direkomendasikan untuk ditanam pada musim kemarau.

Varietas jagung hibrida yang direkomendasikan yaitu varietas Bima 3, Bima 7, Bima 8, Bima 14, Bima 19 URI dan Bima 20 URI. Untuk jagung komposit, petani dapat menggunakan varietas Lamuru, Gumarang, Sukmaraga,  dan Bisma.   Varietas kedelai toleran terhadap kekeringan yang dilepas tidak sebanyak padi dan jagung. Ada 5 varietas yang telah dilepas yaitu varietas Dering 1, Dering 2, Dering 3, Detam 3 Prida dan Detam 4 Prida yang toleran terhadap kekeringan.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Dr. Ir. Haris Sahbuddin, DEA menyampaikan bahwa varietas-varietas tanaman pangan tersebut direkomendasikan ditanam pada musim kemarau dan bisa dikembangkan pada lahan kering. Misalnya, kedelai varietas unggul Dering 2 dan Dering 3 yang baru dilepas pada Juni 2019. Kelebihan kedua varietas tersebut adalah berumur genjah dan berbiji lebih besar dari varietas Dering 1. "Keduanya mempunyai potensi hasil mencapai 3 sampai 3,3 ton/ha bila ditanam pada lahan kering," ujar Haris.  SY/HMSL