Pengabdian Dari Gunung ke Gunung

udin abay | Rabu, 27 September 2017 , 12:36:00 WIB

Swadayaonline.com - Lulusan SNAKMA Bogor tahun 1981, Ir. Sugiono, MP memulai karirnya tahun 1982 mulai dari staf honorer di Balai Penyidikan Penyakit Hewan Yogyakarta yang saat ini bernama BBVet Wates, hingga menjadi Kepala Balai di BBPTUHTP Baturraden. Di Gunung Gempal, Wates karir PNSnya dimulai pada tahun 1983 dengan cita-citanya yang ingin memajukan peternakan Indonesia.

Rasa ingin tahu yang kuat dan semangat belajar yang tinggi, setelah diangkat menjadi PNS Sugiono kemudian melanjutkan sekolah di Akademi Peternakan Brahma Putra Yogyakarta dan pada tahun 1987 melanjutkan pendidikannya kembali ke Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan dan lulus tahun tahun 1991, kemudian melanjutkan S2 di Universitas Andalas Padang saat menjabat Kepala Balai BPTU Padang Mengatas.

Selama bertugas di Balai Penyidikan Penyakit Hewan Yogyakarta, Sugiono muda sudah beberapa kali mengikuti training keluar negeri. Salah satunya ke Canada dengan bergabung di CIDA (Canaddian International Development Agency) untuk mengikuti training pemeriksaan hewan secara laboratoris. Setelah menerapkan dan mengimbaskan ilmu yang di dapat selama training pada tahun 1993, Sugiono ditugaskan ke BET Cipelang sebuah UPT baru di bawah Departemen Pertanian di kaki Gunung Salak, Jawa Barat.

BET Cipelang merupakan Balai yang baru berdiri, sehingga membutuhkan tenaga muda yang mempunyai loyalitas tinggi, haus akan ilmu dan mempunyai semangat belajar yang tinggi. Di balai ini ilmu yang sudah didapat selama di Balai Penyidikan Hewan Yogyakarta beliau amalkan dan menularkan keteman- teman di BET Cipelang, di samping terus belajar dan menggali ilmu baru. Baginya“ No Free Lunch” dan semua pekerjaan ada ilmunya, sehingga dimana ada kesempatan menambah ilmu akan beliau ambil.

BET Cipelang mempunyai kerjasama dengan JICA (Japan International Cooperation Agency), sebuah lembaga kerjasama dari Negara Jepang. Di sini, Bapak 4 orang anak ini memperoleh kesempatan mengikuti short training di Jepang selama 3 bulan tentang ET atau Embrio Transfer. Sebuah ilmu baru dan belum banyak yang menguasai. Disamping short training beliau juga memperoleh kesempatan studi banding ke farm besar di Korea, Thailand dan Australia. Kesempatan melihat secara langsung peternakan besar diluar negeri memunculkan banyak ide dan cita–citanya untuk membangun dan mengembangkan peternakan di Indonesia. Karirnyapun berkembang pesat dari staff teknis kemudian menjadi Kepala Bagian Teknis Pemeliharaan Ternak pada tahun 2008 dan menjadi Kepala Bagian Tata Usaha pada tahun 2010 sampai 2012.

Karena potensi yang di milikinya, pada Februari 2012 beliau dipercaya untuk menggawangi BPTU Padang Mengatas, sebuah UPT Kementerian Pertanian di Gunung Sago, Padang sebagai Kepala Balai. Kepandaian dan ketrampilannya di uji di Balai ini. Dengan luas lahan 280 ha, dengan lahan dikuasai Balai saat itu hanya 50-82 ha saja dengan jumlah ternak kurang dari 100 ekor. Sebuah tantangan yang harus segera disikapi dengan cepat dan bijaksana. Kondisi ini menjadi Kawah Candra dimuka ilmu, ketrampilan dan pengalaman.

Dengan mempelajari permasalahan yang terjadi terutama masalah lahan Balai yang dijarah masyarakat sejak tahun 1997, Sugiono menceritakan mengambil langkah cepat melakukan upaya pendekatan ke ketua adat, kepala suku, kepala kampung, Bupati, dan aparat keamanan pada bulan Maret 2012. “Permasalahan lahan ini sebenarnya sudah dicoba diselesaikan oleh pemerintah dengan cara member bantuan ternaksapi kepada penjarah lahan. Dengan total bantuan hampir 9 M, dengan harapan mereka segera menggembalikan lahan yang mereka kuasai, tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Masyarakat yang datang justru semakin banyak. Disamping karena lokasi Padang Mengatas yang strategis, dekat dengan kota bantuan ternak sapi justru menjadi daya tarik tersendiri. Akhirnya meski dengan cara paksa, tetapi tetap mengutamakan pendekatan sosial, sekitar bulan Juli-Agustus dilakukan penggusuran paksa dengan dibantu aparat keamanan. Setelah itu dilakukan pembenahan mulai dari infrastruktur, ternak dan SDMnya,” ujarnya.

Setlah berbenah dan mampu mengembangkan balai menjadi lebih baik, Oktober 2013 Presiden Susilo Bambang Yudoyono berkunjung BPTUHPT Padang Mengatas dan diikuti oleh junjungan Presiden Jokowi pada tahun 2015. Bagi Sugiono, ini merupakan pencapaian prestasi yang luar biasa, 280 ha lahan bisa dimanfaatkan secara maximal dengan populasi ternak mencapai lebih dari 1000 ekor dan konsep peternakan seperti di Australia sehingga orang yang melihat BPTUHPT  Padang Mengatas menyebutnya sebagai “ New Zeland of Indonesia “.

Setelah mengabdi dan menorehkan prestasi di ranah Minang kurang lebih 5 tahun, pada tahun 2016 Ir.Sugiono MP mendapat kepercayaan untuk membangun BBPTUHPT Baturraden di lereng Gunung Slamet. Disini beliau mempunyai misi menjadikan BBPTUHPT Baturraden sebagi Center of Excelent (tempat terbaik) untuk menghasilkan bibit sapi perah dan kambing berkualitas unggul, menghasilkan hijauan pakan ternak dan penataan manajemen terbaik dalam upaya peningkatan pelayanan ke masyarakat. Misi tersebut merupakan bentuk dukungan Ditjen PKH untuk meningkatkan produksi susu dalam negeri dan mengurangi import bahan baku susu dengan menghasilkan bibit sapi perah yang berkualitas tinggi.

Sugiono menjelaskan, kalau berbicara produksi, baik daging ataupun susu, yang harus menjadi perhatian adalah bibit, kesehatan hewan, dan pakan. Setelah ketiga unsur ini tersedia baru bisa melihat efisiensi produksi dan berbicara pasar. “Dengan sistem pasar yang baik, petani dihubungkan dengan konsumen, maka kebutuhan protein hewani masyarakat bisa terpenuhi,” tambahnya. Dalam 1,5 tahun di BBPTUHPT Baturraden kini sudah bisa meningkatkan pencapain balai dengan tingkat kelahiran bibit lebih dari 80% dan tingkat kematian pedet lahir 0%. Sedang untuk hijauan pakan dilakukan program Gendir (gerakan penanaman indigovera) dan odotisasi. Yaitu penanaman indigovera dan rumput odot di lahan-lahan yang masih kosong. Dan hasilnya rumput odot menjadi pemandangan yang menyegarkan mata saat berada di BBPTUHPT Baturraden.

Selain untuk kebutuhan balai, indigovera dan odot ini juga di kembangkan ke masyarakat di wilayah yang menjadi wilayah kerja BBPTUHPT Baturraden dengan membagikan bibit odot dan indigovera secara gratis. Dengan harapan pakan berkualitas dengan ongkos produksi rendah bisa tercapai. Selain itu mulai akhir tahun 2016 digalakan program “bank pakan”. Pengolahan sisa limbah pertanian, yaitu jerami yang difermentasi untuk meningkatkan kualitas kandungan gizinya. Sehingga cita-cita membangun peternakan dengan zero cost bisa dicapai. “Kenapa dipilih jerami? karena jerami adalah limbah terbesar yang diperoleh saat panen dan belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Program bank pakan ini sudah dikembangkan dan berjalan di beberapa wilayah, antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur,” ujar Sugiono.

Sebuah pengabdian dan pencapaian untuk dunia peternakan Indonesia yang luar biasa, dari Gunung Gempal Wates, Gunung Salak Bogor, Gunung Sago Padang dan Gunung Slamet di Baturraden. Prestasi dan ilmunya sudah tertoreh di lereng gunung- gunung ini. Semangatnya untuk selalu belajar, bekerja keras, totalitas dan selalu terbuka dengan hal-hal yang baru tetapi tetap membumi dan menjadi contoh untuk diteladani. SY/IKA