FAO: Keanekaragaman Hayati Berdampak Penting untuk Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

udin abay | Sabtu, 20 Juli 2019 , 08:07:00 WIB

Swadayaonline.com - Indonesia turut berpartisipasi dalam regional consultative biodiversity mainstreaiming across agricultural sectors yang berlangsung sejak 17-20 Juli 2019 di Bangkok, Thailand.

Delegasi Indonesia diwakili oleh Kementerian Pertanian yang diwakili Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) sekaligus sebagai sekretariat komisi nasional sumber daya genetik, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Saat acara dibuka oleh FAO Assistant Director-General and Regional Representative for Asia and the Pacific, Kundhavi Kadiresan, terdapat sejumlah poin yang disampaikan, salah satunya terkait biodiversitas atau keanekaragaman hayati yang mengalami penurunan di beberapa negera.

Menurut Kundhavi, keanekaragaman hayati sangat bermanfaat untuk pangan, energi dan sumber daya genetik, sehingga dapat dijadikan sebagai bagian untuk ketahanan pangan dan peningkatan pendapatan. “Keanekaragaman hayati sangat penting untuk menjaga keamanan pangan di kawasan ini. mendukung hidup sehat dan bergizi, meningkatkan mata pencaharian pedesaan, dan meningkatkan ketahanan pangan,” ujar Kundhavi dalam sambutannya.

“Sistem pertanian dan pangan di Asia dan Pasifik harus dikembangkan untuk membantu melestarikan dan memanfaatkan sumber daya alam berkelanjutan. Ini penting untuk memastikan ketahanan pangan dan nutrisi generasi sekarang dan yang akan datang,” tambahnya.

Selain Indonesia, kegiatan ini juga dihadiri perwakilan dari negara-negara Asia Pasifik, baik pemerintah, perguruan tinggi, swasta, asosiasi petani, dan perwakilan FAO negara Asia Pasifik. Untuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan diwakili oleh Dr. Efransjah selaku Penasehat Senior Menteri LHK dan Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati. Sementara Kementerian Kelautan dan Perikanan diwakili oleh Pusat Riset Perikanan.

Pada hari pertama, agenda high level segmentdihadiri Menteri Sumber Daya Alam dan Konservasi Lingkungan Myanmar, Sekretaris Menteri Pertanian dan Kehutanan Buthan, Sekretaris Menteri Lingkungan Kamboja, dan Duta Besar tetap FAO dari Iran. Mereka menyampaikan pengalaman dan strategi dari masing-masing negara, terutama terkait pentingnya agobiodiversitas (AB) dan upaya konservasi untuk meminimalkan erosi genetik.

Agenda lain dalam acara ini adalah grup diskusi untuk pengembangan keanekaragaman hayati pada sektor pertanian, dimana salah satu peneliti Balitbangtan, Dr Eny Ida Riyanti menjadi salah satu chair dalam grup yang membahas keanekaragaman hayati dalam sektor tanaman dan ternak. SY/HMSL