Pengungkit Utama Produksi Kelapa Sawit adalah SDM yang Hebat Handal Berkualitas dan Berdaya Saing

udin abay | Senin, 12 Agustus 2019 , 19:16:00 WIB

Swadayaonline.com - Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar dunia, mengalahkan negara lain. "Walaupun sawit kita di boikot negara Eropa, tapi produksinya masih tetap nomer satu. Hal tersebut karena kita mempunyai keunggulan komperatif yaitu sebagai negara beriklim tropis. Artinya kita sangat efisien untuk mengembangan sawit, seperti halnya negara sub tropis yang mengembangkan gandum" ujar Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi saat membuka acara Konsensus Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (SKKNI) bidang perkebunan kelapa sawit berkelanjutan di Grand Zuri BSD City. (12/8/2019).

Namun Dedi Nusyamsi mengatakan bahwa luas sawit Indonesia berimbang antara perkebunan rakyat dan swasta, namun produkatifitasnya masih rendah dibanding Malaysia yang mencapai 10 ton/ha. Padahal menurutnya, Malaysia dahulunya belajar sawit di Indonesia. Perkembangan tersebut karena pelaku usaha agribisnis Malaysia dari hulu sampai hilir lebih pintar. "Pengungkit utama produksi sawit adalah sdm, dan ini berlaku untuk semua komoditas. Untuk tetap mempertahankan sebagai produsen sawit terbesar didunia, kita harus genjot sdm nya agar bisa menghasilkan produksi 10 ton/ha. Jangan hanya mengandalkan dari keunggulan geografis saja", tambahnya.

"Kalau hanya mengandalkan itu, kita akan disalip negara lain yang sdm nya dalam mengelola sawit dari hulu sampai hilir lebih hebat dari kita. Maka kita harus "menelor"kan para praktisi sawit yang handal, kompeten, profesional, berdaya saing tinggi. Karena kalau tidak, kita akan disalip negara lain. Kita juga akan terua mensuport himbaua Presiden untuk mengembangkan sdm. Karena pengungkit produktifitas bukan dari inovasi teknologi, tapi sdm. Kalau sdm nya handal, maka infrastruktur akan dibangun dan inovasi yang belum ada, akan tercipta oleh palaku usaha atau sdm yang handal tersebut", tegas Dedi Nusyamsi.

Dedi Nusyamsi mengungkapkan, perlu dibangun sdm yang melek teknologi sehingga nantinya mampu menguasai petani memproses lahanya, mengupgride dan mempunyai kemampuan jalur bisnis dan distribusi. Untuk membangun manusia yang kompeten memerlukan alat, yaitu sertifikasi yang didapat hasil dari pendidikan, pelatihan, magang dan lainnya. Perlu kurikulum kerangka kualifikasi nasional yang memerlukan kesepakatan konsesnsus dari ilmuan kelapa sawit. Sehingga kurikulum yang ada bisa mendorong sdm yang mempu mendorong, mengolah tanaman kelapa sawit sampai mengekspor.

Penyusunan KKNI merupakan jembatan dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI), karena DUDI membutuhkan sdm yang handal dari segala aspek. "Saya berharap, konsensusnya segera dirilis, sehingga secara hukum bisa diproses dan secara substansi KKNI menjadi kurikulum lembaga pendidikan, pelatihan, sehingga tercipta sdm yang handal, profesional, enterpreneurship bisa tercipta. Itu merupakan kunci menjadi negara produsen sawit terbesar di dunia", ujar Dedi Nursyamsi.

Direktur Bina Standarisasi Kompetensi dan Pelatihan Kerja, Kemenakertrans, Sukiyo menghimbau kepada seluruh sektor untuk membangun kerangka kualifikasi. Karena saat ini sedang dibentuk Komite Nasional Kualifikasi Indonesia (KNKI). "KNKI ini dalam rangka menjamin kualitas sdm, baik yang disiapkan melalui pelatihan dan pendidikan kemudian disertifikasi sehingga ada jaminannya. Sedangkan dari sisi ketenagakerjaan, dengan semakin banyaknya yang mempunyai kualifikasi, tentunya posisi tawar kita semakin kuat. Karena selama ini kita tidak punya bargaining, dan permintaan beberapa sektor menunjukkan permintaan kualifikasi, itu yang belum kita tunjukan kedunia luar. Dari situlah kita akan meningkatkan daya saing sdm, terutama untuk peningkatan produktivitas tenaga kita sendiri", ujarnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Pelatihan Pertanian BPPSDMP Kementan, Bustanul Arifin Caya mrngatakan saat ini sudah terbangun kondisi yang kondusif antara DUDI dan Kementan dalam menyusun KKNI. Karena dengan KKNI akan menghasilkan sdm bidang kelapa sawit yang berkelanjutan. "Keunggulan posisi kita tropis, harus diimbangi dengan peningkatan sdm yang unggul melalui KKNI. Dengan KKNI nantinya akan menghasilkan kurikulum dan modul pendidikan dan pelatihan untuk menghasilkan sdm berkualitas yang kemudian disertifikatkan menjadi sebuah pengakuan", ujarnya. SY/CHA