Balibangtan Lakukan Terobosan Solusi Pembangunan Pangan dan Pertanian Melalui Nano Teknologi

udin abay | Selasa, 13 Agustus 2019 , 14:46:00 WIB

Swadayaonline.com - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian menyelenggarakan Workshop on Recent Advances and Future Perspective in Nanotechnology for Food And Agriculture yang dihadiri sekitar 100 orang peserta yang terdiri dari perwakilan Balitbangtan, Direktorat Jenderal teknis lingkup Kementan, perguruan tinggi, Lembaga Penelitian Non Kementerian, Industri, dan organisasi profesi. "Workshop ini diselenggarakan dalam rangka peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (HAKTEKNAS) yang ditetapkan setiap tanggal 10 Agustus sesuai Keputusan Presiden RI Nomor 17 Tahun 1995, sekaligus menyambut HUT Kemerdekaan ke-74 RI serta 45 tahun Balitbangtan", ujar Kepala Badan Litbang Pertanian dalam sambutannya yang dibacakan Skretaris Balitbangtan, Dr. Prama Yufdi saat membuka acara workshop.

Dr. Prama Yufdi menyampaikan bahwa Balitbangtan sangat mendukung pengembangan nanoteknologi untuk pangan dan pertanian. Oleh karena itu, nanoteknologi akan diangkat menjadi salah satu flagship riset Balitbangtan. Dirinya menyampaikan bahwa Kepala Balitbangtan mengarahkan agar semua kegiatan nanoteknologi Balitbangtan akan dilakukan secara terintegrasi dan sinergi antar unit kerja, dimana BB Pascapanen menjadi koordinatornya. Dengan demikian, maka diharapkan hasil penelitian tersebut akan mendukung program Balitbangtan maupun Kementan, tidak lagi penelitian kecil kecil yang hanya menjadi output UPT/UK.

Pada tahun 2014, Badan Litbang Pertanian telah membangun laboratorium nanoteknologi untuk pangan dan pertanian. Sejak kurun waktu tersebut Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan sejumlah produk nanoteknologi yang diterapkan pada aspek hulu-hilir pertanian dan pangan. 

Di sektor hulu pertanian, salah satu produk nano yang saat ini menjadi unggulan Badan Litbang Pertanian yaitu nanobiosilika cair, nanobiopestisida cair, nanobiopestisida serbuk. Produk lainnya seperti nanozeolit dan nanocoating yang dapat diterapkan untuk meningkatkan umur simpan buah, seperti pada pisang, mangga, manggis, dan salak, hingga lebih dari tiga minggu. Teknologi ini dapat dimplementasikan pada buah-buahan untuk tujuan ekspor.Di bidang peternakan, menghasilkan produk nano pakan (Nano-Zn-Fitogenik) sebagai pemacu pertumbuhan dan imunostimulan pada ternak ayam pedaging. Kemudian, produk nanohormon (prostaglandin) untuk penyerentakan birahi pada sapi mendukung program swasembada daging Sapi Indukan Wajib Bunting (SIWAB). 

Di bidang pangan, untuk mendukung pembangunan pangan dan pertanian berkelanjutan, Badan Litbang Pertanian juga telah mengembangkan produk kemasan ramah lingkungan berbasis nanoselulosa dari limbah biomassa pertanian. Badan Litbang Pertanian juga melakukan riset dan pengembangan produk nano-vitamin dan mineral, yang sangat potensial diterapkan pada proses fortifikasi pangan, diantaranya untuk menurunkan prevalensi stunting.

Sementara itu Kepala BB Pascapanen, Dr. Prayudi Syamsuri, SP, MSi mengatakan, salah satu teknologi masa depan yang dianggap mampu menjawab berbagai permasalahan dan tantangan di bidang pembangunan pertanian yaitu nanoteknologi. Nano teknologi atau teknologi nano merupakan teknologi yang menggarap/merekayasa produk dengan bahan baku partikel berukuran 1/1.000.000 mm. Teknologi nano mampu mengontrol zat, material dan sistem pada skala nano sehingga menghasilkan fungsi baru yang belum pernah ada. Teknologi nano ini semakin berkembang di berbagai bidang keilmuan, semisal di dunia komputer, dunia obat-obatan/kedokteran, konstruksi (nano baja), dan tentunya tidak ketinggalan pemanfaatannya di bidang pertanian. 

"Pengembangan nanoteknologi di Kementan tidak hanya diperuntukkan untuk peneliti di BB Pascapanen semata. Kami sangat mengharapkan adanya sinergitas dengan berbagai Lembaga penelitian dalam dan luar negeri, termasuk dengan unit kerja di litbang Pertanian. Pemanfaatan peralatan lab yang ada, masih bisa dioptimalkan melalui kerjasama penelitian, karena biaya penelitian kami sendiri masih terbatas. Selanjutnya, kami juga siap bekerjasama dengan pihak industri agar inovasi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat", ujar Prayudi. SY