Memetik Hasil Teknologi Panca Kelola, Panen Padi di Sidomulyo Terus Berjaya

udin abay | Rabu, 21 Agustus 2019 , 19:56:00 WIB

Swadayaonline.com - Desa Sidomulyo, Kecamatan Tamban Catur, Kabupaten Kapuas, Propinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu desa yang menjadi binaan Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) sejak 3 tahun terakhir. Bukanlah hal yang mudah untuk membuat petani mau dan mampu untuk bertanam padi unggul. Melalui proses yang panjang dengan mencoba meyakinkan petani bahwa lahan rawa pasang surut mampu ditanami padi setahun 2 kali (IP 200) tentunya dengan kesabaran dan keuletan dari para petani sendiri. Hal ini disampaikan oleh Kepala Balittra Ir. Hendri Sosiawan CESA saat membuka acara “Sosialisasi Teknologi Panca Kelola Untuk Meningkatkan Produktivitas Padi di Lahan Rawa Pasang Surut” pada Selasa, 20 Agustus 2019. Beliau menyampaikan bahwa tidak semena mena mengharuskan petani untuk bertanam unggul semuanya. Ada juga petani yang tetap menanam padi lokal namun diintroduksi menggunakan teknologi tanam unggul dengan harapan produktivitas akan jauh lebih meningkat. Acara yang diawali dengan panen simbolis dengan turut serta Kapolsek Tamban Catur, Camat Tamban Catur, Kepala BPTP Kalimantan Tengah, Ketua BPK Tamban Catur, Babinsa Tamban Catur, dan Kepala Balittra ini pun disambut meriah oleh petani dari Desa Sidomulyo dan Desa Sidorejo. Selain itu juga terlihat seluruh Kepala Desa lingkup Kecamatan Tamban Catur hadir. 

Padi varietas unggul dari Balitbangtan “Argo Pawon” ini memiliki tampilan yang lumayan bagus dengan hasil panennya adalah 6,1 Ton/Ha GKP. Sudarmanto selaku Ketua Kelompok Tani Sidomakmur 2 menyampaikan terimakasih atas bimbingan dan bantuan dari Balittra hingga saat ini mereka bisa menikmati hasil panen padi unggul setahun 2 kali. “Dahulu biasanya setahun hanya sekali saja bisa panen, sekarang sudah bisa menikmati hasil 2 kali panen ya kami sangat bahagia dan bersyukur”, begitu Petani Milenial ini berucap. Selain itu ada Pak Toha. Beliaulah petani yang beberapa tahun ini mencoba bertanam lokal namun dengan sentuhan teknologi tanam unggul. Siam karangdukuh adalah varietas lokal yang ditanam beliau. Dengan cara seperti menyemai benih unggul, namun saat umur 12 hari dicabut dan tanam dipindahkan. Jadwal tanam pindah disesuaikan dengan jawdal tanam varietas lokal yang menggunakan metode tanam lokal konvensional, dimana hasil lacakan mulai dipindahkan. Dan waktu panen akan bersamaan antara konvensional dan teknologi tanam unggul. Namun dalam hal ini varietas lokal yang ditanam menggunakan teknologi tanam unggul lebih menghemat waktu tanam sekitar 1-2 bulan. Hasil yang diperoleh 4,6 Ton/Ha GKP dan bisa dilaksanakan 2 kali dalam setahun. 

Menurut Dr. Susilawati, SP, M.Si peneliti BPTP Kalimantan Tengah menambahkan dalam dialog mengenai pentingnya mengenali lingkungan pertanaman, gejala kerusakan dan berbagai faktor lainnya baik yang disebabkan oleh faktor biotik maupun abiotik. Varietas padi lokal berbeda karakter, tidak semua varietas lokal bisa ditanam dengan teknologi unggul karena ada beberapa varietas lokal yang akar nya baru tumbuh saat usia tanam lebih dari 2 bulan, sehingga patut dicermati kembali pemilihan varietas lokal yang akan ditanam dengan menggunakan teknologi unggul agar lebih efisien. Pada akhir diskusi kembali lagi pimpinan Balittra mengingatkan bahwa kunci utama keberhasilan pertanaman di lahan rawa adalah pengelolaan air. Namun selain itu masih ada pengolahan lahan, pemilihan varietas unggul, kebutuhan pupuk dan bahan pembenah tanah, serta penanggulangan hama penyakit tanaman. Jayalah terus RAWA. Jayalah terus pertanian Indonesia. SY/HMSL