UPSUS Diversifikasi Untuk Meningkatkan Konsumsi Pangan Lokal

udin abay | Selasa, 24 Oktober 2017 , 19:39:00 WIB

Swadayaonline.com - Jumlah penduduk Indonesia cukup besar, untuk itu perlu diupayakan tetap hidup sehat dan mampu beraktivitas dengan baik agar memberikan keuntungan bagi pembangunan nasional. Penyediaan pangan sehat bergizi dan berimbang menjadi sebuah tantangan pembangunan pertanian, khususnya sektor penghasil bahan pangan terutama pangan lokal selain beras.

Dalam pemaparannya, Kepala Balitbangtan, Muhammad Syakir yang diwakilkan Hasil Sembiring mengatakan bahwa beras sebagai bahan pokok masyarakat, telah dan selalu menjadi target pembangunan pertanian seperti halnya Upaya Khusus (UPSUS) yang merupakan program terkini untuk meningkatkan produksi padi nasional. Namun produksi beras ke depan menghadapi banyak tantangan seperti adanya alih fungsi lahan, perubahan iklim global. Sementara perhatian yang kuat pada beras, melupakan kita pada potensi pangan lain yang berasal dari bahan pangan lokal.

“Pemanfaatan pangan lokal secara masif mampu memberikan  kontribusi positif untuk memperkuat kedaulatan pangan nasional,” ujar Hasil Sembiring pada acara Talkshow Diversifikasi Pangan “Mengangkat Pangan Lokal Untuk Percepatan Diversifikasi Pangan Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional” di Kantor Pusat Balitbangtan, Jakarta. (24/10/2017)

Anggota DPR RI, Herman Khaeron pada acara tersebut mengatakan bahwa diversifikasi untuk membentuk karakter dan kebiasaan masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang lebih sehat bergizi bermanfaat bahkan memberikan akses positif terhadap tubuh. “Komoditas pangan lokal sudah tersedia diseluruh Indonesia. Kalau ini diangkat konversi terhadap beras, maka jika dihitung untuk penghematan sekali saja tidak makan nasi yang biasanya tiga kali sehari, bisa menghemat 10 juta ton beras/th. Dan itu artinya, kalau kita surpus 10 juta ton, ditambah diversifikasi 10 ton, maka kita punya surplus 20 juta ton,” ujarnya.

Herman Khaeron menambahkan, bahwa diversifikasi pangan bisa menjadi gerakan ekonomi baru sumber kesejahteran dan pendapatan masyarakat. Menurutnya, sekarang ini kegiatan dan program diversifikasi pangan masih berjalan secara sporadis. Dirinya sangat berterimakasih kepada Menteri Pertanian yang telah mencanangkan kembali gerakan diversifikasi pangan pada saat acara Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-37 di Kalimantan Barat.

“Diversifikasi pangan sebagai strategi yang bisa dimanfaatkan untuk menuju kemanidiran dan kedaulatan pangan. Diversifikasi tidak hanya untuk pertanian, tetapi juga bisa pada perikanan. Agar pangan lokal hasil diversifikasi tidak mahal, maka perlu inovasi teknologi pascapanen yang mampu menurunkan biaya produksi. Di Litbang sudah banyak, di BPTP banyak teknologi skala industri dan home industri. Kita butuh teknologi tersebut,” tegas Herman Khaeron.

Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, Agung Hendriadi mengatakan program diversifikasi pangan merupakan salahsatu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras, karbohidrat dan terigu, selain juga untuk memberi makanan yang berimbang, bergizi dan aman kepada masyarakat. “Selama ini kita hanya kampanye dan gerakan saja, tidak ada yang berkelanjutan. Maka mulai tahun 2018 kita akan memulai program diversifikasi,” tegasnya.

Menurutnya ada 16 Provinsi yang dijadikan target pengembangan pangan lokal, terutama Provinsi yang sudah mempunyai pangan lokal dan sudah dikenal masyarakat seperti sagu, ganyong, gembili, garut. “Diversifikasi akan dimulai dari pengolahan. Kita bentuk olahan dahulu, masalah rasa, dan masalah harga. Bila itu sudah diterima masyarakat, maka tinggal pengembangan produknya. Agar harga pangan lokal lebih terjangkau, maka inovasi teknologi harus dihadirkan guna menekan biaya produsksinya,” ujar Agung.

Menurut Agung, ada 10,4 ribu hektar lahan pekarangan melalui KRPL yang bisa dikembangkan untuk pangan lokal. Produk pangan olahan juga harus dikembangkan dan ditingkatkan dalam skala industri, sehingga hasilnyanya akan terlihat lebih menarik dan bagus baik dari segi olahan maupun pengemasannya. “Kedepan kita akn buat UPSUS diversifikasi agar program pengembangan pangan lokal bisa lebih direalisasikan,” tambahnya.

Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bidang Agroindustri dan Bioteknologi, Eniya Listiani Dewi mengatakan bahwa transfer inovasi teknologi terutama untuk pascapanen, sangat penting untuk diterapkan agar usaha diversifikasi pangan olahan bisa berkembang. Dengan teknologi yang baik, maka produksi pangan lokal akan bisa memenuhi kebutuhan daerahnya. “Makanan olahan siap saji, menjadi sangat penting di era sekarang ini. Konsumsi hewan ternak sebagai alternatif diversifikasi pangan juga perlu ditingkatkan. Karena konsumsi hewan protein kita masih banyak pada ikan, sedangkan untuk ternak ruminansia masih kecil,” ujarnya. SY