Teknologi Dongkrak Panen Padi Saat Kemarau di Batas Timur Negeri

udin abay | Selasa, 10 September 2019 , 15:32:00 WIB

Swadayaonline.com -"Berada di ujung timur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Merauke secara administratif berbatasan langsung dengan negara Papua New Guinea (PNG). Wilayah perbatasan (WP) ini mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis.

Percepatan pembangunan di wilayah perbatasan Papua ini harus dilakukan secara komprehensif, mencakup aspek teknis, teknologi, sosial-budaya, dan ekonomi. Upaya tersebut dilakukan BPTP Papua sebagai UPT Balitbangtan Kementan di daerah dengan melakukan pendampingan VUB ini dalam kegiatan model pengembangan inovasi teknologi pertanian bioindustri di WP. Keberadaan Merauke yang berbatasan langsung dengan negara PNG pun membuat daerah ini berpotensi untuk melakukan ekspor komoditas pangan. Dukungan lahan irigasi dan bantuan alsintan yang melimpah oleh pemerintah merupakan dukungan nyata mendukung program terkait.
Komponen teknologi yang diintroduksi adalah dengan memperkenalkan VUB Lahan Irigasi (Inpari 32, 34, 35, 36, 37, 43) melalui sistem tanam Jajar legowo 2:1. Pemupukan berimbang berdasarkan rekomendasi Uji sederhana PUTS (perangkat uji tanah sawah) serta pengendalian hama dan penyakit terpadu.

Acara panen bersama ini digelar di Kampung Kamangi Distrik Tanah Miring dan dihadiri oleh kepala BPTP Papua, LO UPSUS Papua dari Ditjen TP, Sekdis TPH dan Perkebunan Merauke, Babinsa, Ketua Gapoktan bersama petani distrik Tanah Miring serta staf BPTP Balitbangtan Papua. 

Dihadapan undangan yang hadir pada panen bersama, PJ. kegiatan Dr. Siska Tirajoh melaporkan hasil ubinan dalam demarea 10 ha. Hasil panen sebelumnya dalam kegiatan pendampingan di musim tanam pertama (MT-1) disaat masih terdapat air (akhir musim rendeng/hujan) mempunyai produktifitas lebih tinggi dibandingkan di MT-2. Dari 6 VUB yang diintroduksi saat itu, Inpari 37 Lanrang memperoleh hasil ubinan tertinggi dengan 7 ton per hektar. Beberapa varietas lain memperoleh hasil ubinan diantaranya Inpari 32 5,2 t/ha, Inpari 34 3 t/ha, Inpari 35 3,2 t/ha, Inpari 36 6,8 t/ha dan Inpari 43 5 t/ha.

Andrias Massang (Yan), petani OAP pada kelota Niminam ini turut menyampaikan berbagai masalah yang dihadapi petani. Niminam yang terdiri dari 3 suku OAP (Mappi, Muyu, Marin), Yan dengan petani trans menitikberatkan permasalahan pertanian di Tanah Miring terkait sulitnya air di musim gaduh, spare part alsintan dan jalan usaha pertanian. 

LO UPSUS Papua, Memed Jamhari, S,ST kasie. Program BBPOPT Ditjen TP yang turut hadir dalam acara memompa semangat petani agar dapat mengelola sawahnya. Bantuan pompanisasi dengan tantangan menanam di bulan september  seluas >100 ha ditawarkan kepada petani. Pengelolaan UPJA disarankan Pj. UPSUS, Dr. Thamrin agar lebih maksimal. Memed pun menambahkan dalam merawat alsintan harus dijadikan "istri ke-2". 

Semangat petani OAP di Kampung Kamangi secara khusus diapresiasi Thamrin dan rombongan serta Dinas TPHBun Merauke. Diketahui sebelumnya, petani Niminam hanya menanam 1x dalam 1 tahun, namun bersama BPTP Papua, Yan dan kelota Niminam dan  beberapa daerah sekitar sukses menggelar panen MT-2 dengan hasil yang cukup baik. 

Setelah panen, kegiatan dilanjutkan dengan Bimtek. Kali ini bimtek LPWP dilaksanakan di IP2TP Merauke. Mengangkat pembahasan terkait VUB Pajale dan Ayam KUB, Bimtek kali ini bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan gizi keluarga dan ketahanan pangan di wilayah perbatasan. Peserta bimtek yang terdiri dari pace-mace, mama-mama Papua, bapak ibu petani dan milenial di sekitar IP2TP Merauke sangat antusias mengikuti bimtek ini. Dr. Siska Tirajoh bersama Kepala IP2TP Merauke, Frans Palobo, M.Si menjadi narasumber dalam bimtek ini.

Acara bimtek kemudian ditutup dengan panen bersama kacang hijau Vima 1, Vima 3 dan Vima 4 VUB produksi Balitkabi Balitbangtan. SY/HMSL