RKG: Harapan Petani Kedelai Lokal

udin abay | Sabtu, 18 November 2017 , 20:12:00 WIB

Swadayaonline.com - Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang menjadi prioritas swasembada oleh Kementerian Pertanian. Hal ini dikarenakan kedelai menjadi sumber bahan baku utama produksi tempe maupun tahu yang menjadi jenis makanan favorit bagi masyarakat Indonesia.

Kenyataan di lapangan, usaha pemenuhan produksi kedelai lokal mengalami banyak kendala baik dari sektor hulu hingga hilir termasuk persaingan dengan kedelai impor. Seperti kita ketahui, masuknya kedelai impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri mulai mengkhawatirkan mengingat dampak negatifnya bagi petani kedelai lokal maupun konsumen produk olahan kedelai.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, Edhie Sudaryanto menyatakan keputusasaan dari para petani kedelai lokal yang produknya tidak bisa bersaing dengan kedelai impor terutama dalam segi harga serta pemasaran melatarbelakangi Dinas Pertanian Kabupaten mendirikan Rumah Kedelai Grobogan (RKG) di Desa Krangganharjo, Kecamatan Toroh.

Kabupaten Grobogan selama ini sudah dikenal sebagai salah satu daerah penyangga pangan di Jawa Tengah maupun nasional. Hal ini tidak lepas dari tingginya hasil produksi beberapa komoditas termasuk di dalamnya yaitu kedelai lokal (varietas grobogan) dengan produksi mencapai 3,4 ton/ ha.

RKG bukan hanya sekedar sebagai tempat penampungan hasil panen kedelai lokal saja melainkan sebagai sarana pembelajaran sektor pertanian kedelai mulai dari penyediaan benih, persiapan lahan, penanaman, perawatan, pananganan hasil panen, pengolahan aneka produk makanan/minuman dari bahan kedelai, dan pemasarannya. Yaitu tempat yang mampu memfasilitasi model agribisnis berbasis lokal dari hulu hingga ke hilir serta sebagai pusat pengembangan kedelai lokal di Indonesia, khususnya di Kabupaten Grobogan.

RKG yang memiliki visi “Membangun Agribisnis Kedelai yang Bermartabat diresmikan pada bulan Maret 2017 oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan didampingi oleh Bupati Grobogan, Sri Sumarni, bersamaan dengan kegiatan Agro Ekspo, Pekan Daerah Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Tengah, dan Jambore Penyuluh Pertanian se-Jawa Tengah yang memiliki beberapa unit kegiatan yaitu Rumah Tempe dan Tahu Hygiene yang proses pembuatannya dilakukan secara higienis dan menggunakan bahan baku kedelai lokal, Learning center, Seed Center (Varietas Grobogan dan Anjasmoro), Promotion Center (Produk petani, pengrajin, UMKM) dan Soybean Resto and Garden yang menyajikan berbagai macam menu spesial berbahan dasar kedelai lokal, serta Kebun Percobaan.

RKG sendiri sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2015 dengan Rumah Tempe Hygiene sebagai unit pertamanya. Kepala Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Djajadi Gunawan saat kunjungannya ke RKG yang didampingi oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, Edhie Sudaryanto menyampaikan bahwa RKG ini merupakan suatu terobosan yang sangat luar biasa dalam mengatasi permasalahan pemasaran kedelai lokal dan ke depannya semoga semakin banyak daerah lain yang bisa mereplikasi apa yang telah dilakukan.

"BBPP Ketindan sebagai unit pelaksana teknis di bidang pelatihan diharapkan dapat terus bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan dalam rangka mengembangkan Learning Center yang ada di RKG sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi pelaku utama (petani) dan pelaku agribisninis kedelai lokal mulai dari proses budidaya, pascapanen, hingga teknologi pengolahan hasil, serta menciptakan inovasi dan kreasi olahan untuk meningkatkan nilai tambah kedelai lokal sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani dan produknya dapat bersaing di pasaran," ujar Djajadi.

"Keberadaan mendapat respon positif dari berbagai pihak baik dari masyarakat umum serta instansi pemerintahan baik daerah maupun pusat. Kondisi ini sangat membanggakan mengingat keberadaannya membawa manfaat bagi semua pihak khususnya bagi mereka yang ingin belajar mengenai pertanian kedelai dari hulu hingga hilir," tambahnya.

Edhie Sudaryanto mengatakan dengan adanya RKG diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk hidup lebih sehat dengan memilih produk olahan yang berasal dari kedelai lokal. Selain juga dapat menjadi role model bagi daerah lainnya sehingga rumah kedelai lainnya dapat berdiri di seluruh wilayah Indonesia dan yang terakhir pemerintah mampu memperbaiki sistem perbenihan kedelai secara nasional sebagai langkah utama dalam pencapaian peningkatan produksi kedelai menuju swasembada pada tahun 2018. SY/YNI