BBPP Ketindan Lakukan Percepatan Pengembangan Burung Hantu

udin abay | Kamis, 23 November 2017 , 17:17:00 WIB

Swadayaonline.com - Burung hantu merupakan predator tikus sawah yang ramah lingkungan dan efektif, hal ini telah terbukti di Desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Menurut keterangan Sutedjo selaku Kepala Desa Tlogoweru, tahun 2010 di desanya banyak terjadi kegagalan panen akibat serangan tikus.

Dibantu rekannya Pudjo pada tahun 2011, Sutedjo mulai mengembangkan predator tikus (burung hantu) yang akhirnya menuai hasil menggembirakan pada tahun 2015, dimana hama tikus telah teratasi secara alami oleh populasi burung hantu yang dikembangkan.

Dari succes story yang terjadi di Tlogoweru, Kepala Balai BBPP Ketindan, Djayadi Gunawan selaku koordinator Upaya Khusus Padi, Jagung dan Kedelai (UPSUS PAJALE) di Propinsi Bali melakukan percepatan dengan melakukan koordinasi untuk mengaktifkan peran masing-masing instansi pertanian di Propinsi Bali.

"Diharapkan seluruh instansi pertanian tingkat kecamatan sampai tingkat propinsi termasuk aparat TNI dari KORAMIL, KODIM dan KOREM dapat mendukung percepatan tersebut dan akan menjadikan pengembangan tyto alba sebagai salah satu topik dalam rapat koordinasi UPSUS di Bali," unar Djayadi.

Tanggapan awal yang positif telah disampaikan oleh Koordinator fungsional Kabupaten Tabanan, bahwa untuk mendukung langkah tersebut maka akan dikeluarkan peraturan setingkat Kepala Dinas Pertanian kepada seluruh BP3K atau peraturan Bupati kepada seluruh kepala desa dalam rangka mendukung pengembangan Tyto Alba ini.

Tidak hanya bergerak dalam dukungan ranah kebijakan, BBPP Ketindan juga menyelenggarakan Bimbingan Teknis Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang diselenggarakan di Hotel Cakra, Bali.

Acara Bimtek difasilitatori BBPP Ketindan, Dinas Pertanian Propinsi Bali, Balai Pangkajian Teknologi (BPTP) Propinsi Bali, Dinas pertanian Kabupaten Tabanan dan praktisi burung hantu yang didatangkan langsung dari Kabupaten Demak Jawa Tengah yaitu Sutedjo dan Pudjo. Peserta berasal dari seluruh Kabupaten di Propinsi Bali dari unsur Penyuluh Pertanian dan Petani binaanya, diharapkan rencana implementasi pada akhir sesi dapat lebih aplikatif di lapangan.

Monitoring, evaluasi dan supervisi secara periodik akan terus dilakukan BBPP Ketindan dalam upaya pengembangan tyto alba ini, karena sangat selaras dengan pencanangan Gubernur Bali tentang “Bali Organik”. Keberhasilan pengembangan tyto Alba di Bali secara otomatis akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari sektor pariwisata seperti “Tlogoweru” yang telah menjadi “Desa Wisata”. SY/YNI