Petani Tuban Menikmati Panen Benih Jagung Hibrida Saat Kemarau Berkepanjangan

udin abay | Jum'at, 08 November 2019 , 09:21:00 WIB

Swadayaonline.com - Pilot Project Pengembangan Kawasan Jagung Perbenihan Berbasis Korporasi Petani telah menunjukkan hasil nyata di Tuban. Meskipun kemarau berkepanjangan, petani di Kecamatan Jatirogo malah menikmati hasil panen benih jagung hibrida varietas Nakula Sadewa 29, hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian). Produktivitas hasil panen benih petani berkisar antara 4 – 6 ton tongkol per hektar. Dengan harga Rp6000 per kg tongkol panen, petani mendapatkan uang sebesar 24 – 36 juta rupiah per hektar. “Ini luar biasa karena saat petani lainnya tidak mendapatakan hasil panen pada musim kemarau yang cukup ekstrim ini, malah petani Tuban bisa tersenyum karena memperoleh pendapatan yang meningkat dengan memanen benih yang hasilnya pun cukup tinggi”, ungkap Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA., Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) dalam sambutannya mewakili Kepala Badan Litbang  Pertanian pada saat acara panen raya benih jagung hibrida pada tanggal 7 November 2019 di Desa Kebon, Tuban. 

Lebih lanjut Haris Syahbuddin menyampaikan bahwa Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) telah menghasilkan berbagai inovasi komoditas jagung dan siap mendukung pengembangan jagung di Tuban yang direncanakan dengan luasan 400 ha pada tahun anggaran 2019. Balitsereal memiliki mandat nasional dan merupakan salah satu lembaga Pusat Unggulan Inovasi (PUI) yang telah mendapatkan akreditasi dari Komite Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP) sehingga hasil-hasil risetnya mampu berkompetisi baik di level nasional, maupun Internasional. 

“Selain itu, disini juga ada BPTP Jatim yang siap memberikan pengawalan teknologi, sebagaimana pengawalan dan pendampingan teknologi yang telah dilakukan oleh Balitsereal selama kegiatan proses produksi benih tahap pertama seluas 89 ha yang sedang kita panen pada saat ini”, urai Haris. Haris menegaskan kembali arahan Menteri Pertanian Republik Indonesia, Dr. Syahrul Yasin Limpo bahwa pengembangan pertanian harus digerakkan semua pihak, termasuk Pemerintah Provinsi dan Kabupaten, Tokoh Masyarakat, Peneliti, Penyuluh dan Petani yang harus bersatu padu sehingga kita mampu mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Pada kesempatan yang sama, Dr. Muhammad Takdir Mulyadi yang mewakili Dirjen Tanaman Pangan mengemukakan pilot proyek kegiatan perbenihan jagung hibrida berbasis korporasi dilakukan pada 7 provinasi yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Lampung dan Nusa Tenggara Barat. Khusus untuk Provinsi Jawa Timur, kegiatan ini dipusatkan di Kabupaten Tuban dengan harapan benih yang dihasilkan mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan benih jagung hibrida di Jawa Timur dan Nasional, bahkan dapat diekspor hingga keluar negeri. Pengembangan benih jagung hibrida pada kegiatan korporasi ini menggunakan varietas hasil rakitan anak bangsa sehingga diharapkan mampu meningkatkan investasi dan penyerapan tenaga kerja yang berujung pada peningkatan devisa negara dan kesejahteraan rakyat. Untuk mendukung suksesnya kegiatan ini, Kementan juga mengupayakan dukungan sarana dan prasarana pengairan serta penaganan pasca panen benih. Berbagai kebijakan dan program kerja yang dikembangkan ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah petani dan menyejahterakan petani.

Terpilih kabupaten Tuban sebagai pilot project pengembangan kawasan jagung perbenihan berbasis korporasi petani, disambut gembira oleh Bupati Tuban, H. Fathul Huda karena selaras dengan keinginan beliau pada saat awal menjadi bupati dan sesuai dengan program pengembangan pertanian Kabupaten Tuban sebagai pelaksanaan ketahanan pangan daerah yang merupakan wujud penerapan ketahanan nasional. Diawal sambutannya, bupati mengemukakan bahwa beliau sudah mengenal Balitsereal karena 7 tahun yang lalu sudah pernah berguru di sana dan salah satu teknologi yang diterapkan petani di Tuban saat ini adalah penanaman jagung 7 – 10 hari sebelum panen jagung existing.  

Lebih lanjut dijelaskan oleh Bupati bahwa potensi Kabupaten Tuban di bidang pertanian sangat baik mengingat luas tanam jagung mencapai 107 ha dengan panen 623 ribu ton. "Tidak hanya itu, produksi padi surplus hingga 65 persen. Capaian tersebut hasil adopsi berbagai kemajuan inovasi teknologi pertanian," jelasnya. Bupati Huda berharap agar ke depan mitra lisensi Balitbangtan yang bekerja sama dengan petani penangkar saat ini, juga dapat berinvestasi dengan membangun pengolahan benih (Seed Processing) jagung di Tuban. Demikian pula investasi lainnya dari perusahaan pengelola hasil pertanian di Kabupaten Tuban sehingga mampu menyerap hasil pertanian seperti jagung, padi, maupun holtikultura lainnya yang sudah tentu juga terjadi penyerapan tenaga kerja di daerah tersebut.

PT. Tunas Widji Inti Nayottama (TWINN) sebagai mitra benih jagung hibrida Badan Litbang Pertanian menyanggupi permintaan Bupati untuk membangun pengolahan benih di Tuban pada tahun 2020. Pada kesempatan tersebut, Kepala Balitsereal Dr. Muhammad Azrai meyakinkan Bupati Tuban bahwa varietas yang digunakan pada kegiatan produksi benih jagung hibrida berbasis korporasi petani memiliki provitas yang tinggi dan adaptif terhadap perubahan lingkungan, diantaranya adalah Nakula Sadewa 29 dan JH 37. Hal ini sudah dibuktikan keunggulannya oleh petani yang sudah melakukan uji varietas tersebut di Tuban. 

Hadir pada acara panen raya tersebut diantaranya Bupati dan Wakil Bupati Tuban, Kepala Badan Litbang Pertanian yang diwakili oleh Kepala Puslitbangtan, Direktur Jenderal Tanaman Pangan yang diwakili oleh Direktur Perbenihan Tanaman Pangan, Kepala Balitsereal, Kepala Balitkabi, Kepala BPTP Jatim, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tuban, Dandim, Kapolres, Babinsa, Ulama, IWAPI, Kelompok Tani, Petani Calon Penangkar dari Jateng serta penyuluh lingkup Kabupaten Tuban. SY/HMSL