Litbang Pertanian Launching Mesin Jajar Legowo Riding Transplanter

udin abay | Senin, 11 Desember 2017 , 09:01:00 WIB

Swadayaonline - Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) kembali melaunching teknologi terbaru hasil karya anak bangsa berupa Mesin Tanam Padi Jarwo Tipe Riding (Riding Transplanter). Teknologi ini merupakan hasil pengembangan mesin tanam Padi Jajar Legowo (Jarwo Transplanter) Tipe Walking kerjasama dengan PT Rutan.

Menurut Kepala BBP Mekanisasi Pertanian Andi Nur Alam Syah, teknologi terbaru ini merupakan dukungan dalam wujud nyata terhadap pengembangan pertanian padi modern. Mesin tanam padi 6 baris jajar legowo ini memilkik banyak keunggulan. Yakni kerja 0,36 ha/jam (2,8 jam/ha), efisiensi kerja lapang 57%, kedalaman tanam antara 2 sampai 6 cm dan jumlah bibit 3 hingga 7 bibit/sekali tanam.

“Selain itu, jarak tanam dalam baris antara 13 sampai dengan 20 cm, dengan lubang tanam kosong kurang dari 1 persen,” demikian kata Nur Alam saat acara Launching di Balai Besar Penelitian Padi, Subang, Senin (11/12/2017).

Launching dilakukan Kepala Badan Litbang Pertanian, Kementan, Muhammad Syakir. Launching ini bersamaan dengan kegiatan Seminar Nasional dan Gelar Teknologi Varietas Unggul Padi bekerjasama dengan Balai Besar Penelitian Padi.

Lebih lanjut Nur Alam tegaskan mesin ini juga mempunyai keunggulan dibandingkan tipe walking yaitu mudah dalam pengoperasian dan kapasitas kerja lebih besar. 

“Karena itu cocok untuk kondisi saat ini dimana mencari SDM pertanian yang semakin langka,” tegasnya.

Mesin pertanian lainnya yang dilaunching adalah mesin pengolahan tanah menggunakan farming bulldozer tipe D21PL-8. Mesin ini hasil program kerjasama BBP Mektan dengan Komatsu. Keunggulanya yakni mampu melakukan pembajakan pada kondisi lahan sawah kering setelah panen, sehingga mempercepat waktu pengolahan tanah, dari semula 14 hari olah tanah dengan menggunakan hand traktor menjadi hanya 3 hari hingga lahan siap tanam. 

“Selain mempercepat waktu pengolahan tanah, farming bulldozer juga menghemat penggunaan air,” beber Nur Alam.

Melalui Gelar Inovasi Teknologi yang diselenggarakan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi ini, diharapkan dapat terjadi alih informasi dan teknologi kepada petani/penangkar. Begitu juga kepada peneliti/pemerhati pertanian padi sehingga mampu memberikan manfaat kepada semua pihak.

“Dengan demikian hal ini tentunya akan menunjang kesuksesan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada tahun 2045,” pungkas Nur Alam.SY