Menggenjot Produktivitas Lahan Versi BBPP Ketindan

udin abay | Minggu, 15 Desember 2019 , 11:39:00 WIB

Swadayaonline.com - Mendapatkan margin tinggi dengan lahan sempit, bisakah?? Kenapa tidak, pasti bisa. Prinsip inilah yang telah coba diterapkan oleh widyaiswara Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan di lahan praktek yang tersedia. Selain sebagai unit percontohan, intensifikasi lahan yang diberlakukan juga mampu meningkatkan produktivitas lahan. Betapa tidak, dengan lahan yang sama, BBPP Ketindan secara rutin mampu menjual produk pertanian secara terus menerus, tentu dengan kualitas bagus dan sehat. Kenapa disebut sehat? Karena produk yang dihasilkan dijamin bebas pestisida. 

Saat ini di petak kecil di depan ruang widyaiswara dan Kelas Tapak Liman, telah dianami beberapa tanaman hortikultura  yang banyak dibutuhkan masyarakat. Di guludan telah tertanami bawang prei yang biasa digunakan untuk campuran martabak telor, sedangkan disela-sela tanaman tersebut telah pula berbuah labu kuning yang menggelantung manja dan siap dipetik, tidak lupa pula beberapa tanaman pare yang lebat buahnya siap untuk dipetik. Itupun masih belum lengkap, di pinggir-pinggir petak telah berbuah pula tanaman okra yang merupakan sayuran untuk berbagai keperluan. Guna lebih menjaga akan keamanan tanaman yang dibudidayakan , maka di beberapa sela tanaman okra tampak tanaman bunga matahari, di mana hasil dari tanaman ini dapat diambil bijinya untuk diekstrak menjadi minyak. Ternyata satu petak lahan sempit tersebut mampu mendukung pertumbuhan 5 varietas  tanaman berbeda.

Secara kasat mata, keuntungan yang didapat sudah bisa dihitung dari 5 jenis tanaman yang siap dipanen pada lahan yang sama, belum lagi ketika ada kunjungan lapangan dari beberapa peserta pelatihan atau stakeholder lainnya, maka penjelasan tentang teknik bertanam dengan sistem tersebut pasti pula menarik untuk didiskusikan. Pengetahuan inipun menjadi bahan pembelajaran yang efektif , karena bukan teori yang disampaikan tetapi nyata pertanaman yang dapat dilihat, diraba dan dipetik, kalau perlu dijual langsung dari lahan, semacam wisata petik sayur. 

Keuntungan lain yang tidak kalah penting adalah ketersediaan oksigen yang tinggi untuk mengeliminir/ mengurangi kadar racun dari solusi udara. Semakin tinggi luas permukaan daun dari tanaman yang dibudidayakan, maka kemampuan menyerap karbondioksida dan menghasilkan oksigen dari proses fotosintesis semakin banyak. Ini merupakan keuntungan sekunder yang tidak dapat dinilai harganya di Indonesia. Kenapa kok di Indonesia? Karena di Tiongkok saat ini yang merupakan negara terpolusi sedunia telah memberlakukan untuk membayar oksigen bagi para penikmat makanan di resto-resto tertentu yang menyiapkan alat pembersih udara sehingga udara yang dihirup di restoran tersebut sehat saat makan. Untuk tahu berapa tarif oksigen di Tingkok dapat dilihat di daftar tagihan yang mungkin harus kita bayar ketika makan di resto tersebut. Ketersediaan oksigen ini juga membantu dan merupakan sedekah kita kepada sesama makhluk sehingga lingkungan sehat dapat diciptakan.

Dari beberapa rangkaian kenyataan tersebut, maka opini bahwa untuk mencintai dunia pertanian membutuhkan lahan luas, tidaklah selalu benar. Dengan lahan sempit, niat baik, berpikir sedikit berbeda dari orang umum serta tidak mengenal lelah untuk berkreatifitas mampu meningkatkan kualitas hidup, lingkungan bersih dan segar, produk pertanian organik dan sehat serta kesejahteraan meningkat secara rutin dan berkesinambungan menjadi sesuatu yang sangat mungkin dapat dicapai oleh semua orang. Produktivitas tinggi di lahan BBPP Ketindan tersebut sebagai contoh bagaimana melakukan intensifikasi lahan dengan tanaman hortikultura, wisata dan edukasi serta pelestarian lingkungan yang terintegrasi. SY/YNI