Spudnik Sujono: Naiknya Harga Cabai dan Bawang Bukan Karena Kurangnya Produksi

udin abay | Kamis, 28 Desember 2017 , 06:54:00 WIB

Swadayaonline.com - Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian menjamin ketersediaan cabai dan bawang merah mencukupi hingga Maret 2018. Hal teraebut karena manajemen tanam yang dilakukan, sehingga ketersediaannya terus ada.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Spudnik Sujono mengungkapkan, naiknya harga cabai dan bawang yang terjadi saat ini bukan karena kurangnya produksi, tetapi karena anomali harga. "Selain karena panen tidak diaemua daera, juga karena adanya permainan harga dari pengepul," ujarnya. (27/12/2017)

Menurutnya, akibat intensitas hujan yang agak tinggi serta serangan OPT, menjadi alasan bagi penjual atau pengepul menaikkan harga telalu tinggi karena menganggap produksinya berkurang. "Itu alasan mereka menaikkan harga, Padahal sebenarnya tidak demikian. Sebenarnya produksi di berbagai daerah banyak yang surplus, bahkan harga di tingkat petani sangat jatuh," tegas Spudnik.

Berdasarkan data, ketersediaan cabai besar pada Desember 2017 sebanyak 104.064 ton, sementara kebutuhan hanya 95.652 ton. Sehingga terjadi surplus sebesar 8.412 ton. Sedangkan pada Januari 2018 stok diperkirakan 102.153 ton, kebutuhan 93.311 ton dan kelebihan stok sebesar 8.842 ton.

Tiap hari ketersediaan cabai dan bawang merah kita pantau perkembangannya. Meskipun saat ini, harga cabai rawit di tingkat petani anjlok hingga Rp 9.000 per kilogram (kg). Sedangkan harga di pasar ritel tembus mencapai Rp 50.000 per kg. Ada kenaikan dratis hingga 400%, terangnya.

Semetara ketersediaan cabai rawit sebanyak 81.637 ton, kebutuhan 73.099 ton dan terjadi surplus 8.538 ton. Pada Januari 2018 pasokan sebanyak 77.84 ton, kebutuhan 69.843 ton, maka ada kelebihan stok 8.004 ton.

Untuk ketersediaan bawang merah pada Desember tercatat 123.849 ton, kebutuhan 109.437 ton, dan ada kelebihan 14.412 ton. Januari pasokan 117.904 ton, permintaan berkisar 101.597 ton. maka itu ada surplus 16.308 ton.

Spudnik menuturkan, bulan ini daerah Brebes sudah memasuki masa panen pucak. Harganya pun masih rendah sekitar Rp 10.000 per kg di tingkat petani. Padahal pasokan bawang merah melimpah di sentra-sentra produksi. “Jadi sulit terkontrol. Harga naik itu hal wajar Rp 1.000-2.000 per kg. Namun tidak melonjak drastis dari Rp 18.000 per kg menjadi Rp 32.000 per kg,” tambahnya.

Dia menyebutkan, ongkos angkut bawang dan cabai sebesar Rp 2.000 per kg dan biaya resiko rusak Rp 2.000 per kg. “Para pedagang membeli dari petani Rp 9.000 per kg, kemudian dijual Rp 18.000-20.000 per kg itu masih wajar,” jelas Spudnik.

"Hari ini, saya bersurat ke Bulog untuk turun. Surat ditembuskan ke Menko Perekonomian, Menteri Perdagangan, Menteri BUMN, dan Menteri Pertanian. Hal tersebut dilakukan, lantaran produksi di tiap daerah tak merata. Sehingga, diharapkan Bulog dapat menyerap produksi di lapangan dan mendistribusikan dari daerah yang surplus ke daerah yang defisit agar bisa menekan harga" tegas Spudnik.

"Mudah-mudahan anomali tidak lama, karena Satgas sudah turun, Kemendag juga. Biasa turun langsung hari ini," harap peraih gelar doktor dari Universitas Brawijaya Malang itu. panen yang dikoordinatori petani unggulan (champion) binaannya. Begitu pula terhadap usaha hotel, restoran dan katering (horeka).

Spudnik menambahkan, Kementerian Perdagangan dan Satuan Tugas (Satgas) Pangan pun telah terjun ke lapangan sejak 25 Desember silam. Mereka terjun ke sentra produksi dan Pasar Induk Kramat Jati Jakarta untuk memastikan pasokan dan harga. "Mudah-mudahan anomali tidak lama, karena Satgas sudah turun, Kemendag juga," ujarnya. SY/HMS