Inilah Manisnya Bisnis Cabai-Bawang

udin abay | Selasa, 22 Maret 2016 , 01:11:00 WIB

Swadayaonline - Gonjang ganjing gejolak harga cabai dan bawang yang cukup tinggi, membuat Kementerian Pertanian melalui Ditjen Hortikultura giat melakukan operasi pasar. Hampir dua pekan operasi pasar dilakukan dan menurut Sekretaris Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian Yasid Taufik mampu menurunkan harga cabai dan bawang merah yang belakangan meningkat tajam.

Operasi pasar dilakukan untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa produksi cabai dan bawang masih mencukupi untuk kebutuhan dalam negeri dan masih banyak daerah lain yang masih panen. Cabai dan bawang yang dijual untuk operasi pasar dibeli darti tingkat petani cabai kerinting Rp. 26.000/kg dan dijual dengan RP. 30.000, sedangkan bawang harga ditingkat petani Rp. 20.000 dan dijual dengan harga Rp. 25.000.

“Naiknya harga ditingkat petani juga di sebabkan karena petani yang awalnya hanya menjual Rp.15.000/kg, setelah melihat tingginya harga dipasar yang mencapai Rp. 55.000/kg membuat petani menaikkan harganya dan tidak mau menjual dengan harga dari biasanya. Kenaikan harga yang dilakukan pedagang, berdampak psikilogis pada petani yang kini ikut menaikkan harganya,” tegas Yazid. (21/03/2016)

Untuk itu Yazid menghimbau kepada pelaaku usaha untuk bicara tentang nasionalisme, karena dampaknya sangat besar sekali. Cabai dan bawang kontribusinya sangat besar sekali, karena tingginya harga membuat daya beli masyarakat menurun. “Berbisnislah secara wajar dengan mengambil keuntungana yang wajar,” tambahnya.

Yasid menyatakan, saat ini harga cabai rawit merah sudah turun menjadi Rp 35.000/kg, cabai merah keriting Rp30.000/kg dan bawang merah Rp33.000/kg di tingkat pasar induk. Terkait produksi ketiga komoditas sayur tersebut, menurutnya dari luas panen dan luas tanam cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Luas tanam cabai, tambahnya, setiap tahun mencapai 129.000 hektar atau sekitar Rp 12.000 hingga Rp 13.000 hektar per bulan dan pihaknya telah mengimbau kedinas-dinas pertanian untuk mengikuti pola tanam guna memenuhi pasokan bulanan. "Kalau produk tidak cukup harga pasti akan bertahan tinggi. Meskipun melonjaknya harga cabai dan bawang merah di lapangan tersebut diakibatkan para pedagang perantara yang mengambil keuntungan diluar batas kewajaranya kni mencapai 150% lebih dari harga di tingkat petani. Keuntungan yang wajar maksimal 15% di tingkat pedagang grosis sedangkan di pasar induk antara 10%-15%,” tegas Yazid.

Harga cabai dan bawang yanag sering bergejolak, karena merupakan produk komplamenter yang tidak bias diganti dengan produk horti yang lain. “Inilah manisnya bisnis cabai dan bawang, karena produk tersebut merupakan kebutuhan rutin masyarakat Indonesia. Sehingga harganya sangat bisa dipermainkan oleh padagang,” tegasnya. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah melalui Ditjen Hortikultura akan memfasiltasi petani dengan program yang ada sehingga ada simbiosis mutualis dimana petani akan mendapaatkan keuntungan, pedagang bias menjual dengan harga yang jawar, dan produsen juga bias membeli dengan harga yang pantas,” ujar Yazid. SY