Lombok Barat Masih Terus Panen Padi Hingga Kini

udin abay | Jum'at, 12 Januari 2018 , 10:41:00 WIB

Swadayaonlinw.com - Kemajuan pembangunan pertanian di Propinsi Nusatenggara Barat terlihat sangat pesat. Daerah yang sangat bangga disebut sebagai Bumi Gogo Rancah (GORA) kini menjadi lumbung pangan nasional. Propinsi ini merupakan penyumbang produksi pangan baik padi, jagung, kedelai, bawang merang, cabai, sapi, serta menyusul tebu. Produksi padi NTB melampaui kebutuhan penduduknya atau surplus. Kemampuan NTB dalam menimbun stok beras di gudang Bulog saat ini nomor enam setelah tiga propinsi Jawa, Sulawesi Selatan dan Lampung. Bahkan dalam program Serap Gabah Petani (Sergap) sekali waktu NTB mampu melampaui Propinsi Lampung.

Sentra produksi padi utama yang memiliki sumber daya air (SDA) melimpah terutama berada di bagian utara Kabupaten Lombok Barat (Lobar), Lombok Tengah (Loteng) dan Lombok Timur (Lotim), yang merupakan bagian bawah atau kaki perbukitan dan gunung Rinjani. Pada Kabupaten Lobar Kecamatan yang memiliki sumber melimpah antara lain Kecamatan Narmada, Lingsar, Labuapi dan Gunungsari. Banyak daerah-daerah ini memiliki indeks pertanaman (IP) 300 atau bisa tanam tiga kali setahun.

Panen di Lobar antara lain terjadi di Dusun Ketapang, Desa Gegerung, Kecamatan Lingsar, tepatnya pada kelompok tani (Poktan) Pade Angkat. Panen dilaksanakan pada areal 5 hektar dari luas hamparan 23 ha. APetani poktan ini menggunakan varietas Mekongga. Inpari 32 juga mulai ditanam pada poktan ini. Produktivitas padi berkisar 6 sampai 7 ton/ha. Pembinaan oleh penyuluh pada daerah ini perlu lebih intesif dilakukan agar produktivitasnya dapat ditingkatkan. Perbaikan varietas dan penerapan teknologi budi daya padi terbaru seperti jajar legowo super akan dapat meningkatkan hingga produktivitas di atas 7 ton/ha.

Panen lainnya juga dilakukan di Kecamatan Gunungsari, tepatnya Desa Penimbung pada Poktan Penimbung Barat. Petani pada daerah ini menanam varietas unggul Cigeulis, Ciliwung, juga yang lebih baru Inpari 32. Produktivitas padi yang dapat dicapai 5-7 ton/ha. Harga gabah kering panen saat ini mencapai 4500 rupiah. Kegembiraan para petani karena panen terlihat dari raut muka dan pembicaraan mereka ketika didatang tim dari Distan Lobar, BB Biogen, BB POPT, BPTP NTB, serta penyuluh. Karena itu dari petani berharap harga gabah bisa diamankan oleh pemerintanh supaya tidak jatuh, khususnnya akibat impor. Bagi petani, impor merupakan mimik buruk. Semangat petani untuk mengadopsi teknologi baru tidak ada artinya bila ada impor. SY/HMS