Litbang Pertanian Siap Sebarkan Benih Perkebunan Unggul Bersertifikat

udin abay | Selasa, 13 Februari 2018 , 21:42:00 WIB

Swadayaonline.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Kementerian Pertanian (Kementan) mengalokasikaan anggaran untuk mengembalikan kejayaan rempah Indonesia dalam program tahun benih 2018 terutama untuk komoditas perkebunan dan hortikultura. Hal tersebut sekaligus untuk meningkatkan nilai ekspor Indonesia dalam jangka panjang. Untuk mendorong pengembangan tersebut, Kementan meminta jajarannya untuk melakukan pengembangan benih baik melalui Badan Litbang Pertanian, swasta dan petani penangkar benih untuk melakukan perbanyakan benih unggul untuk mereplanting tanaman perkebunan yang sudah tua dengan tanaman yang baru. (13/2/2018)

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun), Fadjry Djufry mengatakan, bahwa Badan Litbang Pertanian melalui Puslitbangbun telah diberikan tanggungjawab perbanyakan benih seperti kelapa, lada, pala, jambu mete, kayu manis, cengkeh, kopi arabika, kopi robusta, kakao, karet, dan tebu. Pengembangan dan perbanyakan benih selain dilakukan Puslitbangbun, juga Direktorat Teknis yaitu Dirjen Perkebunan melalui Direktur benih yang sudah bekerjasama dengan penangkar benih di berbagai daerah.

“Kita sudah menyiapkan benih kelapa sebanyak 368.000 setara 3.067 ha, lada 255 ribu setara 102 ha, pala 144.000 setara 960 ha, jambu mete 153.500 setara 1.023 ha, kayu manis 1.800 setara 2 ha, cengkeh 213.000 setara 1.331 ha, kopi arabika, 657.900 setara 411 ha, kopi robusta 78.200 setara 49 ha, kakao 561.000 setara 510 ha, karet 221.000 setara 442 ha, dan tebu 4.335.000 setara 173 ha. Benih-benih tersebut ada yang varietas baru maupun varietas lokal dengan produktivitas dan kualitas yang lebih tinggi yang masing-masing varietasnya sudah disesuaikan dengan iklim dan daerah tanam yang sudah ditentukan dan sudah siap disalurkan ke petani dan sentra produksi,” ujar Fadjry.  

Dalam memproduksi benih tersebut, Litbang Pertanian memasukan insert technology didalamnya dan diproduksi sendiri dengan penggunaan pupuk hayati untuk  media pertumbuhannya, bioteknologi, dan teknologi perbenihan agar kualitas benih lebih baik bila dibanding dengan memperbanyak cara manual.  Fadjry mengatakan dalam perbanyakan dan penyaluran benih tersebut seperti kelapa memerlukan biaya yang besar. Untuk mengatasi permasalahan, perbanyakan benih juga dilakukan melalui BPTP disetiap sentra produksi benih disetiap daerah. “Untuk pemilihan pohon induk kelapa yang bersertifikasi memang masih sedikit, tetapi untuk komoditas lainnya hampir semua akan segera bersertifikat dan siap salur sesuai CPCL,” tambahnya.

“Ditjen Perkebunan juga melakukan perbanyakan benih yang sudah bersertifikat memalui penangkar, namun lebih kepada varietas lokal dan kearifan lokal. Litbang memperbanyak riset dan penelitian untuk menghasilkan benih unggul. Litbang juga melakukan edukasi kepada penangkar benih agar nantinya menghasilkan benih-benih unggul dan edukasi peda petani mengenai pemuliaan dan pemeliharaan tanaman yang baik sesuai dengan SOP agar bisa meningkat terutama untuk varietas baru hasil inovasi Litbang,” tegas Fadjry.

Varietas kelapa yang sudah dikembangkan Litbang yaitu KD Bali, Sikka, Puan Kalianda, ST1 Boul, Sri Gemilang, KD Malowahu, KD Kramat, dan KD Mastutin. Untuk lada varietas petaing 1, natar 1 dan 2, dan cianten. Untuk pala varietas banda, ternate, wonosobo, cilacap, dan tasikmalaya. Jambu mete varietas muna dan plotim, kayu manis varietas PIT jambi, cengkeh varietas zanzibar, tuni bursel, dan PIT gorontalo. Kopi arabika varietas sigararutang, kopi robusta varietas BP 308 dan lainnya, kakao varietas lindak hibrida F1, karet varietas PB 260 dan lainnya, serta tebu varietas BL 20, amphibi, dan PS 862.

“Kalau varietas tersebut ditanam sesuai dengan ketentuan (SOP) hasil penelitian Litbang, maka hasilnya akan meningkat karena sudah dilakukan pengkajian. Peningkatan produksi untuk komoditas perkebunan memang memerlukan waktu, karena tanaman perkebunan merupakan tanaman tahunan. Hasilnya bisa terlihat setelah beberapa tahun setelah replanting, tapi kalau dilakukan sesuai yang kita anjurkan maka hasilnya akan lebih bagus. Bahkan ada beberapa daerah, setelah melakukan penenaman varietas baru hasil Litbang, prodduktivitasnya melebihi hasil riset. Itu sangat bagus, berarti daerah tersebut memang sangat cocok untuk varietas tersebut,” kata Fadjry.  SY