Dirjen Hortikultura: Permentan RIPH Selaras Dengan Instruksi Presiden

udin abay | Kamis, 22 Februari 2018 , 19:41:00 WIB

Swadayaonline.com - Banyuwangi, Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) telah melaksanakan instruksi Presiden Joko Widodo, agar anggaran 2018 difokuskan pada penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut tercermin melalui implementasi Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 38 Tahun 2017 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH).

"Pak Jokowi minta APBN didesain padat karya. Kita sudah mulai," ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Spudnik Sujono, sela kunjungan ke lokasi penanaman bawang putih di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (22/2/2018).

Bawang putih yang ditanam di situ merupakan realisasi Permentan RIPH, karena dilakukan CV Sinar Padang Sejahtera. Pada Permentan RIPH, importir hortikultura diwajibkan tanam bawang putih sebesar lima persen dari total nilai yang diajukan.

CV Sinar Padang Sejahtera sendiri mengajukan impor 1.000 ton. Artinya, diwajibkan tanam bawang putih pada lahan seluas 145 hektare. Realisasinya, baru 116 hektare dan dilakukan pada 2 November 2017.

Spudnik menyatakan demikian, lantaran dalam menjalankan Permentan RIPH, CV Sinar Padang Sejahtera merekrut 900 orang untuk tanam hingga mengelola bawang putih. Diproyeksikan bakal menyerap 1.500 tenaga kerja saat panen yang dijadwalkan awal Maret nanti.

Pada kesempatan sama, Ketua Kelompok Tani (Poktan) Lidjen Makmur, Azis, menerangkan, semenjak CV Sinar Padang Sejahtera masuk dan menanam bawang putih, setidaknya warga dari empat kecamatan sekitar Licin datang untuk bekerja. Dia pun bertanya, "Setelah kita panen, masih bisa kerja lagi?"

Azis berharap ada kejelasan, mengingat masyarakat setempat lama tak diberdayakan PT. Perkebunan Lidjen Banyuwangi selaku pemegang Hak Guna Usaha (HGU) lahan yang ditanami bawang putih. Sebab, PT Lidjen sudah tak beroperasi sejak enam tahun silam, sehingga lahan menganggur.

Sejurus kemudian, Spudnik meyakini, para warga masih bisa bekerja di lahan tersebut. Alasannya, Ditjen Hortikultura secara khusus akan melanjutkan kebijakannya. "Tapi, saya minta ke Kadis untuk ajukan permohonan. Daripada kita impor, mending tanam sendiri," jelasnya.

Peraih gelar doktor dari Universitas Brawijaya Malang ini kemudian mengajak masyarakat setempat untuk banyak berdoa dan bersyukur. "Dengan banyak berdoa dan bersyukur, rahmat selalu mengucur ke kita," ucapnya.

Sikap serupa dilontarkan Komisaris CV Sinar Padang Sejahtera, Hadi Mulyono. "Kita akan melanjutkan terus sehabis panen," terangnya pada kesempatan sama.

Sentra Baru 

Di sisi lain, Spudnik menetapkan Banyuwangi sebagai sentra baru pengembangan bawang putih di Indonesia. Sebelumnya pusat produksi bumbu dapur tersebut cuma ada di Sembalun, Temanggung, Karanganyar, dan Magelang.

"Ada semangat kita bangkitkan bawang putih di Banyuwangi," katanya. Alasannya, memiliki potensi, baik secara lahan maupun agroklimat.

Sebagai informasi, Banyuwangi pernah mengembangkan bawang putih pada '90-an. Lambat laun tak berproduksi lagi seiring dibukanya keran impor.

Spudnik menerangkan, bawang putih memiliki nilai luar biasa. Selain untuk konsumsi, juga bisa digunakan sebagai obat. Karenanya, target swasembada harus direalisasikan.

Guna merealisasikannya, setidaknya butuh 73 ribu hektare. Perinciannya, 60 ribu hektare untuk konsumsi dan 13 ribu hektar lainnya sebagai pengembangan benih. Kebutuhan bawang putih nasional sekira 500 ribu ton per tahun. Tapi, produksi dalam negeri baru 20 ribu ton per tahun.

Pada 2018, Ditjen Hortikultura menargetkan luas lahan tanam 26.250 hektare. Total lahan yang telah dikembangkan mencapai 12 ribu hektare, baik dikerjakan Kementan maupun mitra. "Sisanya, akan dikembangkan melalui APBN," imbuhnya.

Mantan Sekretaris Ditjen Tanaman Pangan ini berharap, Banyuwangi nantinya dapat berkembang seperti Solok, Sumatera Barat. Solok kini menjadi salah satu sentra bawang merah.

"Sejauh mata memandang, semua ditanam bawang merah di Solok. Ia suplai Jawa. Bayangkan coba, tadinya Brebes, sekarang Solok," terang Spudnik.

Sementara itu, Direktur Penjualan CV Sinar Padang Sejahtera, Ferry Susanto, mengatakan, pihaknya bakal menyelesaikan sisa kewajiban tanam bawang putih 29 hektare pada April-Mei mendatang. "Kita pakai varietas lokal, lumbung kuning dan lumbung hijau," ujarnya.

Meski demikian, menurutnya, total kewajiban tanam yang dikerjakan CV Sinar Padang Sejahtera telah melampaui target. "Kita dapat kuota impor 10 ribu. Lima persen (kewajiban tanam) cuma 500 ton. Ini 2.000 ton," jelas. Asumsinya, tiap hektare menghasilkan 15 ton konde askip atau delapan ton rogol askip.

Hasil panen nantinya, rencananya sebanyak satu per tiganya akan dimurnikan dan dijadikan benih kelas lebih tinggi. Sisanya, digunakan sebagai sumber benih dalam rangka memenuhi kebutuhan APBN.

Sedangkan perwakilan Badan Pengembangan Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, Gamal, menyarankan hasil panen nantinya dibawa ke Surabaya. Di sana, BPTP Jatim memiliki teknologi untuk mempercepat masa dormansi. Melalui teknologi mesin pendingin (cold storage), masa tunggu bisa berkurang setengahnya menjadi dua bulan untuk kemudian digunakan sebagai benih. SY/HMS