Kementan Terus Kembangkan Pangan Lokal

udin abay | Rabu, 21 Maret 2018 , 11:49:00 WIB

Swadayaonline.com - Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian (BKP Kementan), Agung Hendriadi, menyatakan, diversifikasi pangan merupakan tema penting dalam pembangunan ketahanan pangan di Indonesia. Sebab, diversifikasi bertujuan meningkatkan ketersediaan dan konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) sehat, aktif, dan produktif.

Karenanya, perwakilan dinas di 13 provinsi yang menjadi lokasi pelaksanaan pengembangan pangan pokok lokal (P3L) berbagi pengetahuan (sharing knowledge) terkait diversifikasi pada lokakarya "Pengembangan Pangan Lokal 2018". "Agar kegiatan P3L tahun ini dapat berjalan dengan baik," ujarnya sela pembukaan di Bogor, Jawa Barat, Selasa (20/3/2018) malam.

Agung menambahkan, program tersebut tak sekadar diversifikasi karbohidrat. Tapi, mendorong konsumsi pangan beragam dan bergizi seimbang, termasuk untuk sumber protein maupun vitamin dan mineral. Untuk merealisasikannya, dapat dilakukan secara horizontal, vertikal, dan regional.

Secara horizontal dilakukan dengan memanfaatkan aneka bahan makanan. Sedangkan vertikal, melalui variasi cara pengolahan. "Dan secara regional, dengan memanfaatkan produk pangan unggulan yang sesuai dengan kondisi agroklimat dan daya dukung daerah," imbuhnya.

BKP, kata Agung, fokus pada hulu dan hilir dalam menggenjot diversifikasi. Di hilir, upayanya pengembangan pangan lokal berbasis industri rumah tangga melalui fasilitasi UMKM, menggali resep menu khas nusantara berbasis pangan lokal, serta kampanye dan promosi untuk mengubah mindset masyarakat.

"Di sisi hulu, kita terus mengembangkan kegiatan optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)," jelasnya. KRPL juga bertujuan meningkatkan produksi komoditas pangan lokal.

Agung ingin diversifikasi nantinya meningkatkan konsumsi kelompok pangan hewani, kacang-kacangan, sayur-sayuran, serta buah-buahan. Sebab, skor Pola Pangan Harapan (PPH) 2017 sebesar 90,1 didominasi konsumsi padi-padian, minyak dan lemak, serta gula.

"Sedangkan konsumsi kelompok pangan hewani, kacang-kacangan, serta sayuran dan buah, masih kurang dari jumlah yang dianjurkan," ungkapnya. PPH merupakan indikator capaian konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman.

Selain menggenjot diversifikasi, Agung berharap, P3L turut berkontribusi mengatasi masalah di daerah rentan rawan pangan serta kemiskinan, khususnya di pedesaan. Artinya, P3L juga memberikan dampak ekonomis dan peningkatan nilai tambah secara berkelanjutan.

"Saya berharap saudara semua dapat mengikuti workshop ini dan berpartisipasi aktif dalam diskusi. Sehingga, dapat kita hasilkan rumusan yang aplikatif untuk dilaksanakan di daerah masing-masing," tutup Agung.

Kegiatan tersebut diikuti perwakilan-perwakilan dinas terkait di 13 provinsi sasaran P3L. Di antaranya, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku, Riau, Sumatera Selatan, Papua, Gorontalo, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Barat. SY/HMS