Antisipasi Perubahan Iklim, Kementan Lakukan Gerdal OPT Ramah Lingkungan

udin abay | Selasa, 25 Januari 2022 , 17:44:00 WIB

Swadayaonline.com - Dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan dari gangguan OPT dan DPI, Kementerian Pertanian melaksanakan kegiatan Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Gerdal OPT) dan Gerakan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (Gernang DPI) di Desa Tanjungrasa Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang, Selasa (25/1/2022).

Gerdal OPT dilaksanakan secara ramah lingkungan dengan menggunakan Agens Pengendali Hayati (APH) dan Gernang DPI dan dilakukan oleh petani, petugas popt dan TNI dan dilaksanakan dengan normalisasi saluran irigasi dalam rangka antisipasi dan mitigasi banjir serta menggerakkan Brigade La Nina.

Rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan di wilayah provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan D.I. Yogyakarta sekaligus sebagai bentuk bimtek Propaktani.

Direktur Perlindungan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Takdir Mulyadi mengatakan antisipasi banjir melalui kegiatan perbaikan saluran. "Disamping itu petani kita ajarkan bagaimana mengintrepetasi data-data yang ada sehingga dapat terlaksana dengan benar prpses pengamanan produksi," kata Takdir.

Lebih lanjut Takdir mengungkapkan rasa senangnya dengan hadirnya para POPT, petani serta TNI dalam upaya menyiapkan kegiatan antisipasi OPT khususnya. "Disini yang berkembang adalah penggunaan Paenibacillus yaitu bahan yg dihasilkan laboratorium kita yang mana di Subang ini dan bisa mencover 100 ha," terangnya.

"Disini dilakukan budidaya tanaman sehat, penggunaan benih tahan penyakit Inpari 32, aplikasi pupuk hayati sebagai seed treatment, penggunaan pembenah tanah untuk menyehatkan tanah," lanjut Takdir.

Di dalam konsep ini dengan meminimalkan penggunaan pupuk kimia kemudian perbanyak pupuk hayati dan organik. "Kami yakin petani dibawah bimbingan POPT bisa memberdayaan supaya petani membuat sendiri bahan pupuk organi, pupuk hayati, pestisida biologi dan pestisida hayati. Dan ini sangat efektif sekali," tambah Takdir.

Selanjutnya Takdir berharap partisipasi semua pihak, petani, dinas, TNI dengan sigap melaksanakan dengan baik. " Terima kasih TNI yang ikut mendampingi kegiatan pengamanan potensi hasil dan semoga gerakan ini bisa masif dilaksanakan," harapnya

Terpisah Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi mengatakan agar semua memahani bahwa masalah pupuk dan pestisida naik bukan hanya di Indonesia Dibanding sebelum covid, saat ini naik dua kali lipat. "Kita diajarkan menggunakan pupuk kimia sebagai alternatif terakhir, kondisi pupuk mahal harus bisa kita siasati, kita ada kesempatan segera beralih menggunakan pupuk hayati organik," kata Suwandi.

"Gunakan agen hayati bio pestisida pengelolaan PHT yang ramah lingkungan dan lebih efisien sehingga keberlanjutan lahan tetap terjaga sustainabilitasnya," tambah Suwandi.

Suwandi mengarahkan bahwa setiap provinsi dan kabupaten melakukan mapping daerah rawan sehingga gerdal sesuai target mapping. "Tolong daerah yang sering banjir serta kekeringan, dan wilayah endemis OPT menjadi perhatian khusus untuk ditangani terpadu dengan gerakan ini," jelasnya.

Suwandi minta masing-masing Dinas mereplikasi hal positif ini. "Silahkan daerah lain ikuti karena ini terbososan baru. Sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk selaku sigap dan tanggap mengamankan produksi pertanian demi tercapainya pertanian yang maju ,mandiri dan modern," tandasnya.

Di lokasi Gerdal, Kepala Dinas Kabupaten Subang Nenden Setyowati mengakui daerah ini memang rawan banjir. "Alhamdulillah tahun ini tidak terjadi seperti tahun 2020, Ke depan targetnya khusus yang zona merah menjadi tidak merah lagi. Karena disini selain banjir juga ada OPT terutama saat akan musim kemarau," terang Nenden.

Wilayah Subang tahun ini juga mendapat program IP 400 seluas 1.000 ha. "Kedepan insya Allah lebih luas, IP 400 nya. Begitu juga dengan BTS, hari ini 100 ha mudah-mudahanan dengan adanya pilot project ini bisa berhasil dan menjadi contoh untuk lahan lain di Subang," terangnya.

Sementara itu petugas POPT Kikin mengungkapkan luas BTS di Subang 1.000 ha, khusus di Tanjungrasa 100 ha yang saat ini dilakukan gerdal Paenibacillus. Kikin mengungkapkan daerah ini menggunakan Paenibacillus pasalnya daerah kronis endemis BLB dan Blas. "Dengan Paeniibacillus dan ditunjang varietas tahan blas bisa mengamankan produksi " jelasnya

"Kalau diadakan pengendalian ini untuk menekan perkembangan, tetapi kalau gerakan preentif seperti ini bisa seminimal mungkin serangan tidak terjadi," tambah Kikin.

Pembuatan Paenibacillus cukup mudah dengan 6 kg kentang bisa untuk 20 liter larutan. Ditambah 200 gram gula dan isolat 4 tube dalam waktu 15 hari bisa diaplikasikan. Per hektar perlu 2,5 liter atau 5 cc per liter air. Adapun penggunaannya sebaiknya dilaksanakan sejak perendaman benih, di persemaian dan masa pertanaman 3 kali yakni usia 12, 24 dan 48 hari. "Seminggu kemudian gerakan ini kita amati lg, jika ada gejala maka kita ulangi lagi," tambah Kikin

Di tempat yang sama Dandim Subang Letkol czi Irsad Wilyarto, mengutarakan rasa bangganya bisa ikut mendukung gerakan ini. " Hari ini kita lakukan gerakan pengendalian hama. Kita tau bahwa di Subang sebagai lumbung pangan di Jabar, namun kita juga tahu saat ini sedang ada pengembangan kawasan indsutri " kata Irsad.

"Saya mengimbau karena kita sebagai lumbung pangan maka kita harus tetap menjaga dan melakukan inovasi dan kreativitas bahwa pangan harus tetap terjaga karena pangan adalah unsur yang penting untuk menjaga eksistensi negara kita," pintanya.

"Intinya kami dari Kodim Subang selalu support kegiatan yang dpt meningkatkan panen yang selama ini sudah ada," tambahnya

Sebagai pejabat pemangu wilayah di Kecamatan Patokbeusi, Camat Heri Sopandi pun menyambut baik kegiatan di Kecamatan wilayahnya, dengan adanya gagasan kementan dan TNI bantuan untuk pertanian. Ia sepakat bahwa Subang sebagai Kabupaten yang berkembang bagaimana caranya petani bisa tingkatkan provitas sehingga pertanian berkembang.

"Oleh karena itu pertanian dengan gagasan sekarang bisa meningkat lebih tinggi sehingga petani cukup antusias melanjutkan pertaniannya," pungkas Heri. SY/HMSK