Klaten Targetkan 1010 Ha Optimalisasi Peningkatan IP400

udin abay | Selasa, 25 Januari 2022 , 21:01:00 WIB

Swadayaonline.com - Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan, bahwa anomali perubahan iklim yang menyebabkan terjadinya beberapa bencana alam di Indonesia serta penyebaran Covid-19 perlu menjadi perhatian serius dan segera menetapkan strategi mitigasi agar tidak berdampak terhadap penyediaan pangan nasional.  

Kementerian Pertanian terus melakukan strategi pemenuhan kebutuhan pangan, salah satunya dengan menggenjot program prioritas yakni Optimalisasi Peningkatan Indeks Petanaman atau yang lebih di kenal OPIP.

OPIP bertujuan untuk meningkatkan produksi padi dengan cara menanam dan memanen padi sebanyak 4 kali dalam setahun. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, mengatakan, bahwa kuncinya terletak pada penggunaan varietas padi yang sangat genjah, percepatan tanam mulai dari proses persemaian yang dilakukan 15 hari sebelum panen, optimalisasi alat dan mesin pertanian pra tanam dan pasca panen, memastikan ketersediaan air yang cukup serta kondisi lahan non endemis OPT.

Tanam perdana pencanangan indeks pertanaman (IP) 400 Jawa Tengah pada 11/01/2022 lalu oleh Menteri Pertanian dan Bupati Klaten dilaksanakan di Kelompok Tani (Poktan) Tani Bahagia III Desa Sribit Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten. Tahun 2022 ini, Kabupaten Klaten menargetkan luas 1010 ha di 88 Poktan, yang tersebar di 69 desa di 22 kecamatan. Varietas padi yang digunakan adalah Rojolele Srinuk.

Sri Mulyani, Bupati Klaten, mengatakan di Klaten terdapat varietas padi unggul lokal yakni Rojolele Srinuk dan Rojolele Srinar.

“Varietas padi itu diperoleh dari hasil penelitian bersama Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang bisa mengurangi ketinggian padi rojolele indukan dari 160 cm menjadi 113 cm dan memperpendek masa tanam dari 160 hari menjadi 105 hari,” tutur Sri Mulyani.

Secara terpisah Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan, virus corona memang meluluh lantakkan aspek kehidupan, termasuk sektor pertanian yang mempunyai tupoksi menyediakan pangan. Mulai dari sistem produksi hingga distribusi terganggu. Namun pemerintah terus memikirkan agar Indonesia mampu menyediakan pangan sendiri dan memanfaatkan pangan lokal.

“Jadi penyuluh harus tetap turun ke lapang, ke sawah, ladang untuk mendampingi petani untuk genjot produksi. Yang tak kalah penting adalah SDM pertanian, jadi pengungkit produktivitas dan pengungkit produksi itu adalah inovasi teknologi,”ujar Dedi Nursyamsi.

Teknik Peningkatan

Persemaian dilakukan diluar (sistem culik, dapok, tray), musim tanam selanjutnya menggunakan benih umur pendek (72-90 hst : Cidenuk, Pandanwangi, Siliwangi, Cakrabuana,Pajajaran, Silunggo, Dodokan, Inpari 11/12/13/18/19/20), mekanisasi pra dan pasca panen (olah tanah, pola dan waktu tanam sesuai kalender tanam), pupuk kimia dikurangi 6 musim sehingga tinggal 25 kg/musim/ha ditambah organik sekitar 2 ton/ha/musim unsur hara organik bisa di dapat dari kompos, limbah tanaman, limbah ternak, pola tanam IP 400 : padi-palawija-padi-palawija, padi-padi-palawija-padi, padi-padi-padi-padi atau pola lainnya sesuai kondisi setempat, hemat air sawah bisa dari sumur, embung, pompa air di lahan kering, tadah hujan dan air diputar untuk berbagai aktivitas pertanian terlebih dahulu. Hilirisasi dan skala kawasan korporasi sebagai off traker untuk akses KUR.

Sementara itu, Widiyanti Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Klaten mengungkapkan pihak dinas akan terus ikut serta dalam mendorong dan mendampingi petani untuk melakukan percepatan olah tanah sehingga akan mencapai target yang diinginkan.

“Kami mendorong agar petani tetap semangat, tidak menyerah dengan adanya OPT karena Klaten ini sebagai salah satu kabupaten penyangga pangan di Provinsi Jawa Tengah siap mensukseskan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia 2045. Kegiatan OPIP yang sedang digalakkan saat ini diharapkan dapat merangsang minat petani untuk mengembangkan tanaman padi di lahan-lahan yang tersedia di tiap wilayah dengan berkoordinasi kepada penyuluh pertanian pendampingnya,” tutur Widiyanti. SY/LLF/SGY/YNI