Kembangkan Dekomposer, Penyuluh Bojonegoro Bantu Petani Kembalikan Kesuburan Tanah

udin abay | Senin, 31 Januari 2022 , 22:24:00 WIB

Swadayaonline.com - Penyuluh Pertanian mengembangkan dekomposer sebagai pengurai pupuk kompos yang bermanfaat bagi kesuburan tanah. Sehingga, tidak serta merta pupuk kompos bisa diaplikasikan ke dalam tanah, namun membutuhkan proses penguraian terlebih dahulu agar unsur hara mudah diserap dan tidak membahayakan tanaman.  

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, saat ini pertanian Indonesia tengah memasuki era 4.0. Sektor pertanian terus bergerak ke arah yang maju, mandiri dan modern. Untuk itu, sumber daya manusia pertanian seperti penyuluh, petani dan para praktisi pertanian lainnya harus terus ditingkatkan untuk menerapkan inovasi teknologi pertanian.

Kunci pembangunan suatu bangsa diawali dari pembangunan SDM. “Kuncinya adalah pembangunan SDM-nya, pendidikannya, pelatihannya, penyuluhnya,” tegas Dedi Nursyamsi, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP).

“Tak hanya Jepang, Indonesia juga memiliki pengalaman bagaimana peningkatan kapasitas SDM mampu membawa Indonesia menjadi negara swasembada pangan,” imbuhnya.

Salah satu upaya untuk mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern harus ditunjang oleh potensi lahan yang subur agar dapat meningkatkan produksi tanaman. Tanah dikatakan subur bila mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman secara optimal. Salah satu mikroorganisme yang dapat membantu menguraikan sisa makhluk hidup yang sudah mati dan dikembalikan ke tanah disebut dekomposer atau pengurai. Keberadaan dekomposer sangat bermanfaat agar pupuk kompos yang diaplikasikan petani benar-benar sudah terurai dan unsur hara yang terkandung di dalamnya bisa diserap oleh tanaman. Kenyataan di lapangan, banyak petani yang belum mengaplikasikan penggunaan dekomposer ini dan langsung mengaplikasikan pupuk kompos ke lahan garapannya. Akibatnya, pupuk kompos tersebut belum terurai dengan sempurna dan berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara oleh tanaman.

Gapoktan Mulyorejomulyo di Desa Mulyorejo Kecamatan Tambakrejo Kabupaten Bojonegoro, berkomitmen dan konsisten dalam pengembangan pupuk kompos di tingkat petani. Maskanhadi Penyuluh Pertanian Desa Mulyorejo mengatakan, “Penyuluhan yang dilakukan secara rutin di kelembagaan tani tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan keterampilan dan sikap petani dalam mengaplikasikan dekomposer bagi kesuburan tanah”.

Pada pertemuan tersebut, Maskanhadi menjelaskan bahwa teknik pembuatan dekomposer sangat mudah dan murah karena dapat memanfaatkan bahan - bahan yang ada di sekitar kita dan menggunakan peralatan yang sangat sederhana.  Adapun bahan yang diperlukan dalam pembuatan dekomposer meliputi 5 kg rumen kambing/sapi, 5 kg dedak halus, 2 kg nanas, 10 liter air cucian beras (leri) dan 6 liter tetes tebu. Agar memberikan hasil yang berkualitas, bahan-bahan yang digunakan harus mengandung glukosa, karbohidrat dan bakteri, dimana kandungan tersebut sudah terdapat pada masing-masing bahan yang telah disediakan. Peralatan yang digunakan meliputi drum plastik, ember dan pengaduk.

Cara pembuatannya yakni dengan mencampur semua bahan ke dalam drum plastik dan diaduk-aduk agar terlarut secara merata, lalu ditutup rapat untuk dilakukan fermentasi selama 5 -7 hari. Tiap pagi campuran bahan diaduk selama kurang lebih 2 menit agar dekomposer matang secara sempurna dan merata serta mengurangi gas yang ada di dalam drum agar tidak meledak. Ciri-ciri dekomposer yang sudah jadi, berbau harum dan menyerupai tanah. Apabila kompos berbau busuk/tidak sedap, artinya terjadi proses fermentasi anaerob dan akan menghasilkan senyawa-senyawa yang akan membahayakan tanaman. Selain itu bila masih berbau bahan mentah, berarti kemungkinan belum matang/jadi. Maskanhadi juga menambahkan bagaimana cara mengaplikasikannya dekomposer pada kompos juga sangat mudah sebagaimana kita biasa menggunakan EM4, semakin banyak takaranya maka akan semakin cepat mengurai dan mempercepat proses pengomposan.

“Petani setempat biasanya mengaplikasikan dengan takaran 1 gayung atau sekitar 1,5 liter dekomposer untuk 1 ton bahan organik. Melalui cara pembuatan dan aplikasi yang mudah dan murah ini, diharapkan dapat diimplementasikan oleh petani. Sudah saatnya siklus nutrisi  kembali ke ekosistem agar tanah semakin subur,“pungkas Maskanhadi. SY/NING/YNI