Dedi Nursyamsi : Pemupukan Berimbang Salahsatu Cara Atasi Dampak Perubahan Iklim

udin abay | Rabu, 23 Februari 2022 , 11:02:00 WIB

Swadayaonline.com - Saat ini insan pertanian dan peneliti sudah melakukan berbagai inovasi tenologi untuk menghadapi climate change atau dampak perubahan iklim. Mulai dari menghasilkan varietas yang tahan kekeringan, genangan bahkan terhadap serangan Organisme Penganggu Tanaman (OPT) yang sudah dimanfaatkan oleh petani seluruh Indonesia. Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi saat melakukan diskusi secara online pada acara "Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh, Adaptasi dan Mitigasi Pertanian Terhadap Perubahan Iklim", (23/2/2022)

Hal lain yang sudah dilakukan Kementan dalam antisipasi dampak perubahan iklim menurutnya, memberikan pemahaman terhadap pendidikan vokasi tentang teknologi mitigasi kepada siswa dan mahasiswa, termasuk pelatihan ini yaitu sejuta petani. "Kegiatan pelatihan ini adalah awal bukan yang terakhir untuk menunjukkan bertekad memberikan pengertian dan pemahaman kepada petani dan penyuluh dampak climate change dan cara mengantisipasinya agar agar produktiivtas tetap berjalan dan pangan terjamin", ujar Dedi Nursyamsi.

"Saya minta semua penyuluh bergerak menyampaikan kepada petani, apa itu climate change dan antisipasi agar petani tahu dan mau mengimplementasikan berbagai upaya antisipasi untuk tetap eksis pangan ini", tambahnya.

Dirinya mengugkapkan, dampak perubahan iklim menyebabkan kekeringandan kemarau panjang. "Menurut penelitian ketersediaan air sudah berkurang. Kebutuhannya lebih banyak daripada ketersediaannya. Maka kita harus efisien dalam penggunaannya, jangan terbuang banyak. Kementan akan membantu perbaikan irigasi sesuai tupoksinya, agar air bisa tersedia dan mengaliri sawah agar tetap berproduksi", tegas Dedi Nursyamsi.

Dedi Nursyamsi juga mengajak seluruh petani untuk melakukan pemupukan berimbang, yaitu pemberian pupuk yang sesuai dan diminta tanaman dan tanah, bukan pemberian pupuk sesuai keinginan petani. Karena pemberian pupuk yang dminta tanaman perkebunan, hortikultura atau tanaman pangan, itu berbeda, maka kita harus lakukan penelitian dulu agar mengetahui apa dan berapa banyak pupuk yang diminta tanaman dan tanah. "Kalau kita mengguakan pemupukan berimbang, maka kita sudah melakukan mitigasi terhadap perubahan iklim ini. Karena pemberian pemupukan non organik atau kimia memerlukan energi listrik dan fosil, dan itu menyebabkan gas rumah kaca. Maka kita kurangi pemakaiannya dengan pemupukan berimbang seperti penggunaan pupuk agen hayati dan pupuk organik yang mampu menyuburkan tanah", ujar Kabadan.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan dampak perubahan iklim menjadi tantangan yang sangat besar di sektor pertanian. Salah satu solusi untuk mengatasinya dengan menggunakan teknologi pengelolaan sumber daya iklim dan air untuk adaptasi perubahan iklim. Dirinya terus mendorong inovasi pertanian, sehingga mampu beradaptasi dengan perubahan iklim.

Terkait dengan hal ini Mentan menyambut baik kegiatan pelatihan sejuta petani dan penyuluh serta diharapkan terus melakukan inovasi-inovasi lain dalam rangka pelaksanaan adaptasi dan mitigasi iklim. “Khususnya untuk mengantisipasi perubahan iklim ekstrem yang terjadi di Indonesia. Kita punya alam yang bagus keterampilan yang banyak dan semua haraus terus kita perbaiki,” katanya. SY