Rustan, Penyuluh Kota Makassar Kembangkan Smart Irigasi Kapiler Berbasis IoT

udin abay | Selasa, 15 Maret 2022 , 16:50:00 WIB

Swadayaonline.com - Program urban farming telah memberikan kontribusi yang nyata  bagi masyarakat, terutama dalam mendorong masyarakat dalam  menanam tanaman yang bermanfaat  di lahan yang sempit dan di pekarangan mereka. Serta mengoptimalkan lahan untuk tanaman konsumtif untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan  harian keluarga dan dapat  menambah pendapatan  bagi masyarakat. Tetapi masyarakat  yang tinggal di perkotaan umumnya  memiliki kendala waktu,  lahan  sempit  dan keterbatasan sumber daya pendukung seperti keterbatasan air.  

Hal ini yang dirasakan Rustan dalam melakukan pembinaan kelompok wanita tani (KWT) di wilayah kerjanya sebagai penyuluh di Kota Makassar. Adanya kendala waktu dan kesibukan anggota KWT menyebabkan tanaman yang ada di kebun mereka kurang optimal dalam produksinya, terutama tanaman cabe.

“Cara anggota KWT Anggrek  berbeda-beda dalam penyiraman, sehingga terdapat tanaman yang berlebihan air, ada juga yang kurang suplay airnya. Akibatnya tanaman akan layu pada siang hari, dan produksi tanaman cabe kurang maksimal,”ujar Rustan.

Dari masalah tersebut, Rustan terinspirasi untuk merancang suatu inovasi yang  dapat mengefisienkan waktu dan menghemat penggunaan air. Sistem irigasi kapiler berbasis Internet of Things (IoT) dianggap Rustan sebagai suatu solusi  yang tepat.

Irigasi kapiler adalah jenis irigasi bawah permukaan yang dapat menghemat air. Dapat dikembangkan pada skala rumah tangga di pekarangan  dan kebun-kebun KWT atau masyarakat umum lainnya.  Tanaman langsung mendapatkan air sesuai kebutuhannya melalui sistem irigasi bawah permukaan ini.  

“Sistem irigasi kapiler memiliki banyak manfaat antara lain  tercukupi kebutuhan air pada tanaman, penggunaan air dapat dihemat hingga 80-95% daripada penyiraman  secara konvensional, menghemat waktu, sehingga ibu-ibu KWT dapat bekerja melakukan rutinitasnya,  efisien dan efektif dalam  pemupukan, mudah dirakit dan dapat digunakan berulang kali,”jelas Rustan.  

Rustan menambahkan bahwa “Prinsip kapilaritas merupakan proses penyerapan air dari bawah ke atas dengan menggunakan kain flannel   atau sering disebut dengan sistem sumbu kapiler. Sistem sumbu kapiler memanfaatkan media porous untuk mengalirkan air secara kapiler dari sumber air menuju media tanam.”

Kegiatan budidaya tanaman cabai di kebun KWT Anggrek  telah dapat dikontrol  secara otomatis melalui smart irigasi kapiler berbasis IoT. Perangkat utamanya adalah  Node MCU yang di lengkapi wifi. Hal ini  memudahkan anggota KWT dalam mengontrol dan memonitoring debit air dalam pipa paralon pada sistem irigasi kapiler secara nirkabel. Untuk menyalakan pompa, mereka dapat memakai  google asisten dan modul relay. Modul relay merupakan saklar /switch  yang dioperasikan secara elektromagnetik yang terhubung ke pompa air. Kegiatan pengisian debit air pada pipa paralon secara otomatis akan menyala sekitar tiap 2-3 hari sekali, jika terjadi hujan dalam beberapa hari maka pengisian air pada pipa paralon dapat berlangsung pada interval  4 - 5 hari. Dimana pipa paralon yang digunakan berukuran 2,5 ichi.

Dengan adanya aplikasi  berbasis IoT ini maka pemakaian air lebih hemat disebabkan  penggunaan  air dalam mengairi  tanaman sangat efisien.  Pemanfaatan sistem ini  oleh petani dan masyarakat perkotaan dalam kegiatan urban farming dapat dijadikan  sebagai suatu  program peningkatan produktivitas pertanian yang maju, mandiri dan modern.

“Sistem irigasi kapiler berbasis IoT dapat melakukan monitoring dan kontrol  pengendalian penggunaan debit air pada tanaman secara tepat. Kita dapat memonitoring maupun mengontrol pemberian air pada tanaman yang dimiliki melalui smartphone kapanpun dan dimanapun,” lanjut Rustan setelah membawakan materi sebagai  fasilitator dalam pelatihan  smart farming bagi Petani Milenial Angkatan I dan II dan Program READ-SI  serta  pelatihan smart farming Bagi Petani Milenial Program IPDMIP di Batangkaluku beberapa hari yang lalu.

“Penyuluh pertanian harus mampu memberikan solusi bagi petani dan pelaku usaha jika ada kendala yang dihadapi dalam menjalankan kegiatan produksinya dalam rangka meningkatkan produktivitas. Jadi perlu penyuluh berinovasi dalam menyelesaikan tantangan atau permasalahan di lapangan,” kata Evy Aprialti, Kepala Dinas Perikanan dan Pertanian Kota Makassar.  

Hal ini sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syarul Yasin Limpo (SYL) bahwa   pertanian saat ini dan ke depannya dihadapkan dengan tantangan besar yakni perubahan iklim dan pandemi covid 19. 

“Menghadapi tantangan perubahan iklim bukan dengan cara-cara klasik, tapi harus dengan smart farming karena perkembangan ke depannya yang membuat lahan semakin sempit, jumlah penduduk semakin besar dan lainnya mengharuskan penggunakan teknologi yang smart. Kemudian, digitalisasi pertanian menjadi efektif dan penggunaan mekanisasi semakin maju sehingga produksi terus meningkat dengan kualitas yang tinggi dan pendapatan petani semakin naik,” tegas SYL.

Hal senada juga disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi bahwa teknologi smart farming dikembangkan sebagai salah satu respons adaptif terhadap perubahan dan perkembangan teknologi saat ini.

"Konsep pembangunan pertanian harus diikuti dengan peningkatan agenda intelektual seluruh stakehokder utamanya petani sebagai garda terdepan. Kita sudah lama diterpa pandemi covid 19 dan perubahan iklim, namun dalam kondisi ini produktivitas dan produksi pertanian tidak boleh berkurang, bahkan harus terus bertambah. Solusinya ini adalah smart farming atau pemanfaatan internet of things,”pungkas Dedi. SY/ANDI/YNI