Kementan Dukung Olahan Cabai Langsung dari Petani

udin abay | Sabtu, 19 Maret 2022 , 13:40:00 WIB

Swadayaonline.com - Sambal merupakan makanan wajib bagi sebagian orang Indonesia. Rata-rata orang Indonesia menyukai makanan pedas namun menyegarkan ini. Hampir semua suku di tanah air punya sambal khas masing-masing dengan bahan dasar yakni cabai. Tidak hanya segar, cabai atau olahannya bisa memberikan nilai tambah.

Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto mengatakan bahwa jajarannya memberi perhatian kepada petani yang mampu meningkatkan olahan segar menjadi olahan.

“Kami memberikan bantuan APBN berupa sarana dan prasarana pengolahan sejak 2019 untuk membantu kelompok meningkatkan hasil olahannya agar bisa memberikan nilai tambah dan daya saing pada produksinya,” ujar Prihasto.

Dirinya mengatakan, komoditas hortikultura khususnya cabai dan bawang rentan berfluktuasi terhadap pasokan dan harga. “Maka harus disiapkan jalan tengahnya, yaitu pengolahan agar komoditas berumur panjang. Sehingga dalam jangka pendek tetap bisa memenuhi kebutuhan di pasar,” jelasnya.

Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu sentra cabai dengan luas tanam 2.578,24 ha. Pada Januari 2022, tercatat luas panen mencapai 550 ha dengan produksi 20.214,98 ton. Tak salah Kelompok Wanita Tani Bunga Mekar mulai mengolah aneka cabai sejak 2011 dikarenakan melimpahnya stok cabai. Kelompok tani yang beralamat di Desa Majidi, Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur Propinsi Nusa Tenggara Barat ini tidak kesulitan dengan bahan baku.

Pada saat harga cabai mahal seperti ini kelompok ini mengeringkan cabainya dengan kantung plastik sehingga dapat awet bila disimpan lama. Apabila sedang panen raya mereka dapat mengeringkan cabai sebanyak 1 kuintal dalam satu hari. Secara bertahap mereka mengolah cabai kering menjadi sambal kering dan diolah pada saat diperlukan.

Kelompok ini juga menjual cabai kering namun untuk memberikan nilai tambah pada hasil olahanya kelompok ini pengolahan sambal kering dengan aneka rasa yaitu rasa teri dan rasa tongkol. Di bawah branding “Maymerez” yang dalam bahasa Lombok memiliki arti enak sekali sudah memiliki ijin edarnya atau PIRT. Selain itu produk ini halal dan memiliki NIB (Nomor Induk Berusaha) serta sedang didaftarkan untuk mendapatkan hak paten dari HAKI.

Sambal kering ini dijual melalui ecommerce seperti Shoopee dan Tokopedia yang rata-rata bisa sampai 100 botol setiap bulannya. Per botol dihargai Rp 23 ribu varian original. Sementara varian rasa lainnya dibanderol Rp 25 ribu dengan berat 100 gram. Harga tersebut akan stabil dengan kata lain tidak terpengaruh oleh naik turunnya harga cabai.

Kelompok ini tidak terganggu produksinya karena masih menyimpan cabai kering. Cabai kering itu dapat disimpan lebih lebih tahan lama. Alasan kelompok ini memilih menjual secara online dikarenakan uang hasil penjualan bisa langsung diterima dibanding dengan menitipkan di toko offline. Kelompok yang berangotakan 15 orang kaum ibu dan diketuai oleh Munjiatun ini sebelumnya pada 2020 telah menerima bantuan sarana pengolahan dari Direktorat Jenderal Hortikultura. Disusul kemudian pada 2021 dilengkapi dengan bantuan bangunan atau prasarana pengolahan sesuai kaidah GMP (Good Handling Practices).

“Alhamdulillah kami sangat senang dan antusias sekali dengan adanya bantuan sarana dan prasarana pengolahan cabai. Melalui bantuan ini UMKM dapat mengolah lebih higienis dalam memproduksi olahan cabainya. Tidak ada cabai yang terbuang pada saat panen raya. Kemudian dapat memberikan tambahan pendapatan pada saat harga cabai tinggi karena konsumsi akan cabai kering meningkat”, ujar Ketua Kelompok Bunga Mekar, Munjiatun.

Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur, Neni Yuliawati menuturkan dengan kondisi harga cabai saat ini di Lombok Timur berkisar Rp 45 – 50 ribu di tingkat petani. Stok cabai kering sangat membantu ibu rumah tangga dan pelaku usaha. Pengguna cabai segar dapat beralih menggunakan cabai kering dan aneka olahan untuk dikonsumsi. SY/HMSH