Resiliensi Industri Peternakan Perlu Didukung Pembangunan yang Kuat dan Berkelanjutan

udin abay | Selasa, 19 April 2022 , 23:01:00 WIB

Swadayaonlinr.com - Dinamika persaingan antar pelaku perunggasan di Indonesia saat ini semakin kurang kondusif, lantaran target pasarnya sama, baik untuk pemain besar yang sudah terintegrasi, menengah maupun kecil setingkat peternak rakyat. 

Problematika lain seperti harga bahan baku pakan dunia yang mahal, sulitnya mendapatkan jagung lokal dan belum lagi ancaman masuknya produk unggas dari Brazil yang digadang lebih murah, membuat benang kusut perunggasan semakin sulit untuk diurai. 

Covid-19 yang bergerak cepat di seluruh negara mengakibatkan terjadinya pandemic telah menimbulkan dampak yang merugikan dan menambah ketidakpastian yang signifikan di pasar perunggasan global.

Prof. Bungaran Saragih, Menteri Pertanian pada Masa Pemerintahan Megawati ini mengatakan, perlu adanya resiliensi yatu kemampuan mengatasi atau beradaptasi terhadap tekanan dan kesulitan yang dihadapi dalam berbagai level, baik nasional, internasional, industri dll. 

"Industri peternakan ayam di Indonesia adalah experiencing growth with less sustainable development (pertumbuhan industri tidak didukung dengan pembangunan yang kuat), pembangunan tidak berkelanjutan", ujar Bungaran pada seminar "Indonesian Pultry Club 2022" secara virtual. (19/4).

Menurut Bungaran, industri ini besar tapi belum bisa membantu persoalan nasional seperti stunting. Perlu perubahan yang fundamental, pelaku usaha bekerjasama dengan pemerintah. Industri bertumbuh tapi tidak berkelanjutan untuk semua.

Prof. Muladno, Kapus Studi Pertanian & Pedesaan IPB mengungkapkan, agar industri tumbuh dan berkelanjutan, harus kerja keras peternak. "Harapannya semua peternak terus berkembang, harga daging ayam kompetitif di pasar global, daging ayam di eksport dan ayam impor tidak diterima di Indonesia", tegasnya.

Dirinya menjelaskan, konsumsi daging ayam meningkat. Rumah potong ayam harus kolektif berjamaah agar produktif efisien sistematis profesional. Integrator Vertikal (feedmill Grand parent stock) harus bekerjasama dengan integrator horizontal (rumah ayam potong) untuk menghasilkan industri yang berkelanjutan. 

Kondisi bisnis peternakan ayam pedaging saat ini ialah individual, tradisional dan semrawut dengan posisi lemah dan saling curiga. "Target untuk capaian akhirnya ialah wujudkan integrator horizontal, terbitkan regulasi khusus integrator vertikal dan horizontal, perbaiki infrastruktur dan suprastruktur perunggaran hulu ke hilir", ujarnya. 

Langkah strategis menurut Muladno adalah perbaiki distribusi. Peran pemerintah dalam pembinaan perunggasan menurutnya, penyatuan asosiasi ayam pedaging, bentuk konsorsium perguruan tinggi perunggasan, pendataan populasi ayam GPS, PS, dan FS, pembentukan koperasi produsen tiap kecamatan hingga kabupaten. Agar para pengusaha tertarik utk bersinergi jamaah. "Biasanya pengusaha yang terpuruk selalu tertarik, maka rapatkan barisan utk kolektif untuk semua pengusaha", tandasnya.

Semetara itu, Guru Besar Ilmu Ekonomi Pembangunan, Arief Daryanto mengatakan,segala perubahan yang akan terjadi wajib kita siapkan bersama agar kita mampu berresiliensi. "Bila dulu dalam perunggasan kita hanya mengejar "life weightc", tapi kini kita juga harus perhatikan bagaimana bibit itu betumbuh, produktivitasnya, ketahanan hidupnya dan sebagainya",  katanya. NS