Tanaman Obat Sebagai Pestisida Nabati, Alternatif Pengendalian OPT Ramah Lingkungan

udin abay | Sabtu, 30 April 2022 , 22:56:00 WIB

Swadayaonline.com - Salah satu program Kementerian Pertanian yang saat ini telah berjalan adalah Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks). Program ini diluncurkan untuk meningkatkan produksi dalam negeri serta meningkatkan daya saing di pasar internasional. Program ini dicanangkan sebagai upaya keras peningkatan volume ekspor. Selain itu, hal ini dalam rangka megoptimalkan sumber daya yang kita miliki untuk mengurangi impor komoditas pertanian.

Banyak peraturan baru melibatkan persyaratan untuk kontrol proses seperti sistem Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) yang merupakan pendekatan untuk pencegahan, pemantauan, dan pengendalian bahaya yang dapat diterapkan untuk setiap proses produksi.
Hal itu menjadi tantangan sekaligus hambatan bagi negara eksportir. sehingga dibutuhkan alternatif pengendalian Organisme Penggangu Tumbuhan (OPT) yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan plasma nutfah dan tanaman yang berpotensi sebagai biofarmaka. Tanaman yang diketahui dapat berfungsi sebagai obat bagi manusia dan dapat pula dijadikan sebagai obat bagi tanaman yang terserang OPT.

Tanaman obat tersebut dapat berfungsi sebagai bakterisida, fungisida moluskisida dan insektisida atau sebagai pestisida organik. Banyaknya manfaat dari tanaman obat tersebut mendorong upaya untuk menyebarluaskan informasi ini sekaligus mentransfer teknologi tepat guna dalam mengolah dan memanfaatkannya sesuai fungsi tersebut agar produk pertanian layak ekspor dan rendah residu kimia.
Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan menjawab hal tersebut salah satunya meningkatkan kompetensi dan pengetahuan petani dalam penanganan OPT dengan menggunakan pestisida nabati. Kegiatan ini dilaksanakan melalui pelatihan tanaman obat sebagai pestisida yang diikuti oleh 30 orang peserta dari Provinsi Jawa Timur, Bali, NTT dan NTB.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, saat ini pertanian Indonesia tengah memasuki era 4.0. Sektor pertanian terus bergerak ke arah yang maju, mandiri dan modern. Untuk itu, sumber daya manusia pertanian seperti penyuluh, petani dan para praktisi pertanian lainnya harus terus ditingkatkan untuk menerapkan inovasi teknologi pertanian.

Kunci pembangunan suatu bangsa diawali dari pembangunan SDM. “Kuncinya adalah pembangunan SDM-nya, pendidikannya, pelatihannya, penyuluhnya,” tegas Dedi Nursyamsi, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP).

Sementara itu Kepala BBPP Ketindan, Sumardi Noor mengatakan dalam sambutannya, bahwa petani harus mengusai ilmu yang diberikan oleh widyaiswara dan narasumber pada pelatihan ini. Materi-materi yang disampaikan sangat berbobot sehingga hal ini sangat memberi manfaat bagi petani apalagi untuk komoditas ekspor.

“Materi yang disampaikan antara lain teknik produksi tanaman obat, pengenalan tanaman obat sebagai pestisida, teknik pembuatan pestisida nabati, teknik aplikasi pestisida nabati, teknik pengemasan pestisida nabati dan Analisa usaha produksi. Semua materi bisa diserap karena dari hulu ke hilir disampaikan pada pelatihan ini,”jelas Kepala BBPP Ketindan. SY/YNI