Inovasi Nutrisi Antivirus OVIS Cegah Gagalnya Panen Cabai Akibat Virus Keriting dan Kutu Daun

udin abay | Kamis, 02 Juni 2022 , 15:30:00 WIB

Swadayaonline.com - Sektor pertanian akan semakin kuat jika didukung dengan riset dan inovasi yang berkelanjutan. Hal itu seperti ditegaskan oleh Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo, “Inovasi teknologi, mempunyai peran penting dalam pembangunan pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan produksi, mengurangi biaya produksi, serta mampu merespons perubahan lingkungan strategis yang terjadi.”

SYL juga menambahkan bahwa inovasi teknologi turut meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi petani.

Sebagai salah satu UPT Pelatihan di bawah Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan juga turut semangat mengembangkan inovasi seperti yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo melalui Mentan SYL, bahwa pembangunan pertanian ke depan harus berbasis riset dan teknologi.

Melalui Juniawan, salah satu widyaiswara yang ahli di bidang proteksi tanaman, BBPP Ketindan menciptakan sebuah inovasi untuk kemajuan dunia pertanian yakni inovasi nutrisi antivirus. Nutrisi ini dikenal dengan nama OVIS atau Obat Virus yang merupakan pestisida nabati dalam formulasi cair dan mengandung beberapa senyawa metabolik. Senyawa itu antara lain eugenol, caryophyllene, humulene, kububen, kopaen, vanillien, cimbrene, dll.

OVIS bekerja dengan cara menghentikan proliferasi DNA/RNA dari virus sehingga virus gagal memperbanyak diri. Formula nutrisi ini dapat menyembuhkan tanaman yang terserang penyakit virus keriting dan virus kuning. Virus keriting ditularkan oleh vektor kutu daun Myzus persicae dan virus kuning ditularkan oleh vektor kutu kebul Bemisia tabaci.

Formula ini secara faktual di lapangan, telah mampu membantu para petani cabai dari ancaman gagal panen. Kegagalan yang ditimbulkan oleh adanya serangan penyakit virus keriting dan virus kuning. Penyakit ini bersifat sistemik, sehingga upaya pengendalian yang dilakukan selama ini dengan memotong pucuk terserang, tetapi tidak dapat mengatasi masalah karena pucuk baru yang tumbuh akan menunjukkan gejala yang sama seperti sebelumnya. Sebaran serangan yang ditimbulkan sangat massif dan umumnya petani tidak lagi mampu melakukan tindakan pemeliharaan karena frustasi dan secara ekonomi sudah merugikan.

Sebagai contoh kasus di Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Pada keadaan normal, produksi cabai seluas 1 hektar adalah sekitar 15-25 ton, tetapi apabila tanaman diserang virus keriting, maka produksi akan turun menjadi 5-7 ton. Selanjutnya, apabila terserang virus keriting, maka petani akan mengalami gagal panen atau kerugian mencapai 100%. Formula OVIS yang mereka gunakan, mampu untuk menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas produksi dalam rangka mengamankan pasokan cabai ke PT. Indofood yang memerlukan sekitar 600 - 1.000 ton cabai per tahun.

Atas capaian inovasi yang sangat bermanfaat bagi petani ini, BBPP Ketindan kemudian mendaftarkan pada ajang kompetisi Sistem Informasi Inovasi Pelayanan Publik yang dikenal dengan SINOVIK. Dari 44 proposal yang akan mewakili Kementerian Pertanian, BBPP Ketindan masuk diantara 21 proposal yang lolos seleksi administrasi untuk selanjutnya akan dilaksanakan penilaian proposal inovasi.

Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDM), Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa sumber daya manusia pertanian seperti widyaiswara, dosen, petani, penyuluh pertanian, praktisi pertanian lainnya harus terus ditingkatkan untuk menerapkan inovasi teknologi pertanian.

Kunci pembangunan suatu bangsa diawali dari pembangunan SDM. “Kuncinya adalah pembangunan SDM-nya, pendidikannya, pelatihannya, penyuluhnya,” tegas Dedi Nursyamsi. SY/YNI